Gubernur Bali Wayan Koster mengakui buruknya infrastruktur Bali yang terjadi sejak lama menjadi biang kemacetan. Namun, saat ini Koster bertekad meningkatkan pembangunan infrastruktur di seluruh kabupaten dan kota.
“Terutama sekali di Denpasar dan Badung karena macet yang mengakibatkan para wisatawan maupun juga warga lokal betul-betul mengalami kemacetan luar biasa. Sehingga waktu di jalan begitu lama,” ujar Koster dalam acara pembukaan Bali Jagadhita VI 2025 di Denpasar, Senin (2/6/2025).
Koster membeberkan pembangunan infrastruktur yang terencana itu tertuang dalam kebijakan satu pulau, satu pola, satu tata kelola. Salah satunya, melalui pajak hotel dan restoran di Badung, Gianyar, dan Denpasar yang dikontribusikan sebesar 10 persen untuk pembangunan infrastruktur Bali.
Pemprov Bali, Koster melanjutkan, akan membangun jalan underpass untuk menekan kemacetan. Pembiayaan akan dibagi bersama Pemprov Bali, Pemkot Denpasar, dan Pemkab Badung.
“Jadi, sejumlah underpass akan dibangun di Denpasar, dibagi habis. Satu underpass provinsi, dua underpass Denpasar, dan satu underpass Badung,” ungkapnya.
Selain itu, pembangunan jalan lintas kabupaten dilakukan secara bersama-sama menggunakan APBN dan APBD di kabupaten/kota. Tujuannya, Koster berujar, agar percepatan pembangunan infrastruktur berjalan dengan lebih cepat.
“Tidak ada pertumbuhan ekonomi tanpa dukungan infrastruktur yang kuat karena infrastruktur harus menjadi program strategis pemerintah daerah,” ucap politikus PDIP itu.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta menilai Bali memiliki tantangan nyata dari aspek pariwisata. Saat ini, sekitar 70 persen aktivitas pariwisata masih berpusat di Bali bagian selatan, atau wilayah Denpasar, Gianyar, Badung, dan Tabanan (Sarbagita).
“Konsentrasi ini mulai berdampak pada kualitas kunjungan wisatawan yang terlihat menurunnya ekspetasi terhadap eksklusivitas destinasi akibat kepadatan pengunjung,” tutur Filianingsih.
Dia kemudian mendorong agar usaha pemerataan investasi dan pengembangan destinasi wisata baru mutlak diperlukan. Tujuannya untuk memperluas manfaat pembangunan yang lebih merata bagi seluruh masyarakat Bali.
Menurut Filianingsih, meski masih menghadapi berbagai tantangan struktural sektor pariwisata, Bali menunjukkan kinerja yang menggembirakan pada triwulan I 2025. Jumlah pengunjung wisatawan mancanegara tidak hanya pulih tapi, juga melampaui saat pandemi COVID-19.
“Ini merupakan indikasi bahwa Bali masih menjadi destinasi favorit di dunia. Kunjungan wisman terbanyak masih didominasi wisatawan Australia, Tiongkok, India, Korea Selatan dan Inggris yang masing-masing memiliki kontribusi signifikan terhadap pemulihan pariwisata,” urai dia.
Filianingsih menyebut momentum ini adalah sesuatu yang harus terus dijaga oleh Bali. Selain berupaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan, Bali juga harus memastikan kualitas pengalaman wisatawan tetap terjaga dengan membangun destinasi yang lebih eksklusif, ramah lingkungan, dan berbasis budaya lokal.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.