Konflik Batas RI-Timor Leste di TTU Menguat Sejak 1986

Posted on

Konflik tapal batas negara Indonesia dan Timor Leste di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), telah berlangsung sejak tahun 1986. Bupati TTU, Yosep Falentinus Delasalle Kebo, mengatakan persoalan bermula ketika penetapan garis batas tahun 1993 membuat sebagian wilayah Indonesia masuk ke area Timor Leste.

“Konflik ini sudah terjadi sejak lama sejak tahun 1986. Semenjak gunakan garis batas tahun 1993 banyak batas kita yang masuk ke wilayah Timor Leste, dan itu menjadi konflik dari tahun 1993 sampai sekarang,” ujar Yosep melalui sambungan telepon, Selasa (26/8/2025).

Menurut Falent -sapaan akrab Yosep-, Pemerintah Timor Leste belum lama ini melakukan pengukuran ulang batas negara di Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Nilulat. Dari pengukuran tersebut, sekitar 13,8 hektar wilayah Desa Inbate masuk ke dalam area Timor Leste.

“Ditambah lagi pengukuran baru-baru ini banyak wilayah Desa Inbate itu masuk ke Timor Leste kurang lebih 13,8 hektare,” kata purnawirawan TNI itu.

Ia menegaskan penyelesaian persoalan ini harus dilakukan lewat jalur diplomasi kedua negara.

“Solusinya saat ini kita menunggu keputusan negara yang artinya, terlibat kementerian dalam pengambilan keputusan baik itu Kemendagri, Kemenlu, Kemhan dan juga Badan Perbatasan RI. Jadi hal ini dibutuhkan koordinasi di tingkat atas, kemudian dapat menyelesaikan permasalahan ini di tingkat diplomasi sehingga masyarakat di bawah ini bisa menerima keadilan,” terang Yosep.

Yosep menambahkan, Pemkab TTU telah mengimbau warga agar tetap menjaga keamanan hingga ada keputusan resmi dari pemerintah pusat.

“Kami sudah sampaikan ke masyarakat di batas untuk masing-masing menahan diri untuk ada penyelesai di Jakarta,” katanya.

Ia memastikan kondisi Desa Inbate saat ini kondusif usai insiden penembakan yang menimpa seorang warga bernama Paulus Oki.

“Sejauh kondisi dalam keadaan kondusif, korban pun sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada masalah lagi saat ini,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Desa Inbate, Matias Eko, menjelaskan kronologi penembakan terhadap Paulus Oki. Insiden terjadi saat warga berupaya mempertahankan tapal batas negara yang digeser oleh pihak Timor Leste.

Peristiwa itu berlangsung di Tapal 36, Dusun Nino, Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Nilulat, TTU, Senin (25/8/2025) sekitar pukul 09.00 Wita.

“Ada masalah di batas tadi pagi dan ada yang kena tembak. Korban bernama Paulus Oki dari RT 03, Desa Inbate,” kata Matias kepada infoBali.

Matias menuturkan kejadian bermula ketika sejumlah warga mencabut ilalang untuk dibawa ke Kampung Maslete. Tak lama kemudian, mereka melihat sekelompok Unidade de Patrulhamento de Fronteira (UPF) atau Unit Patroli Perbatasan Timor Leste memasang patok di kebun warga.

“Dari situlah terjadinya bentrok antara UPF dan warga di sini karena UPF mau bangun pilar di kebun warga,” ujar Matias.

Ia memastikan kondisi Desa Inbate saat ini kondusif usai insiden penembakan yang menimpa seorang warga bernama Paulus Oki.

“Sejauh kondisi dalam keadaan kondusif, korban pun sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada masalah lagi saat ini,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Desa Inbate, Matias Eko, menjelaskan kronologi penembakan terhadap Paulus Oki. Insiden terjadi saat warga berupaya mempertahankan tapal batas negara yang digeser oleh pihak Timor Leste.

Peristiwa itu berlangsung di Tapal 36, Dusun Nino, Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Nilulat, TTU, Senin (25/8/2025) sekitar pukul 09.00 Wita.

“Ada masalah di batas tadi pagi dan ada yang kena tembak. Korban bernama Paulus Oki dari RT 03, Desa Inbate,” kata Matias kepada infoBali.

Matias menuturkan kejadian bermula ketika sejumlah warga mencabut ilalang untuk dibawa ke Kampung Maslete. Tak lama kemudian, mereka melihat sekelompok Unidade de Patrulhamento de Fronteira (UPF) atau Unit Patroli Perbatasan Timor Leste memasang patok di kebun warga.

“Dari situlah terjadinya bentrok antara UPF dan warga di sini karena UPF mau bangun pilar di kebun warga,” ujar Matias.