Selama bulan Agustus 2025, terdapat sebanyak sembilan rerainan atau hari suci Hindu berdasarkan perhitungan kalender Bali. Salah satunya adalah Tumpek Wayang yang jatuh pada 16 Agustus 2025.
Simak jadwal hari raya Hindu atau rerainan selama bulan Agustus 2025 menurut kalender Bali berikut ini.
Kajeng Kliwon Enyitan merupakan hari suci yang jatuh setelah Tilem (bulan mati). Saat Kajeng Kliwon, umat Hindu di Bali mengadakan upacara yadnya untuk menyeimbangkan alam sekala dan niskala.
Upacara ini merupakan perwujudan bhakti dan sradha kepada Sang Hyang Siwa yang diyakini turun untuk menjaga keseimbangan dunia.
Hari suci ini merupakan pertemuan antara saptawara Buda (Rabu), pancawara Kliwon, dan wuku Ugu. Buda Kliwon Ugu merupakan hari suci untuk memuja Sang Hyang Ayu (Sang Hyang Nirmala Jati).
Buda Kliwon Ugu dipercaya sebagai hari yang baik untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan dari Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan.
Purnama kali ini jatuh pada sasih (bulan) kedua (karo) dalam kalender Bali. Sasih Karo dipercaya sebagai sasih yang penuh kemuliaan dan merupakan puncak musim dingin di Bali.
Tumpek Wayang dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari Sabtu Kliwon wuku Wayang.Tumpek Wayang erat kaitannya dengan kisah Dewa Kumara.
Konon, Dewa Kumara hendak dimangsa oleh Batara Kala karena lahir bertepatan dengan Wuku Wayang. Itulah sebabnya, orang yang lahir saat Wuku Wayang biasanya disarankan untuk melaksanakan prosesi mebayuh oton hingga sapuh leger saat Tumpek Wayang.
Hari ini merupakan hari pemujaan terhadap Bhatara Rambut Sedana (Dewi Sri Sedana) atau dewi kemakmuran dan rezeki. Masyarakat Hindu di Bali umumnya melakukan persembahyangan dan upacara khusus pada hari ini untuk memohon kesejahteraan dan kemakmuran.
Pada hari suci ini, masyarakat Hindu Bali melakukan pemujaan kepada Dewi Sri memohon agar melimpahkan kesuburan dan kemakmuran.
Umat Hindu di Bali meyakini bahwa Tilem Sasih Karo adalah waktu yang baik untuk melakukan pembersihan diri (lahir dan batin) dan memohon keselamatan kepada Tuhan.
Rerainan ini jatuh pada Anggara (Selasa) bertemu dengan wuku Dukut dan pasaran Kliwon. Hari ini dianggap sebagai hari yang baik untuk melakukan pembersihan dan introspeksi diri, serta memancarkan kasih sayang kepada diri sendiri dan semua makhluk.
Hari suci ini dikaitkan dengan mitologi Watugunung dan merupakan awal dari rangkaian hari raya Saraswati. Hari ini dianggap sebagai hari pemujaan terhadap Sanghyang Siwa, dimana dipercaya Sanghyang Siwa sedang bersemedi.