Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menilai jumlah kantor SAR di Bali belum ideal. Sebab, empat kantor SAR yang ada di Bali harus membawahi wilayah sembilan kabupaten/kota.
“Saat ini yang terjadi, kantor SAR yang ada di Bali membawahi sembilan kabupaten/kota,” Syafii seusai kunjungan kerja di kantor SAR Denpasar, Kamis (16/10/2025).
Diketahui, empat kantor SAR di Bali terdiri dari Pos SAR Karangasem, Pos SAR Buleleng, Pos SAR Jembrana, dan Pos SAR Denpasar sebagai pusat. Empat pos SAR itu mencakup sisa kabupaten lain di Bali yang tidak memiliki kantor, yakni wilayah kerja Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan, dan Klungkung.
Sementara itu, satu unit SAR di Nusa Penida hanya digawangi enam personel. “Itu menjadi tugas, secara tidak langsung menjadi tugas kami, yang menjadi perhatian khusus,” kata Syafii.
Syafii mengatakan jumlah kantor SAR di Bali perlu ditambah. Dia mengaku pernah membahas hal itu saat rapat dengar pendapat dengan DPR RI.
“Basarnas harus hadir di semua wilayah. Paling tidak di tiap kabupaten ada kantor SAR,” ujarnya.
Meski jumlah kantor dan jumlah personel belum ideal, Syafii berharap SAR di Bali bekerja dan berfungsi maksimal. Termasuk saat kekurangan alut (peralatan dan kendaraan pencairan dan penyelamatan).
“Saya pastikan, kalau bicara soal kompetensi SAR secara nasional, saya rasa cukup. Hanya saja, kalau ingin melengkapi (keberadaan kantor SAR) di setiap wilayah, harus dengan peralatan yang lengkap. Itu yang belum,” katanya.
Kepala SAR Denpasar I Nyoman Sidakarya mengatakan sudah mengajukan permohonan penambahan personel dan alut untuk unit SAR di Nusa Penida. Hal itu dilakukan untuk memperbesar skala kekuatan unit SAR di Nusa Penida agar setara pos atau kantor SAR.
“Jadi, yang diharapkan kantor SAR Denpasar ini, terkait organisasi, yakni status unit siaga SAR Nusa Penida. Supaya jadi pos SAR,” kata Sidakarya.
Sidakarya mengatakan banyak kasus kecelakaan yang dialami wisatawan di wilayah Nusa Penida yang dikelilingi perairan. Kunjungan wisatawan asing ke Nusa Penida juga tinggi. Beberapa kasus kecelakaan menelan korban jiwa turis asing yang tewas terseret ombak setinggi lebih dari 4 meter.
“Mudah-mudahan bisa disetujui Pak Kepala Basarnas. Mudah-mudahan (permohonan jadi Pos SAR) segera terealisasi,” pungkasnya.
“Basarnas harus hadir di semua wilayah. Paling tidak di tiap kabupaten ada kantor SAR,” ujarnya.
Meski jumlah kantor dan jumlah personel belum ideal, Syafii berharap SAR di Bali bekerja dan berfungsi maksimal. Termasuk saat kekurangan alut (peralatan dan kendaraan pencairan dan penyelamatan).
“Saya pastikan, kalau bicara soal kompetensi SAR secara nasional, saya rasa cukup. Hanya saja, kalau ingin melengkapi (keberadaan kantor SAR) di setiap wilayah, harus dengan peralatan yang lengkap. Itu yang belum,” katanya.
Kepala SAR Denpasar I Nyoman Sidakarya mengatakan sudah mengajukan permohonan penambahan personel dan alut untuk unit SAR di Nusa Penida. Hal itu dilakukan untuk memperbesar skala kekuatan unit SAR di Nusa Penida agar setara pos atau kantor SAR.
“Jadi, yang diharapkan kantor SAR Denpasar ini, terkait organisasi, yakni status unit siaga SAR Nusa Penida. Supaya jadi pos SAR,” kata Sidakarya.
Sidakarya mengatakan banyak kasus kecelakaan yang dialami wisatawan di wilayah Nusa Penida yang dikelilingi perairan. Kunjungan wisatawan asing ke Nusa Penida juga tinggi. Beberapa kasus kecelakaan menelan korban jiwa turis asing yang tewas terseret ombak setinggi lebih dari 4 meter.
“Mudah-mudahan bisa disetujui Pak Kepala Basarnas. Mudah-mudahan (permohonan jadi Pos SAR) segera terealisasi,” pungkasnya.
