Legenda Watu Maladong, Asal-usul Kesuburan Pulau Sumba NTT baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Bukit Watu Maladong merupakan salah satu legenda yang dimiliki oleh masyarakat Sumba, Nusa Tenggara Barat (NTT). Watu Maladong adalah sebuah pantai yang memiliki gugusan batu megah di tengah hamparan pasir.

Di balik kemegahan dan keindahan yang dimiliki Watu Maladong, menyimpan sebuah cerita rakyat yang menceritakan asal-usul Pulau Sumba yang memiliki alam subur.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Dalam cerita ini dikisahkan ada tiga tokoh yang memiliki sifat berbeda. Mereka memperebutkan Watu Maladong yang dipercaya dapat memberikan tiga jenis kesuburan alam di Indonesia Timur yang terkenal dengan kondisi tanah yang kering karena iklim sabana tropis.

Simak cerita lengkap mengenai keagungan bukit Watu Maladong bagi masyarakat Sumba berikut ini.

Legenda Watu Maladong Masyarakat Sumba

Dikisahkan ada seorang petani yang tinggal sendirian di Pulau Sumba. Ia memiliki kebun yang sehat dan subur. Di suatu pagi petani di kagetkan dengan keadaan kebunnya yang telah hancur dirusak.

Ia pun penasaran siapa yang telah merusak kebunnya. Untuk menjawab rasa penasarannya, pada malam harinya petani berjaga di kebunnya untuk menangkap pelaku. Tak lupa ia membawa Numbu Ranggata (tombak sakti pemberian leluhur). Tanpa petani tau, tombak ini memiliki kekuatan bisa membelah langit menjadi petir.

Hari pun semakin malam, akhirnya petani memergoki sekelompok babi yang merusak kebunnya. Tanpa berfikir panjang petani langsung menghujamkan tombaknya ke perut salah satu babi. Babi itu kesakitan dan langsung kabur dengan cepat dalam kondisi numbu ranggata masih menancap di perutnya.

Saat matahari terbit, petani langsung bergegas menelusuri jejak kaki babi dan darah yang berceceran untuk mendapatkan tombak yang dibawa kabur oleh babi pada malam harinya. Ia harus segera mendapatkan kembali tombak tersebut agar tidak terkena kutukan.

Setelah lama menyusuri jejak kelompok babi sampai di pinggiran pantai, petani pun terheran-heran karena jejak babi hutan hilang begitu saja. Saat termenung kebingungan, petani terkaget dengan sosok siluman penyu raksasa di belakangnya yang bertanya “kenapa kamu kebingungan”. Dengan nada gemetar, ia pun bertanya ke siluman penyu mengenai komplotan babi hutan yang sedang dicari.

Komplotan babi hutan itu tinggal di pulau seberang kata siluman penyu. Siluman penyu meminta petani untuk naik ke atas punggungnya untuk menyebrang ke pulau lain.

Sesampainya di pulau seberang, siluman penyu mempersilakan petani turun dan menyelesaikan tujuannya. Siluman penyu juga berpesan jika petani membutuhkan bantuanya kembali, naiklah ke pohon kelapa dan panggilah nama ku sekeras mungkin.

Di pulau seberang petani bertemu dengan seorang nenek yang tinggal sendirian. Petani pun mengatakan tujuan kesini untuk mencari komplotan babi yang membawa kabur numbu ranggatanya. Nenek mengatakan bahwa babi hutan yang dicari oleh petani merupakan penguasa yang serakah di pulau ini. Babi hutan itu memiliki kesaktian yang bisa berubah wujud. Babi itu juga sering ke pulau seberang untuk mencuri dan memperkaya diri.

Untuk mendapatkan kembali numbu ranggatanya, petani berlatih beberapa jurus dengan nenek. Nenek merupakan seorang petarung sakti yang sedang menyepi untuk menghabisi hari tuanya.

Setelah berhasil menguasai jurus yang diturunkan dari nenek, petani pun sudah siap untuk melawan babi hutan. Namun, sebelum melanjutkan perjalanan, nenek memberikan ramuan dan petuah meminta imbalan numbu ranggata dan batu sakral Watu Maladong pada babi hutan yang ia lukai.

Sesampainya di sebuah desa, petani mendengar dari beberapa warga bahwa Kepala Desa Sendang terluka di bagian perut dan selalu mengeluarkan darah setiap harinya.

Mendengar hal tersebut, petani yakin kepala desa adalah babi hutan yang terkena tombak. Petani bergegas ke rumah kepala desa untuk mengambil numbu ranggatanya.

Sesampainya, petani langsung bertanya apakah luka yang diderita oleh kepala desa akibat terkena tombak. Pertanyaan ini membuat kepala desa kaget dang menganggap petani sebagai dukun sakti. Sehingga para pengikut memohon untuk segera mengobati kepala desa.

Petani pun bersedia mengobati kepala desa dengan ramuan yang dibuatkan nenek. Namun, petani meminta imbalan tombak dan watu maladong. Hal tersebut pun disetujui oleh kepala desa sehingga menghasilkan perjanjian yang sakral antara petani dan kepala desa.

Setelah kepala desa sembuh dengan ramuan yang diberikan, sesuai perjanjian ia pun menyerahkan numbu ranggata ke petani. Namun, kepala desa masih penasaran dari mana petani ini tahu bahwa ia sedang luka parah. Petani pun mengaku bahwa ia yang menghujam kepala desa dengan tombak itu beberapa hari yang lalu.

Merasa dibohongi, kepala desa marah besar ke petani. Kepala desa akhirnya menantang petani untuk bertarung. Jika petani berhasil mengalahkan kepala desa, ia akan mendapatkan watu maladong. Petani pun setuju dan meminta waktu satu bulan untuk berlatih agar bisa mengimbangi kesaktian kepala desa.

Singkat cerita, petani kembali ke pondok nenek untuk berlatih agar bisa mengimbangi kepala desa. Di tengah latihan, nenek menceritakan tentang kisah Watu Maladong. Watu maladong adalah batu yang memiliki kesaktian yang bisa memberikan kesuburan alam dan mata air dimana saja sesuai keinginan pemilik.

Sang nenek juga menceritakan tentang kesaktian numbu ranggata yang bisa memecah langit menjadi petir. Nenek menyarankan agar petani bermeditasi untuk meminta kekuatan kepada leluhur.

Satu bulan berlalu, petani sudah siap untuk menghadapi petani. sebelum petani berangkat, nenek memberi tahu kekuatan pamungkas yang dimiliki oleh kepala desa yaitu guncangan bumi. Untuk mengatasi jurus pamungkas ini petani harus segera berbaring.

Singkatnya petani dan kepala desa telah bertarung. Keduanya bertarung sangat sengit sehingga tidak ada yang mau mundur. Untuk segera mengalahkan petani, kepala desa mengeluarkan jurus guncangan bumi. Sesuai dengan petunjuk nenek, petani segera berbaring untuk menghindari serangan. Tidak berhenti sampai disana, petani di serang lagi dengan jurus jarak jauh milik kepala desa.

Tak mau kalah, akhirnya petani juga mengeluarkan kekuatan numbu ranggata yang berada dalam dirinya untuk memanggil petir. Tidak butuh waktu lama kepala desa pun mengaku kalah dengan kekuatan yang dimiliki oleh petani.

Setelah mendapatkan Watu Maladong, petani pun berpamit kepada nenek dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantunya. Petani kemudian memanjat pohon kelapa untuk memanggil siluman penyu agar dibantu untuk menyeberang.

Sesampainya di Pulau Sumba, Watu Maladong membentuk empat sumber mata air yang ada di nyura lele di Tambolaka, mata air weetebula di Desa Weetebula, mata air wee muu di perbatasan Wewewa Barat dan Wewewa Timur, serta mata air waikelo sawah di dalam gua alam daerah Wewewa Timur.

Selain itu, petani juga meminta Watu Maladong untuk menumbuhkan ladang jagung, padi dan jewawut di sumbu.

Nah itu dia legenda tentang bukit watu maladong yang ada di Sumba. Cerita rakyat ini bisa bisa infoers baca sebelum tidur sebagai dongeng.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *