Hutan Bali Berkurang 459 Hektare, Menteri LH: Itu Sangat Serius!

Posted on

Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menyebut alih fungsi lahan yang masif memberi andil besar terhadap bencana banjir. Salah satunya, luas hutan yang berkurang 459 hektare.

Seperti diketahui, banjir pada Rabu (10/9/2025) telah menewaskan 17 orang. Sementara, lima orang lainnya belum ditemukan.

Menurut Hanif, perubahan lanskap di Bali telah berlangsung sejak lama. Hanif menegaskan perubahan tata ruang sedikit saja berpengaruh besar bagi Bali.

“Kalau yang lain berubah sampai ratusan hektare, ribuan, tidak terlalu pengaruh. Tapi, Bali ini sangat berbeda,” kata dia di rumah jabatan gubernur Jayasabha, Sabtu (13/9/2025), malam.

Sesuai penjelasan Koster, Hanif mencontohkan daerah aliran sungai (DAS) Ayung yang di bawahnya terdapat aliran Tukad Mati, Tukad Badung dan Tukad Singapadu dengan luas total 49.500 hektare. Namun, yang hanya ditutupi pohon sekitar 1.500 hektare atau hanya 3 persen.

“Tadi Pak Gubernur juga agak kaget dan memang secara ekologis untuk daerah aliran sungai mampu menahan ekosistem di bawahnya itu paling tidak harus 30 persen,” tuturnya.

Hanif menyebut rendahnya tutupan hutan sepanjang DAS di Bali akibat alih fungsi lahan telah berlangsung sejak 2015-2024. Menurutnya, terjadi konversi lahan dari hutan menjadi nonhutan seluas 459 hektare.

“459 hektare itu untuk pulau lain mungkin kecil. Tetapi, untuk pulau Bali sangat berarti karena sisa hutannya hanya 1.500 hektare. Awalnya hampir 2.000 tetapi, berkurang 400 hektare sehingga saat ini tinggal 1.500 hektare. Itu cukup sangat serius. Sehingga hujan yang ekstrem atau hujan yang lebat saja itu sudah pengaruh sangat besar untuk Bali,” bebernya.

Menurutnya, DAS Ayung menjadi salah satu DAS penting. Sebab, di bawahnya ada aliran Tukad yang berlokasi di Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.

Hanif menjelaskan Pemprov Bali dan Forkompinda pun menyiapkan langkah untuk mengembalikan fungsi dari lanskap Bali yang berubah.

“Ini karena telah terjadi perubahan iklim yang cukup serius di global dan akan terjadi mungkin beberapa kali secara periodik dan untuk itu Bali harus siap. Kenapa Bali ribut sih? Ya memang karena semua mata ini selalu menuju ke Bali. Sampah sedikit ribut, apalagi ini bencana yang menelan korban jiwa,” beber politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu.

Dia juga menegaskan pihak akan melakukan pengawasan ketat. Termasuk upaya untuk menghindari sejauh mungkin konversi-konversi lahan yang tidak diperlukan.

“Jadi, kita harapkan tidak ada lagi konversi-konversi lahan untuk kegiatan terbangun. Seperti vila, cottages, dan lain-lain yang akan mengganggu serapan air. Ini alam sudah mengkalibrasi dengan hujan yang ekstrem,” ucap Hanif.

Dia lalu mengungkapkan kondisi hujan ekstrem pada Selasa (9/9/2025). Curah hujan mencapai yakni 245,75 mm. Artinya, pada 1 meter persegi tanah didatangi hujan lebih hampir 1 drum atau 245 liter.

“Jadi, kalau total general untuk DAS Ayung tadi yang 49.500 itu ada 121 juta meter kubik yang turun di DAS itu. Sementara drainase dan sungai-sungainya, tadi Pak Wari Kota sudah menyampaikan beberapa sudah mengalami sedimentasi yang cukup serius dan terdapat timbulan-timbulan sampah,” urai Hanif.

Terkait hal tersebut, sambung dia, Pemprov Bali dan Pemkot Denpasar bertekad segera melakukan mitigasi. Serta melakukan kegiatan reforestasi maupun revegetasi.

“Tetapi, secara teknis, Bapak Gubernur tadi sudah memberitahukan kepada PU untuk kemudian meninjau kembali sedimentasi dan daerah ini sepadan sungai,” ucapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *