Isu Beras Oplosan Merebak, Pedagang Beras Lokal di Mataram Kebanjiran Order baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Isu beras oplosan yang tengah diselidiki Kementerian Pertanian (Kementan) dan Polri membuat warga Mataram beralih ke beras lokal. Para pedagang beras lokal di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram mengaku kebanjiran pembeli dalam sepekan terakhir.

Beras lokal asal Lombok Barat, Lombok Utara, hingga Sumbawa dan Bima kini makin diburu warga. Salah satu warga, Novi, memilih beralih membeli beras lokal di pasar setelah membaca pemberitaan terkait dugaan beras oplosan bermerek premium.

“Saya akhirnya memilih beli beras di pedagang beras di pasar saja. Setelah saya baca-baca berita, lebih baik beli di pasar, toh harganya sama dan kualitasnya lebih baik daripada beras yang diduga oplos tapi label premium,” ujar Novi saat ditemui di Pasar Karang Jasi, Cakranegara, Kota Mataram, Jumat (18/7/2025).

Ia mengaku sebelumnya rutin membeli beras premium dari salah satu merek yang masuk dalam daftar temuan Kementan dan Polri.

“Sebenarnya rutin beli beras itu karena stoknya ada di retail modern dekat rumah, daripada jauh-jauh ke pasar, mending beli di retail. Kadang-kadang ada diskon, tapi setelah kasus ini, lebih baik beli ke pasar langsung atau retail lokal yang jual beras lokal, seperti di Ruby misalkan,” imbuhnya.

Senada dengan Novi, Golfani, warga Majeluk, Kota Mataram, juga menyatakan lebih nyaman membeli beras lokal.

“Kalau beli yang di retail rasanya biasa saja, kalau kepepet beras di dapur habis, baru beli di minimarket. Tapi selama ini sih beli beras di agen beras atau di pasar,” katanya.

Wayan, pedagang beras di Pasar Karang Jasi, mengatakan penjualan beras lokal yang dijualnya meningkat tajam dalam sepekan terakhir.

“Biasanya ada yang beli satu kilogram, tapi sekarang banyak yang beli 5 kilogram,” ungkapnya, Jumat.

Ia mengaku baru mengetahui isu beras oplosan dari pembelinya.

“Awalnya ndak tahu, itupun tahunya dari pembeli. Sepekan ini, pembeli banyak cari beras Tanjung dari Lombok Utara. Ada juga yang cari beras dari Lombok Barat,” jelasnya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Menurut Wayan, harga beras lokal yang dijualnya bervariasi, mulai dari Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram.

Sementara itu, Ayu, pedagang beras di Pasar Mandalika, juga mengalami lonjakan pembeli sejak awal pekan ini.

“Kalau hari biasa, yang beli beras ramai, normal. Tapi awal pekan ini, tambah ramai. Kalau sehari bisa lebih dari 20 orang, sekarang bisa 30-35 orang beli beras di sini,” katanya.

Menurut Ayu, beras Tanjung asal Lombok Utara menjadi yang paling diminati warga Mataram dan sekitarnya.

“Paling laris itu beras Tanjung,” jelasnya.

Sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri tengah memeriksa empat produsen beras terkait dugaan pelanggaran mutu dan takaran. Keempatnya yakni Wilmar Group, PT Food Station Tjipinang Jaya, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group).

Sejumlah merek beras yang diproduksi perusahaan-perusahaan tersebut diduga dioplos. Wilmar Group diketahui memproduksi beras Sania, Sovia, dan Fortune. Sementara PT Food Station Tjipinang Jaya memproduksi FS Japonica, FS Setra Ramos, FS Beras Sego Pulen, FS Sentra Wangi, Alfamart Sentra Pulen, dan Indomaret Beras Pulen Wangi.

PT Belitang Panen Raya diketahui memproduksi beras premium seperti Raja Ultima, Raja Platinum, RajaKita, serta merek ekonomis RAJA. Sedangkan Japfa Group memproduksi beras merek Ayana.

Langkah penyelidikan ini merupakan tindak lanjut laporan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang menyebut ada 212 merek beras yang melanggar ketentuan. Sejauh ini, 10 produsen telah diperiksa oleh Polri.