Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Erdogan menyebut Netanyahu sebagai ancaman terbesar bagi kawasan Timur Tengah.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Dilansir dari infoNews, hal itu disampaikan Erdogan dalam sebuah panggilan telepon dengan emir Qatar. Erdogan mengatakan dirinya akan terus berupaya menghentikan lingkaran kekerasan di kawasan.
“Netanyahu telah menunjukkan sekali lagi bahwa dia adalah ancaman terbesar bagi keamanan kawasan itu,” menurut kantor kepresidenan Turki terkait isi pembicaraan antara Erdogan dengan emir Qatar.
Diketahui, Erdogan dikenal sebagai pengkritik yang vokal untuk Israel dan pendukung setia Palestina. Ia menuduh Israel membawa strategi yang sama untuk menenggelamkan wilayah tersebut dengan darah seperti yang dilakukan di Gaza.
“Itu strategi untuk menenggelamkan wilayah kami, terutama Gaza, dalam darah, air mata, dan ketidakstabilan ke tahap yang sangat berbahaya,” kata Erdogan seusai gelombong serangan Israel terhadap Iran pada Jumat (13/6).
Militer Israel melancarkan sejumlah serangan besar-besaran terhadap beberapa target militer di wilayah Iran bagian barat. Kedua negara saling serang selama lima hari berturut-turut. Serangan terbaru Tel Aviv itu diklaim menargetkan tempat penyimpanan rudal dan infrastruktur peluncuran rudal Teheran.
“Selama serangan itu, puluhan infrastruktur penyimpanan dan peluncuran rudal darat-ke-darat telah diserang,” klaim militer Israel dalam pernyataannya, Selasa (17/6/2025).
“Selain itu, peluncur rudal permukaan-ke-udara dan lokasi penyimpanan UAV (kendaraan udara tak berawak atau drone) diserang di wilayah Iran bagian barat,” imbuh pernyataan tersebut.
Pernyataan yang dirilis militer Israel itu menyertakan rekaman video yang disebut sebagai momen peluncur rudal permukaan-ke-udara dan rudal darat-ke-darat diserang. Salah satu rekaman video menunjukkan serangan terhadap peluncur rudal darat-ke-udara milik Iran yang membawa tiga rudal.
Media-media lokal Iran juga melaporkan bahwa dua ledakan terdengar di area kota Tabriz, Iran bagian barat laut, pada Selasa (17/6). Kota Tabriz diketahui menjadi lokasi pangkalan Angkatan Udara utama Iran yang menjadi target serangan Israel dalam beberapa hari terakhir.
Seruan agar kedua negara segera mengakhiri pertempuran terus meningkat. Namun, Israel maupun Iran tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan serangan.
Konflik terbaru ini dimulai pada Jumat (13/6) lalu, ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap target-target militer dan nuklir di berbagai wilayah Iran. Teheran lantas membalasnya dengan melancarkan rentetan serangan rudal terhadap wilayah Israel.
Sebelumnya, PM Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan perang antara Israel dan Iran bisa berakhir jika Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, terbunuh. Hal itu diungkapkan Netanyahu saat menanggapi laporan yang menyebut Presiden AS Donald Trump sempat memveto rencana Israel untuk membunuh Khamenei.
“Ini tidak akan meningkatkan konflik, ini akan mengakhiri konflik,” kata Netanyahu, dilansir dari infoNews, Selasa (17/6/2025).
Sebaliknya, Netanyahu menyebut Iran sebagai pihak yang membawa kawasan ke ambang perang nuklir. Ia mengeklaim langkah militer yang diambil Israel selama ini justru bertujuan untuk mencegah hal tersebut.
“Perang selamanya adalah apa yang diinginkan Iran, dan mereka membawa kita ke ambang perang nuklir,” ujar Netanyahu.
“Faktanya, apa yang Israel lakukan adalah mencegah hal ini, mengakhiri agresi ini, dan kita hanya bisa melakukannya dengan melawan kekuatan jahat,” imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di infoNews. Baca selengkapnya dan