Sekumpulan pemuda menggelar lapak buku di sudut Taman Kota Singaraja, Buleleng, Bali, Minggu (4/5/2025) pagi. Buku-buku dijejerkan rapi di atas karpet kecil berwarna biru.
Puluhan judul buku itu tidak dijual. Warga yang melintas bisa baca buku di sana gratis tanpa dipungut biaya. Praktis banyak warga berhenti untuk membaca buku yang disediakan di tempat itu.
Bisingnya suara kendaraan di Jalan Ngurah Rai Singaraja tidak menurunkan semangat mereka untuk mengajak warga melestarikan budaya membaca. Kegiatan ini diinisiasi oleh komunitas literasi Nalar Mahasiswa dan Pemuda (Narmada) Bali dan Komunitas Jnana Bali.
Koordinator Komunitas Narmada Bali, Riyo, mengatakan ngelapak buku merupakan wujud keprihatinan mereka terhadap kondisi pendidikan Buleleng saat ini. Terlebih belakangan viral ratusan siswa SMP di Buleleng tidak bisa membaca. Padahal Buleleng dikenal dengan julukannya sebagai Kota Pendidikan.
“Ini merupakan bentuk respons dari kondisi yang beredar khususnya tentang isu (siswa SMP) tidak bisa membaca di Buleleng,” kata Riyo ditemui di sela-sela ngelapak.
Sampai info ini, budaya membaca masyarakat Indonesia memang masih kurang. Berangkat dari keresahan ini juga, mereka akhirnya sepakat untuk membumikan budaya membaca dengan cara ngelapak buku.
Ada 60 Judul Buku
Respons masyarakat cukup bagus. Tidak hanya dari kalangan tertentu saja, banyak kalangan yang turut melihat dan membaca buku di tempat itu, baik tua maupun muda. Bahkan ada yang ingin membeli buku karena mengira Riyo dkk menjual buku.
“Padahal kami ngelapak baca buku gratis. Saking antusiasnya mungkin bapak itu dan juga melihat buku-buku bacaan yang mungkin menurut beliau langka. Salah satunya buku H.O.S Tjokroaminoto ini,” jelasnya
Riyo menegaskan ngelapak buku akan dilaksanakan setiap hari Minggu di Taman Kota Singaraja yang merupakan pusat keramaian di Buleleng. Harapannya, banyak masyarakat yang bisa ikut bergabung untuk melestarikan budaya membaca di Gumi Panji Sakti -julukan Buleleng-.
Saat ini ada sebanyak 60 judul buku yang tersedia dan itu jumlahnya akan terus bertambah. Buku-buku yang disediakan bersumber dari anggota serta koleksi komunitas.
“Tujuannya sederhana kami ingin menciptakan budaya membaca di lingkungan di manapun kami berada,” jelasnya
Pernah Dibubarkan Petugas
Meski tujuannya mulia, ngelapak buku sempat dibubarkan oleh petugas keamanan setempat dengan alasan harus meminta izin lebih dulu. Mereka tidak dibolehkan melapak di area lapangan, sehingga harus pindah di lokasi yang mepet dengan trotoar.
“Karena ini event pertama kami, kami agak syok juga ketika tadi kami mendapat pembubaran dan penolakan dari pihak taman kotanya,” kata salah satu anggota komunitas literasi, Tangkas Gede Hary Angga, Minggu.
Menurutnya, aktivitas positif seharusnya difasilitasi oleh pemerintah bukan malah dibubarkan. Apalagi lokasi yang dipakai adalah fasilitas publik.
“Padahal kami tidak menjual, tidak ada agenda apa selain membaca. Hanya ngelapak untuk membiasakan budaya literasi ini sebagai lifestyle di Kota Singaraja,” jelasnya. Tangkas berharap bisa mendapat kemudahan ke depan dalam membuat kegiatan yang serupa.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.