Lapak Rindu Dibaca, Sebuah Usaha Membudayakan Baca Buku di Ruang Publik

Posted on

Tujuh muda-mudi di Kota Denpasar, Bali, menggagas upaya menormalisasi aktivitas membaca buku di ruang publik. Mereka mendirikan Rindu Dibaca, sebuah lapak baca gratis yang digelar di Lapangan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar.

Putu Ayu Arundhati Gitanjali (22), salah satu pendiri Rindu Dibaca, menuturkan lapak baca gratis itu terbersit setelah mengetahui rendahnya minat membaca di masyarakat. Suatu hari, Ayu bersama keenam kawannya tersentak dengan salah satu cuitan di X: normalize reading book in public space.

“Kami ingin mengobati pola pikir bahwa membaca di ruang umum itu hal yang wajar. Mungkin bukan normalize, tapi lebih ke romanticize,” ujar Putu Ayu saat ditemui di Lapangan Renon, Minggu (21/12/2025).

Putu Ayu dkk membawa puluhan judul buku saat melapak di sisi timur Lapangan Renon. Ada novel, komik, hingga majalah. Berbagai buku itu digelar pada tikar di atas rumput hijau lapangan tersebut. Ada pula pojok mewarnai untuk anak-anak atau bernostalgia mengisi teka-teki silang (TTS) di sana.

Rindu Dibaca pertama kali melapak pada Oktober lalu. Menurut Putu Ayu, lapak baca gratis ini juga dilatarbelakangi oleh fenomena siswa SMA di Buleleng yang tidak bisa membaca.

“Dari obrolan iseng itu kami ingin bikin lapak baca. Iseng aja, biar nggak cuma jadi obrolan. Akhirnya kami wujudkan jadi lapak Rindu Dibaca,” imbuhnya.

Saat melapak perdana, hujan deras sempat mengguyur hingga beberapa buku koleksi mereka basah kuyup. Menurut Putu Ayu, pengunjung lapak baca ini awal-awalnya sekitar 20 orang. Seiring waktu, jumlah pengunjung meningkat setelah informasi kegiatan itu disebar melalui Instagram.

“Sebelum buka lapak hari ini, aku cek ombak dulu di Instagram biar tahu berapa banyak yang berminat datang,”ujarnya.

Lambat laun, sejumlah warga juga antusias menyumbangkan buku untuk Rindu Dibaca. Putu Ayu dkk kini masih menyusun mekanisme untuk penyaluran donasi buku. Ia berharap Rindu Dibaca juga dapat menjadi ruang untuk menumbuhkan berpikir kritis, terutama bagi anak muda.

“Harapannya masyarakat tidak mudah terpancing judul sensasional atau informasi yang memicu emosi. Jadi kalau ada berita, bacalah sampai selesai, secara utuh dan perlahan,” pungkasnya.

Lapak Rindu Dibaca terbuka untuk umum. Informasi mengenai jadwal melapak mereka dapat dipantau melalui akun Instagram @rindudibaca.

Saat melapak perdana, hujan deras sempat mengguyur hingga beberapa buku koleksi mereka basah kuyup. Menurut Putu Ayu, pengunjung lapak baca ini awal-awalnya sekitar 20 orang. Seiring waktu, jumlah pengunjung meningkat setelah informasi kegiatan itu disebar melalui Instagram.

“Sebelum buka lapak hari ini, aku cek ombak dulu di Instagram biar tahu berapa banyak yang berminat datang,”ujarnya.

Lambat laun, sejumlah warga juga antusias menyumbangkan buku untuk Rindu Dibaca. Putu Ayu dkk kini masih menyusun mekanisme untuk penyaluran donasi buku. Ia berharap Rindu Dibaca juga dapat menjadi ruang untuk menumbuhkan berpikir kritis, terutama bagi anak muda.

“Harapannya masyarakat tidak mudah terpancing judul sensasional atau informasi yang memicu emosi. Jadi kalau ada berita, bacalah sampai selesai, secara utuh dan perlahan,” pungkasnya.

Lapak Rindu Dibaca terbuka untuk umum. Informasi mengenai jadwal melapak mereka dapat dipantau melalui akun Instagram @rindudibaca.