Kritik dan Cemooh soal Kualitas Film Animasi Merah Putih: One For All

Posted on

Film animasi Merah Putih: One For All yang digarap untuk menyambut HUT ke-80 RI tengah jadi sorotan panas di media sosial. Trailer film bertema kebangsaan ini menuai kritik warganet karena kualitas grafis yang dinilai seadanya, padahal akan tayang di bioskop.

Lini masa X ramai membahas cuplikan film tersebut. Sejumlah warganet menyindir kualitas animasi yang dianggap seperti belum selesai namun dipaksakan rilis.

“Selesai nggak selesai dikumpulkan,” tulis seorang netizen, yang memicu reaksi serupa dari pengguna lainnya, dilansir dari infoInet, Senin (11/8/2025).

Perbandingan dengan film animasi Jumbo pun tak terhindarkan. Film Jumbo sebelumnya memecahkan rekor penonton terbanyak di Indonesia dan dipuji kualitasnya. Warganet menyebut perbandingan kualitas Merah Putih: One For All dan Jumbo seperti ‘langit dan bumi’.

Sejumlah unggahan di YouTube dan X mengungkap dugaan penggunaan aset animasi stok dalam film ini. Akun YouTube Yono Jambul menyebut beberapa adegan menggunakan aset yang dibeli dari Daz3D, termasuk Street of Mumbai.

“Mereka ada adegan jalan kan. Nah mereka belinya aset street of Mumbai. Aneh banget kan makanya jalannya,” ucapnya, Sabtu (9/8).

Selain itu, aset karakter dan latar disebut dibeli dengan harga tidak lebih dari belasan dolar AS. Warganet mempertanyakan anggaran produksi film yang mencapai Rp 6,7 miliar, seperti diungkap produser Toto Soegriwo di Instagram. Toto menyebut pengerjaan film hanya memakan waktu kurang dari satu bulan.

Perbandingan biaya produksi juga mencuat. Misalnya, satu episode anime One Piece atau Demon Slayer memakan biaya sekitar Rp 1,8 miliar dengan kualitas animasi jauh di atas Merah Putih: One For All.

Netizen juga menyoroti kemiripan karakter dalam film ini dengan aset di Reallusion Content Store. Beberapa karakter disebut identik dengan karya desainer luar negeri, seperti Jayden karya Junaid Miran, Tommy dari Chihuahua Studios, serta Ned dan Francis yang tersedia di Reallusion.

Harga aset-aset itu disebut sekitar US$ 43,50 atau Rp 700 ribuan per item. Temuan ini membuat warganet geram karena film yang diklaim bernuansa nasionalis justru memakai aset impor murah. Akun YouTube Junaid Miran pun diserbu komentar dari netizen Indonesia.

“Karakter ini dibeli oleh seorang animator di Indonesia untuk membuat film yang akan ditayangkan pada Hari Kemerdekaan Indonesia. Sejujurnya, kualitasnya sangat buruk. Namun, karakter Anda tidak,” komentar seorang netizen.

Miran menanggapi bahwa ia tidak menerima pembayaran langsung dari pihak pembuat film. Hingga kini, Perfiki Kreasindo belum memberikan klarifikasi resmi.

Di tengah kritik yang memuncak, produser Toto Soegriwo menanggapi lewat Instagram. Ia tak menjawab soal teknis atau tudingan penggunaan aset murah, namun memberi komentar singkat.

“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan,” ujarnya.

Merah Putih: One For All disutradarai dan ditulis oleh Endiarto dan Bintang, diproduseri Toto Soegriwo, dan diproduksi Perfiki Kreasindo dengan dukungan Kementerian Ekonomi Kreatif. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025.

Dalam keterangan di kanal YouTube CGV Kreasi, film ini disebut sebagai animasi pertama bertema kebangsaan. Ceritanya berlatar di sebuah desa yang bersiap menyambut Hari Kemerdekaan. Sekelompok anak terpilih menjadi “Tim Merah Putih” untuk menjaga bendera pusaka yang akan dikibarkan saat upacara 17 Agustus.

Namun, sebelum upacara berlangsung, bendera tersebut hilang. Tim Merah Putih yang anggotanya berasal dari latar budaya berbeda kemudian bersatu untuk menjalankan misi penyelamatan.

Dugaan Pakai Aset Murah

Sorotan ke Desainer Luar Negeri

Respons Produser

Selain itu, aset karakter dan latar disebut dibeli dengan harga tidak lebih dari belasan dolar AS. Warganet mempertanyakan anggaran produksi film yang mencapai Rp 6,7 miliar, seperti diungkap produser Toto Soegriwo di Instagram. Toto menyebut pengerjaan film hanya memakan waktu kurang dari satu bulan.

Perbandingan biaya produksi juga mencuat. Misalnya, satu episode anime One Piece atau Demon Slayer memakan biaya sekitar Rp 1,8 miliar dengan kualitas animasi jauh di atas Merah Putih: One For All.

Netizen juga menyoroti kemiripan karakter dalam film ini dengan aset di Reallusion Content Store. Beberapa karakter disebut identik dengan karya desainer luar negeri, seperti Jayden karya Junaid Miran, Tommy dari Chihuahua Studios, serta Ned dan Francis yang tersedia di Reallusion.

Harga aset-aset itu disebut sekitar US$ 43,50 atau Rp 700 ribuan per item. Temuan ini membuat warganet geram karena film yang diklaim bernuansa nasionalis justru memakai aset impor murah. Akun YouTube Junaid Miran pun diserbu komentar dari netizen Indonesia.

“Karakter ini dibeli oleh seorang animator di Indonesia untuk membuat film yang akan ditayangkan pada Hari Kemerdekaan Indonesia. Sejujurnya, kualitasnya sangat buruk. Namun, karakter Anda tidak,” komentar seorang netizen.

Miran menanggapi bahwa ia tidak menerima pembayaran langsung dari pihak pembuat film. Hingga kini, Perfiki Kreasindo belum memberikan klarifikasi resmi.

Sorotan ke Desainer Luar Negeri

Di tengah kritik yang memuncak, produser Toto Soegriwo menanggapi lewat Instagram. Ia tak menjawab soal teknis atau tudingan penggunaan aset murah, namun memberi komentar singkat.

“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan,” ujarnya.

Merah Putih: One For All disutradarai dan ditulis oleh Endiarto dan Bintang, diproduseri Toto Soegriwo, dan diproduksi Perfiki Kreasindo dengan dukungan Kementerian Ekonomi Kreatif. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025.

Dalam keterangan di kanal YouTube CGV Kreasi, film ini disebut sebagai animasi pertama bertema kebangsaan. Ceritanya berlatar di sebuah desa yang bersiap menyambut Hari Kemerdekaan. Sekelompok anak terpilih menjadi “Tim Merah Putih” untuk menjaga bendera pusaka yang akan dikibarkan saat upacara 17 Agustus.

Namun, sebelum upacara berlangsung, bendera tersebut hilang. Tim Merah Putih yang anggotanya berasal dari latar budaya berbeda kemudian bersatu untuk menjalankan misi penyelamatan.

Respons Produser

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *