Sejumlah wilayah di Kabupaten dan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilanda banjir dalam beberapa hari terakhir. Aktivis lingkungan menyoroti lemahnya peran pemerintah dalam mencegah pembabatan hutan yang masif untuk lahan jagung, yang dinilai menjadi penyebab utama bencana tersebut.
“Aktivitas pembabatan hutan untuk lahan jagung di Bima saat ini kian masif dilakukan. Kemana Pemerintah?,” ucap aktivis lingkungan lokal Bima, Ibrahim, kepada infoBali, Selasa (11/11/2025).
Ibrahim menilai pembukaan lahan jagung yang tak terkendali telah menyebabkan kawasan hutan di Bima semakin gundul. Kondisi ini, katanya, memicu banjir di wilayah Kabupaten dan Kota Bima.
“Kondisi seperti ini tidak boleh terus dibiarkan. Harus dicegah. Pemerintah juga serius menyikapi persoalan ini,” ujar mantan Direktur JAO (Relawan Lingkungan Lokal).
Ia menegaskan, jika hal tersebut terus dibiarkan, dampaknya akan semakin besar. Saat musim hujan, wilayah Bima berpotensi dilanda banjir dan longsor. Sementara pada musim kemarau, daerah tersebut terancam kekeringan akibat hilangnya sumber mata air.
“Kondisi ini hampir merata dan terjadi di kawasan hutan Bima. Perlu ada langkah serius dan tindakan nyata dari Pemerintah,” katanya.
Ibrahim juga meminta evaluasi terhadap program pemerintah yang berpotensi memperparah pembabatan hutan, seperti pembangunan jalan usaha tani (JUT) dan pemberian bantuan bibit jagung.
“JUT salah satu program yang membuka kran warga untuk membuka lahan baru. Karena jalan dibuka dan diberikan bantuan bibit jagung,” jelasnya.
Ia menambahkan, program penghijauan atau reboisasi yang selama ini dilakukan pemerintah jangan hanya bersifat seremonial. Setelah penanaman, kata dia, harus ada pendampingan dan pengawasan agar hasilnya nyata di lapangan.
“Kami melihat program penghijauan belum terdampak dan tak terpengaruh. Karena setelah itu dibiarkan begitu saja, tidak dijaga dan dirawat,” tandasnya.
“Kami berharap setiap kepala daerah agar segera merealisasikan visi-misi yang berkenaan dengan lingkungan. Jangan hanya dijadikan janji politik saja,” tambahnya.
Berdasarkan data yang dihimpun infoBali dari BPBD Kabupaten Bima, banjir menerjang sejumlah wilayah seperti Kecamatan Sanggar, Madapangga, Bolo, Soromandi, dan Wawo, termasuk wilayah Kota Bima.
Kabag Prokopim Setda Kabupaten Bima, Suryadin, mengakui penyebab banjir di sejumlah kecamatan tersebut tak hanya karena curah hujan tinggi, tetapi juga akibat kerusakan hutan yang parah.
“Disamping disebabkan tingginya curah hujan, banjir juga disebabkan kondisi hutan kita yang rusak parah,” katanya.
Menurutnya, daya dukung hutan dan lingkungan di Bima kini jauh berkurang akibat alih fungsi menjadi lahan pertanian, terutama untuk tanaman jagung dan palawija.
“Perlu kesadaran bersama untuk menyikapi persoalan ini,” pungkasnya.






