Duka menyelimuti keluarga I Komang Surata (56) alias Mang Badenga, salah satu korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. Di tengah Surata yang hingga kini belum ditemukan, kakak kandung Surata, Made Sarti (60), meninggal karena syok adiknya menjadi korban.
Kadek Oka Juni Persada (28), anak Surata, mengungkapkan sejak musibah kapal tenggelam yang terjadi pada Kamis (3/7/2025), keluarga sengaja tidak memberi tahu Sarti. Namun, justru ada tetangga yang menyampaikan kabar duka itu sehingga membuat Sarti syok dan dilarikan ke Puskesmas.
“Memang dari awal kami tidak memberi tahu bibi saya, tetapi ada tetangga yang memberi tahu, akhirnya drop dan sempat dibawa ke Puskesmas. Setelah pulang dari Puskesmas malah lemas dan malam kemarin (Jumat) meninggal dunia,” ungkap Oka saat diwawancarai infoBali, Sabtu (5/7/2025).
Menurut Oka, kondisi itu membuat konsentrasi keluarga besar terpecah karena mereka juga harus mempersiapkan upacara pengabenan untuk Made Sarti. “Kami tetap berusaha melakukan hal yang terbaik agar ayah saya segera ditemukan,” imbuhnya penuh harap.
Keluarga Surata menggelar upacara adat Hindu Bali Nebusin di Pelabuhan Gilimanuk, Bali, Sabtu. Upacara ini digelar dengan harapan mendapatkan petunjuk. Keluarga berharap Surata segera ditemukan. Hingga pencarian hari ketiga, belum ada informasi lebih lanjut mengenai para korban.
Dari pantauan infoBali, tiga anggota keluarga Surata, meliputi istri, anak, serta seorang pemangku, hadir dalam upacara Nebusin tersebut. Mereka membawa sesajen lengkap dan terlihat melemparkan seekor ayam hitam ke arah laut sebagai bagian dari ritual.
“Tujuannya untuk menebus dan menukar keluarga kami (Surata) dengan ayam tersebut. Selain itu juga agar diberikan petunjuk lokasi. Segala upaya telah kami lakukan, dengan harapan segera bisa berkumpul kembali,” ungkap ipar korban, Jero Mangku Alit Supriani, saat ditemui infoBali di lokasi.
Kadek Oka Juni Persada, menambahkan upaya pencarian mandiri telah dilakukan oleh keluarga dan tetangga. Mereka menyisir pesisir Hutan Cekik, Gilimanuk, hingga Pantai Penimbangan, Kelurahan Gilimanuk, sejak kemarin siang hingga malam hari.
“Semuanya saudara hingga tetangga kemarin ikut mencari, tapi belum membuahkan hasil. Jadi kami tetap menjalani sesuai adat Hindu Bali untuk upacara ini (Nebusin),” ujar Oka.