Kisah Nakes RSUD Wangaya Berjibaku Tangani Pasien Saat Banjir Menerjang

Posted on

Tenaga kesehatan (nakes) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Denpasar, baik dokter, perawat hingga staf, berjibaku menangani pasien saat banjir menerjang, Rabu (10/9/2025) pagi. Sejumlah pasien di RSUD Wangaya terpaksa diungsikan alias dirujuk ke rumah sakit lain gegara listrik mati imbas banjir tersebut.

“Ya, mati listrik sejak (Rabu) pukul 05.00 Wita,” kata Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Wangaya, Anak Agung Dharma Yudha, saat dihubungi infoBali, Kamis (11/9/2025).

Hujan deras yang mengguyur hampir di seluruh wilayah Denpasar sejak Selasa (9/9/2025) malam hingga Rabu (10/9/2025) pagi. Guyuran hujan deras membuat debit air Tukad (Sungai) Badung meninggi.

Hujan deras yang mengguyur hingga pukul 05.00 Wita akhirnya tak lagi dapat tertampung di salah satu sungai terbesar di Denpasar itu. Banjir pun terjadi. Gedung RSUD Wangaya lantai satu di sisi utara dihantam arus deras banjir. Walhasil, tembok itu jebol.

Sejumlah mobil dan motor keluarga pasien hingga kendaraan dinas RSUD Wangaya turut terhempas arus air yang mengganas. “Ada keluarga pasien yang mencoba memindahkan mobil dan motornya, tetapi nggak sempat karena sudah terhempas banjir,” terang Dharma.

Tak hanya tembok dan kendaraan yang dihajar banjir. Sejumlah obat di gudang farmasi yang terletak di lantai satu sisi utara, gudang server data rekam medis, dan gudang logistik, habis tak tersisa.

“Obat-obatan itu sudah tidak berguna karena terendam air. Ada juga obat-obatan yang perlu mesin pendingin saat disimpan. Itu pun habis karena mesinnya mati,” terang Dharma.

Beruntung, meski sempat dihempas banjir bandang, air hanya sampai merendam lantai satu yang posisinya di ruang bawah tanah alias basement. Semua dokter, perawat, staf, dan pasien RSUD Wangaya berada di lantai dua.

“Semua manusia berada di lantai dua. Di sana itu ada gedung C, ruang operasi, ada ruang intensif jantung, dan ruang perawatan pasien. Jadi (luapan) airnya hanya berhenti di tangga bawah saja,” tutur Dharma.

Meski begitu, listrik di RSUD Wangaya langsung padam akibat banjir. Akibatnya, sejumlah peralatan medis yang tidak menggunakan baterai otomatis mandek. Mesin x-ray untuk rontgen, mesin inkubator untuk bayi, dan sejumlah peralatan di laboratorium yang menggunakan listrik tidak dapat dipakai karena listrik mati.

Akibat listrik mati, lima bayi terpaksa dievakuasi ke RSUD Klungkung dan Rumah Sakit (RS) Mangusada hingga ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah. Selain bayi, pasien yang membutuhkan pemeriksaan rontgen juga terpaksa dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah, RSUD Bali Mandara, dan beberapa rumah sakit lain.

Manajemen RSUD Wangaya sebenarnya mempunyai genset. Namun, menurut Dharma, penggunaan genset urung dilakukan karena sumber listrik itu berada di lantai satu sehingga terendam banjir.

Akibat listrik mati, selama delapan jam, dokter dan perawat tetap menangani pasien meski sebagian peralatan medis tidak dapat digunakan. Selain itu, para dokter dan perawat berjibaku menangani 10 pasien korban banjir di Denpasar.

Seorang di antara 10 pasien korban banjir itu dinyatakan meninggal dunia. Satu pasien lain dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah karena butuh pemeriksaan rontgen dan satu lagi harus menjalani rawat inap atau opname. “Sisanya, hanya menderita luka ringan dan sedang,” tutur Dharma.

Genangan air di lantai satu baru mulai surut sekitar pukul 15.00 Wita. Pembersihan dilakukan untuk mengamankan sumber listrik hingga genset akhirnya dapat terpasang. “Pelayanan vital sudah mulai pulih. Untuk ruang intensif, operasi, dan penunjang di radiologi masih berusaha dipulihkan menunggu listrik (pulih) 100 persen,” kisah Dharma.