Kisah Sawitri, Model Internasional Bali yang Berjuang Melawan Bullying

Posted on

Nama Sawitri belakangan semakin populer di media sosial (medsos), terutama dunia modeling internasional. Model berdarah Bali kelahiran Medan ini tidak hanya sukses melangkah di panggung fashion dunia, tetapi juga aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghentikan bullying.

Berdasarkan pengalaman pribadinya, perempuan bernama lengkap Sawitri Khan ingin menginspirasi banyak orang agar lebih percaya diri dan berani melawan perundungan.

Sawitri lahir di Medan pada 23 Juni 1996. Ayahnya berdarah campuran India-Indonesia yang berasal dari Sumatera, sementara ibunya berasal dari Bali. Saat berusia 2,5 tahun, keluarganya pindah ke Jembrana, Bali, tempat ia tumbuh dan menempuh pendidikan dasar hingga SMA.

Awalnya, dunia modeling tidak ada dalam bayangannya. Ia bahkan sempat bercita-cita menjadi pengacara sebelum akhirnya mengikuti sekolah pariwisata di Bali selama 1 tahun selepas SMA. Namun, pekerjaan ini tidak cocok baginya.

Pada 2017, Sawitri pindah ke Jakarta dan bekerja di perusahaan bibinya yang bergerak di bidang jasa edukasi saham. Untuk membantu ekonomi keluarga dan kedua adiknya yang masih bersekolah saat itu, Sawitri juga melakukan berbagai pekerjaan sampingan seperti berjualan bunga, menjalankan event organizer, dan modeling.

Perjalanan modelingnya dimulai ketika tantenya menyarankan untuk mencoba dunia tersebut. “Tante aku bilang ‘kenapa kamu nggak modeling aja? Kamu kurus, tinggi, kulit kamu berbeda dari yang lainnya’ pokoknya tanteku support banget dan suruh aku sekolah modeling dulu,” cerita Sawitri saat dihubungi detikBali, Rabu (26/3/2025).

Menuruti saran bibinya itu, Sawitri masuk sekolah modeling, meskipun harus bolos beberapa kali karena kesibukan bekerja. Memanfaatkan waktu-waktu luang, Sawitri yang bertinggi 174 sentimeter (cm) itu melengkapi ilmu modelling melalui YouTube.

Setelah lulus, perjalanan awal menjadi model di Indonesia tidaklah mulus, bahkan sempat sepi job di Indonesia dan gagal saat mencoba casting di Paris. Namun, berkat bantuan dari teman suaminya, yang saat itu masih menjadi pacarnya, Sawitri akhirnya bertemu dengan agensi pertamanya di Warsawa, Polandia. Sejak saat itu kariernya semakin melesat.

Kini, ia bekerja di bawah naungan sembilan agensi modeling di Eropa dengan Mother Agency bernama Rebel Models Management di Polandia, dan telah bekerja sama dengan berbagai brand fashion ternama seperti Zalando, Adidas, Pull & Bear, About You, dan Puma.

Sawitri juga pernah tampil dalam majalah Vogue serta menjadi cover untuk majalah Maxima di Portugal. Salah satu pencapaian yang paling membanggakan bagi Sawitri adalah saat ia mendapat kesempatan tampil di Lisbon Fashion Week dan Portugal Fashion Week.

“Yang buat aku proud itu aku tidak perlu ikut casting, karena waktu aku ada kerjaan di Polandia dan cast director Lisbon Fashion Week dan Portugal Fashion Week seneng banget sama aku. Pokoknya tinggal datang hari H pakai baju, jalan aja gitu. Hotel, driver, makanan aman. Sudah disediakan semua, tinggal masuk ke tempat show-nya,” cerita Sawitri dengan nada bangga.

Di tengah kesuksesannya di dunia modeling, Sawitri tetap mengutamakan pendidikan. Pada 2020, ia kemudian melanjutkan kuliah di Binus University dengan jurusan Manajemen Bisnis dan lulus pada 2024.

Sebagai model, ibu dari dua anak ini tetap menjaga kesehatan tubuhnya. Ia mengaku gaya hidup sehat dan faktor genetik turut berperan dalam bentuk tubuhnya yang tetap ideal.

“Mungkin ini genetik, ya. Papaku awet muda banget, ganteng luar biasa, dan giginya rapi. Aku dulu juga atlet maraton dan jalan cepat waktu SMA. Untuk pola makan, aku tidak pernah makan fast food seperti pizza, burger, dan lain-lain. Ini karena aku tidak bisa makan gluten yang membuat perut aku kembung. itu sebenarnya justru bagus bagi kulit dan badan aku,” kata wanita yang saat ini tinggal di Lisbon itu.

Perjuangan Sawitri Melawan Perundungan

Masa kecil Sawitri tidaklah mudah. Sejak kelas 2 SD hingga kelas 2 SMA, ia mengalami bullying atau perundungan dan kerap diejek karena kulitnya yang gelap, tubuhnya yang dianggap kurang ideal, dan bahkan giginya yang putih dan rapi menjadi masalah bagi teman-temannya.

Akibatnya, ia sempat kehilangan kepercayaan diri dan bahkan sempat enggan tersenyum di depan orang lain. Namun, pengalaman pahit ini justru menjadi pemicu baginya untuk tetap fokus mengejar karier dan membuktikan bahwa orang-orang yang pernah meremehkannya salah.

“Di Instagram aku bisa aja cuma bikin konten tentang keseharian sebagai model di Eropa, tapi aku yakin bullying masih tetap ada di mana-mana. Bukan cuma karena kulit gelap, bahkan orang dengan kulit putih pun bisa di-bully. Masalahnya ada pada budaya kita yang harus diubah demi menciptakan generasi yang lebih sehat, bukan hanya fisik tapi juga mental,” ujar Sawitri.

Efek dari perundungan itu masih terasa hingga kini. Ia mengaku masih sulit mempercayai orang lain, selalu curiga bahwa ada maksud tersembunyi di balik sikap baik seseorang.

“Aku mungkin sekarang nggak langsung 100 persen percaya sama orang. Kalau ada orang bicara ke aku, aku berfikir ‘oh, you talk to me? kamu mau sesuatu nih dari aku’, jadi seperti menjaga diri aku supaya aku gak tersakiti lagi,” jelasnya.

Selain modeling, Sawitri memiliki kepedulian tinggi terhadap budaya dan edukasi. Ia menginisiasi platform “Pustaka Budaya Dunia” untuk menyediakan informasi museum dalam bahasa Indonesia.

“Ide ini muncul karena aku sering ke museum ternama di Eropa dan merasa kesal karena tidak menemukan informasi dalam bahasa Indonesia. Aku ingin orang Indonesia yang traveling ke luar negeri tetap bisa memahami sejarah dan budaya tempat yang mereka kunjungi,” jelas wanita 28 tahun itu.

Saat ini, platform tersebut dikelola oleh 26 volunteer atau relawan dari berbagai negara yang menerjemahkan informasi budaya dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. Dengan platform ini, Sawitri berharap bisa membantu lebih banyak orang Indonesia untuk mengenal sejarah dan budaya dunia dengan lebih mudah.