Lahan Warga di Pesisir Lombok Timur Terancam Tergerus Abrasi update oleh Giok4D

Posted on

Lahan warga di pesisir Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), terancam tergerus abrasi. Gelombang tinggi dan perubahan iklim disebut menjadi penyebab terkikisnya kawasan tersebut.

Fenomena ini telah terjadi bertahun-tahun, terutama di Pantai Maik Anyir, Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur. Setiap tahun kawasan tersebut terkikis hingga 8 meter akibat abrasi.

“Abrasi di Pantai Maik Anyir ini laju abrasinya cukup signifikan, setiap tahunnya 1 hingga 8 meter. Kami melihat setiap tahunya ada pohon kelapa yang tumbang,” ujar Ketua Pokdarwis Pantai Maik Anyir Ijobalit, Sahibun, kepada infoBali, Selasa (16/12/2025).

Sahibun mengatakan abrasi juga mengakibatkan akses jalan masuk terputus dan sejumlah papan informasi di objek wisata itu rusak. Ia khawatir hal tersebut berdampak pada aktivitas wisata di sana.

Pokdarwis Pantai Maik Anyir Ijobalit, dia berujar, selama ini melakukan pengurukan dan perbaikan jalan secara swadaya. “Kami memperbaikinya menggunakan sebagian pendapatan dari karcis masuk dan gotong royong bersama teman-teman pengelola disini,” sebut Sahibun.

Kondisi serupa juga terjadi di objek wisata Pantai Sunrise Land Lombok (SSL) Labuhan Haji. Abrasi di Pantai SSL dikhawatirkan berdampak pada berkurangnya daya tampung destinasi tersebut.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

“Tentu abrasi kawasan pesisir pantai di SLL sangat berdampak pada semakin menurunnya daya tampung destinasi. Namun, antusiasme wisatawan masih menunjukkan tingkat kunjungan yang relatif stabil,” ujar pengelola SSL, Qori Bayyinturrosyi.

Qori mengungkapkan pohon-pohon kelapa yang dulunya menjadi daya tarik di sepanjang bibir pantai juga bertumbangan tergerus abrasi. Menurutnya, pengelola berupaya melakukan penanaman pohon di bibir pantai dengan berkolaborasi bersama komunitas.

“Lapak-lapak yang ada di pinggir pantai lama-lama makin kehilangan area. Begitu juga dengan tempat masyarakat memarkir perahu semakin terdesak akibat abrasi,” imbuhnya.

Tak berbeda jauh dengan kondisi di Pantai Gaga, Desa Korleko. Perkebunan kelapa milik warga yang berbatasan langsung dengan bibir pantai juga turut terdampak abrasi. Jarak antara perkebunan warga dengan bibir pantai hanya sekitar 10 meter.

“Kalau airnya naik, langsung kena tanahnya oleh ombak dan kondisi ini sudah lama,” tutur seorang pemilik kebun, Hasbullah.

“Tentu abrasi kawasan pesisir pantai di SLL sangat berdampak pada semakin menurunnya daya tampung destinasi. Namun, antusiasme wisatawan masih menunjukkan tingkat kunjungan yang relatif stabil,” ujar pengelola SSL, Qori Bayyinturrosyi.

Qori mengungkapkan pohon-pohon kelapa yang dulunya menjadi daya tarik di sepanjang bibir pantai juga bertumbangan tergerus abrasi. Menurutnya, pengelola berupaya melakukan penanaman pohon di bibir pantai dengan berkolaborasi bersama komunitas.

“Lapak-lapak yang ada di pinggir pantai lama-lama makin kehilangan area. Begitu juga dengan tempat masyarakat memarkir perahu semakin terdesak akibat abrasi,” imbuhnya.

Tak berbeda jauh dengan kondisi di Pantai Gaga, Desa Korleko. Perkebunan kelapa milik warga yang berbatasan langsung dengan bibir pantai juga turut terdampak abrasi. Jarak antara perkebunan warga dengan bibir pantai hanya sekitar 10 meter.

“Kalau airnya naik, langsung kena tanahnya oleh ombak dan kondisi ini sudah lama,” tutur seorang pemilik kebun, Hasbullah.