Jazmyn, salah satu korban selamat dalam insiden penembakan di Villa Casa Satis, Badung, Bali, mengaku tidak memiliki hubungan apapun dengan pelaku. Hal ini disampaikan tim kuasa hukum Jazmyn.
“Mereka tidak kenal. Mereka tidak tahu itu siapa, kenapa. Bahkan istri korban sendiri bilang saya pengen tau ini siapa,” kata Sary Latief, salah satu tim kuasa hukum Jazmyn, Selasa (24/6/2025).
Ponsel para korban juga telah diperiksa untuk mencari petunjuk terkait kasus tersebut. Namun hasilnya nihil.
“HP korban waktu itu sudah diambil kepolisian dan sudah dilakukan pemeriksaan dan tidak ditemukan apa-apa yang menurut pihak kepolisian harus dijadikan barang bukti,” ujar Sary.
Sary juga menegaskan tidak ada barang berharga yang hilang dari lokasi kejadian. Dugaan bahwa insiden ini berkaitan dengan motif pencurian pun terpatahkan.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Zivan Radmanovic, korban meninggal dalam penembakan tersebut, diketahui merupakan pengusaha alat berat di Melbourne, Australia. Sementara istrinya, Jazmyn, adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari merawat enam anak mereka.
“Beberapa bulan ini bahkan suami lebih banyak membantu istri karena mereka baru mempunyai bayi dan bayinya sakit. Bahkan suami juga membantu dalam hal-hal pekerjaan rumah,” imbuh Sary.
Korban lainnya yang selamat, Sanar Ghanim, merupakan pengusaha properti di Australia dan Bali. Ia kerap bolak-balik dari Melbourne ke Bali untuk mengurus usahanya. Villa Casa Satis, lokasi penembakan, adalah salah satu properti miliknya yang dibangun dan dikelola dengan status sewa guna (lease).
Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap motif pelaku penembakan.
Pasca-insiden, kondisi psikologis Jazmyn disebut sangat memprihatinkan. Tim hukum dari DnT Lawyers menyebut Jazmyn mengalami trauma berat hingga sulit makan.
“Nggak bisa makan. Tim kami dampingi selalu. Makan sedikit-sedikit hanya untuk survive saja. Masih merenung, masih shock,” kata Sary.
Bahkan secara fisik, Jazmyn terlihat sangat terpukull. “Hampir setiap hari bengong. Bahkan jadi kurus ya, jadi cekung. Jadi kurus sekali,” ujarnya.
Kepolisian memahami kondisi ini dan tidak memaksakan permintaan keterangan. Jazmyn sendiri disebut sangat ingin segera pulang ke Australia, namun masih harus berada di Bali untuk kepentingan penyidikan.
“Tapi tentunya mereka bersedia tetap di sini karena harus ada pertanyaan atau pernyataan untuk kepentingan penyidikan. Tapi setiap kali ditanya udah siap pulang, justru masih takut.”
Salah satu kekhawatiran terbesar Jazmyn saat ini adalah bagaimana memberi tahu anak-anaknya bahwa ayah mereka tidak akan pulang.
“Takut menjelaskan bagaimana menjelaskan kepada anak mereka bahwa perginya sama bapaknya, pulangnya sendirian,” tutur Sary.
Sementara itu, jenazah Zivan telah menjalani proses autopsi dan visum di rumah sakit. Pihak keluarga dan kuasa hukum tengah mempersiapkan dokumen untuk proses pemulangan jenazah ke Australia.