Sapi Bali (Bos javanicus domesticus atau Bos sondaicus) menjadi salah satu hewan ternak unggulan di Indonesia. Tubuhnya besar condong ke arah depan. Secara kasat mata ada kesamaan antara sapi Bali dan banteng liar, meski dari segi ukurannya lebih kecil dari banteng.
Dilansir dari laman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali (Distanpangan Bali), sapi Bali merupakan sapi asli dan murni Indonesia, merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi sejak zaman prasejarah 3500 SM. Dinamakan sapi Bali karena gen asli sapi ini berasal dari pulau Bali, kemudian menyebar luas ke daerah Asia Tenggara.
Saat ini, sapi Bali tersebar bukan cuma ada di Bali, tapi juga sampai sebagian Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). Ismaila A Kadir dalam bukunya yang berjudul Ilmu Ternak Ruminansia dan Non Rumansia, sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng. Jenis sapi ini unik dan tujuan pemeliharaannya selain untuk penghasil daging, kerja penarik bajak, dan kultur sosial lainnya.
Sapi Bali berasal dari penjinakan banteng liar di Bali pada abad ke-19. Itulah mengapa warna bulunya masih sama dengan bulu banteng, hanya kakinya berwarna putih dan penampilan tubuhnya padat.
Pada buku Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan oleh Abdul Hamid dan Zainal Fanani, disebut sapi Bali dianggap sebagai salah satu aset yang banyak diminati dengan tingkat kesuburan tinggi dan beragam keunggulan lainnya. Sebagai sapi pekerja yang baik, sapi Bali dapat memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi.
Hal tersebut dibenarkan oleh Gde Aryantha Soethama dalam arsip wawancara infocom. Seniman, sastrawan, sekaligus penulis buku asal Bali ini menjelaskan bahwa ada banyak satwa Bali, salah satunya sapi Bali. Keistimewaan ini mampu jadi daya tarik bagi wisatawan untuk kembali plesir ke Pulau Dewata.
“Sapi Bali itu sapi unik, sudah menjadi keistimewaan. Kemudian ada jalak Bali, hanya Bali yang punya. Nah itulah keunikan-keunikan Bali, jadi yang membuat orang senang kembali menikmati Bali itu karena keunikannya,” jelas pria kelahiran Juli 1955 tersebut.
Sapi Bali merupakan hewan ternak yang bagus dalam beradaptasi, sehingga dapat tumbuh baik dengan pakan yang jelek. Sapi Bali juga punya daya tahan yang baik terhadap panas tinggi, hasil pemotongannya menunjukkan persentase kualitas daging yang baik, dan sifat reproduksinya bagus karena dapat beranak setiap tahun.
Sapi Bali yang merupakan domestikasi dari banteng, sudah dikenal keunggulannya secara internasional. Sapi ini diakui oleh dunia sebagai sapi ras asli Indonesia dan disebut Bali cattle. Berikut penjelasan keunggulan sapi Bali:
Dalam buku Beternak Sapi Potong oleh Bambang Agus Murtidjo menyebut karakteristik dan bentuk badan sapi Bali digolongkan sapi pedaging ideal, bahkan nilai mutu dagingnya lebih unggul daripada sapi pedaging Eropa seperti Hereford atau Shortorn.
Zainal Abidin dalam buku Penggemukan Sapi Potong Edisi Revisi juga menjelaskan bahwa sapi Bali memiliki tingkat kesuburan sangat tinggi, bahkan mempunyai kemampuan reproduksi terbaik diantara sapi-sapi lokal di Indonesia.
Penyuluh Pertanian Utama drh Ni Wajan Leestyawati dalam laman Distanpangan Bali menyebut salah satu keunggulan sapi bali adalah sering terjadi kelahiran kembar.
pada Juni 2022, telah terjadi kelahiran kembar pada sapi Bali. Kelahiran kembar pertama terjadi di Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Anak lahir kembar jantan dan betina dari seekor induk.
Kelahiran kembar kedua terjadi di Kiadan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Anak kembar, keduanya jantan dengan berat 16 kilogram (kg) dan 17 kg. Kedua induk kawin dengan kawin suntik atau inseminasi buatan (IB). Beberapa tahun yang lalu bahkan terjadi kelahiran kembar tiga di Kabupaten Klungkung.
Keunggulan dalam beradaptasi pada hampir seluruh kondisi tropis di Indonesia membuatnya terkenal sebagai sapi dengan julukan ‘sapi perintis’. Keunggulan lainnya adalah tetap produktif pada kondisi lingkungan baru tempat ia dipelihara, dengan tetap mempunyai tingkat reproduksi dan pertumbuhan serta kondisi tubuh yang baik.
Dalam laman Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB), Ronny Rachman Noor, menyebut sapi Bali di lingkungan marjinal seperti di Kalimantan Tengah misalnya, dapat dengan mudah merubah pola makannya dari rumput-rumputan ke pakis-pakisan yang banyak terdapat di daerah rawa.
Guru Besar Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan IPB tersebut juga membandingkan Sapi PO (Peranakan Ongole) tidak dapat bertahan dalam kondisi dimana rumput tidak tersedia.
“Tidak banyak bangsa sapi lain di dunia yang memiliki kemampuan seperti ini. Pada kondisi yang marjinal sekalipun, sapi Bali masih dapat bertahan hidup, bereproduksi, dan menghasilkan daging dengan kualitas tinggi. Persentase karkasnya mungkin yang tertinggi di dunia,” tulisnya.
Sapi Bali merupakan satu-satunya sapi domestik yang warna jantan dan betinanya sama pada saat lahir, tapi berbeda pada saat dewasa. Pada saat lahir sampai menjelang dewasa, sapi Bali jantan dan betina memiliki warna yang sama, yaitu merah bata dengan bagian kaki bawah dan daerah sekitar pantat yang berwarna putih.
Setelah memasuki masa dewasa, sapi jantan berubah warnanya menjadi merah kehitaman dengan ujung kaki dan pantat tetap berwarna putih. Perubahan warna ini disebabkan oleh mulai aktifnya hormon jantan.
Dalam istilah genetika, fenomena ini dikenal sebagai sexual dimorphism yaitu suatu keadaan yang dapat membedakan antara jantan dengan betina.
Sapi Bali merupakan keturunan langsung dari banteng. Hewan banteng pada saat ini masih hidup dan dapat dijumpai di Taman Nasional di Ujung Kulon dan Baluran. Kebanyakan bangsa sapi di dunia, nenek moyangnya sudah punah.
Ni Made Ayu Gemuh Rasa Astiti MP dalam bukunya yang berjudul ‘Sapi Bali dan Pemasarannya’, menjelaskan bahwa Sapi Bali berasal dari group Bibovine (Bos Sondaicus, Bos javanicus, Bibos banteng). Sapi Bali sebagai salah satu rumpun sapi asli Indonesia yang memiliki beberapa keunggulan.
Sapi Bali saat ini telah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Populasi sapi Bali terbanyak ada di asalnya yakni Provinsi Bali, kemudian diikuti Sulawesi Selatan, dan NTT. Sapi Bali telah dikembangkan di Bali sejak dahulu kala dan telah diyakini keunggulannya dibandingkan dengan sapi-sapi lokal lainnya, sehingga dipandang sebagai kekayaan nasional yang patut dijaga kelestariannya.
Tertuang pada keputusan dewan Raja-Raja di Bali tanggal 25 Juli 1947 yang dibuat untuk mempertahankan kemurnian genetik sapi Bali. Hal ini juga diperkuat dengan Pergub Bali Nomor 45 Tahun 2004, tentang pelestarian sapi Bali, sapi dari luar Bali dilarang dimasukkan dan dipelihara di Bali. Sehingga, sapi Bali yang ada di Bali sampai saat ini masih terjaga kemurnian genetiknya.
Keunggulan-keunggulan tersebut membuat sapi Bali dilestarikan secara genetis maupun populasinya. Bali merupakan satu-satunya wilayah yang mempunyai genetik murni sapi Bali sebab hewan ternak ini tidak dikawin-silangkan dengan sapi ras atau bangsa lain.
Cara pemeliharaannya pun khusus, beberapa caranya yakni dibedakan antara yang dikandangkan terus-menerus, yang digembalakan pada areal tertentu, atau cara pemeliharaan dengan kombinasi kedua cara pemeliharaan tersebut.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali menyebut jika ditinjau dari sejarahnya, sapi merupakan hewan ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat petani di Bali. Petani memeliharanya untuk membajak sawah dan tegalan, serta menghasilkan pupuk kandang yang berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian.
Lebih jelasnya, berikut taksonomi zoologi sapi Bali:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Sub ordo : Ruminantia
Infra ordo : Pecora
Kelas : Ordo
Famili : Bovidae
Subfamili : Bos
Genus : Bos (Cattle)
Group : Taurinae
Spesies : Bos Sodaecus
Dirangkum dari beberapa artikel Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, berikut ciri-ciri sapi Bali:
Bentuk badan yang kompak padat, sintal, dan tidak berpunuk, seolah-olah tidak bergelambir. Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang. Kepala lebar dan pendek dengan dahi datar, telinga berukuran sedang dan berdiri.
Badannya padat dengan dada yang dalam. Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau. Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam.
Warna bulu badan sapi Bali yang baru lahir baik jantan maupun betina berwarna merah bata. Namun saat dewasa, sapi betina warnanya tetap dan sapi jantan berwarna hitam. Perubahan warna terjadi mulai pedet jantan berumur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun.
Pada buku Agribisnis Peternakan oleh Nurdin Mappa, dijelaskan warna hitam dapat berubah menjadi cokelat tua atau merah bata kembali apabila sapi Bali jantan itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormon testosterone. Warna sapi Bali jantan umumnya berwarna hitam kecuali pada kaki dan pantat, serta tanda lainnya adalah bertanduk.
Keempat tungkainya berwarna putih seolah-olah sapi memakai kaos kaki putih (white stocking) dan warna putih juga di bagian pantat berbentuk seperti cermin (white mirror). Warna bulu putih juga dijumpai pada bibir atas/bawah, perut, ujung ekor, dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih terdapat di antara bulu yang coklat (bintik-bintik putih), tapi ini masuk pada kelainan.
Cermin hidung (moncong), kuku, dan ujung ekor berwarna hitam. Di tengah-tengah punggungnya ada bulu hitam membentuk garis memanjang dari gumba (titik tertinggi pada punggungnya, di antara ruas-ruas tulang belakang bagian dada) sampai ke ujung ekor. Garis ini dinamai garis belut kebanyakan petani menyebutnya tulang lindung (dalam bahasa Bali).
Bulu sapi Bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek, licin, dan mengkilap. Kulitnya berpigmen dan halus. Sapi Bali memiliki bentuk yang relatif persegi dan simetris.
Di samping ciri-ciri umum di atas, sapi Bali juga ditemukan beberapa pola warna yang menyimpang. Dikemukakan oleh W Hardjosubroto dan JM Astuti dalam buku ‘Membudidayakan Sapi Bali’, beberapa di antaranya sapi Bali yang bertutul-tutul pada bagian tubuhnya, ada juga sapi panjut yang ujung ekornya berwarna putih.
Nah, itulah tadi keistimewaan sapi Bali, lengkap dengan karakteristik dan cirinya. Semoga menambah pengetahuanmu, ya!