Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Gubernur Bali Wayan Koster mengumpulkan para produsen air minum dalam kemasan (AMDK) dari seluruh kabupaten/kota se-Bali. Koster meminta semua produksi air mineral kemasan plastik di bawah satu liter disetop per Januari 2026.
“Saya minta produksinya dihentikan, hanya bisa habiskan produk yang sudah diproduksi sampai Desember (2025) semuanya. Jadi, Januari (2026) tidak boleh ada lagi,” kata Koster di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha, Denpasar, Kamis (29/5/2025).
Larangan peredaran air minum kemasan plastik di Bali itu tertuang dalam Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah. Sebelumnya, Koster juga melarang penggunaan plastik kresek melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Koster menegaskan kebijakan tersebut demi menekan sampah plastik di Bali. Ia mengeklaim kebijakan itu juga masuk dalam program prioritas Kementerian Lingkungan Hidup.
“Bali akan jadi percontohan nasional karena kebijakan-kebijakan pro lingkungan yang telah berjalan di Bali,” imbuh politikus PDIP itu.
Koster lantas menjelaskan kapasitas penampungan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) sudah penuh Menurutnya, sampah-sampah tersebut didominasi plastik sekali pakai seperti kemasan air mineral.
Gubernur Bali dua periode itu menyebut Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan ekosistem dan peradaban bagi generasi penerus. Terlebih, dia berujar, Bali merupakan destinasi pariwisata dunia.
“Kalau (lingkungan) rusak, tidak ada yang datang, tidak akan bisa orang berinvestasi. Wisatawan tidak datang, ekonomi tidak akan tumbuh. Makanya ekosistem budaya lingkungan harus bagus,” ujarnya.
Koster mengeklaim kebijakan tersebut juga mendapat apresiasi dari banyak pihak. “Begitu saya ekspose pembatasan sampah plastik dan minuman kemasan plastik di bawah satu liter, apresiasi datang dari berbagai negara, bahkan dipuji dunia. Karenanya saya minta semua tertib kalau Bali mau survive, eksis, dan berdaya saing ke depannya,” pungkasnya.