I Mario atau I Ketut Marya adalah seniman yang merevolusi tari Bali pada 1920. Namanya menjadi tersohor sejak membuat koreografi ‘Tari Kebyar Duduk’ yang merupakan angin segar dalam seni tari tradisional.
Seperti namanya, hampir seluruh gerakan Tari Kebyar Duduk dilakukan dalam posisi duduk. Namun sangat dinamis dengan diiringi tabuh yang bertempo cepat dan suara menggelegar.
Cucu mendiang I Mario, Nyoman Sudarma, mengisahkan lahirnya Tari Kebyar Duduk saat sang kakek menari di Singaraja. Saat itu, I Mario diminta untuk mengikuti tabuh jenis baru.
“Dulu kan Mario menari keliling Bali dan waktu menari di Singaraja, keluar tabuh jenis baru yang dia disuruh mengikuti. Spontanitas Mario menari. Akhirnya, dikembangkan gerak itu hingga tercipta Gebyar Duduk,” kenang Nyoman Sudarma saat ditemui infoBali, beberapa waktu lalu.
Dalam buku bertajuk “I Ketut Marya: Pahlawan Seni Kebyar Bali” menjelaskan kemunculan gong kebyar di Bali Utara menyebabkan kelahiran seni pertunjukan baru yang dinamai seni kebyar atau kakebyaran. Ciri khasnya adalah “byarr” atau suara yang keras dan menggelegar yang muncul secara tiba-tiba.
Banyak ahli yang menyebut gong kebyar dipengaruhi musik barat yang dibawa Pemerintah Kolonial Belanda. I Mario kemungkinan melihat penampilan tarian dua penari laki-laki Bali dengan iringan gong kebyar yang dirasa kurang baik sehingga menginspirasinya menciptakan tari tunggal.
Sudarma mengatakan, kemampuan menari I Mario didapatnya secara autodidak sejak usia 10 tahun. Pembuatan koreografi pun dilakukan spontanitas. Seperti Tari Kebyar Duduk yang dibuat seketika dengan banyak gerakan tubuh yang meliuk-liuk.
“Dulu tahun 1940, masa penjajahan itu sering ya disuruh nari untuk menjamu pejabat-pejabat penjajah. Dari Belanda, dari Jepang, beliau disuruh menari. Lalu, menari di hotel-hotel atas ajakan Ketut Tantri dari Amerika. Mengajar menari juga di rumah. Kebanyakan muridnya dari China,” jelas Sudarma.
Selain karena kepiawaiannya dalam menari, Mario juga dikenal sebagai sosok yang rupawan dan karismatik. Tak ayal, lelaki yang lahir di Belaluan, Denpasar, itu diboyong ke Puri Kaleran Tabanan untuk menari. Abdi perempuan di puri juga diam-diam menaruh hati hingga tamu-tamu dari Amerika dan Perancis menciumi wajahnya.
Selain Kebyar Duduk, I Mario juga membuat koreografi tari ‘Oleg Tamulilingan’ yang menggambarkan sepasang tamulilingan (kumbang) yang saling mencintai. Untuk itu, tari ini dibawakan secara berpasangan, perempuan dan laki-laki.
Pada 1950-an, Mario menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sebagai tukang antar surat. Ia tetap tidak meninggalkan dunia tari.
Karena besarnya jasa Mario, didirikan Gedung Kesenian I Ketut Marya di pusat kota Tabanan. Kendati begitu, sebenarnya I Mario bukan asli dari Tabanan, melainkan berasal dari Banjarangkan, Klungkung, dengan nama lahir I Ketut Marya. Ia ikut orang tuanya pindah ke Tabanan dan pada akhirnya menikahi perempuan Tabanan.