Puasa sunnah merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Banyak muslim yang ingin menunaikan puasa sunnah, terutama di bulan Syawal ini.
Namun, ada beberapa hari yang menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan puasa sunnah, salah satunya jika dilaksanakan hari Sabtu. Sebab, Sabtu termasuk dalam waktu yang dimakruhkan untuk melaksanakan puasa sunnah.
Lalu, bagaimana jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan salah satu harinya bertepatan dengan hari Sabtu? Terlebih puasa Syawal dilakukan selama enam hari.
Dalam sejumlah kitab fiqih disebutkan bahwa puasa sunnah pada hari Sabtu termasuk perbuatan yang makruh. Hal ini serupa dengan larangan berpuasa di hari Jumat tanpa disertai hari lain.
Sebab, hari tersebut merupakan hari raya mingguan bagi umat Yahudi. Sehingga, umat Islam dianjurkan untuk tidak menampakkan kesan mengagungkan hari Sabtu sebagaimana yang dilakukan oleh mereka.
Seperti disadur dari buku Fikih Sunnah Jilid 2 oleh Sayyid Sabiq, dari Busr as-Sullami dari saudara perempuannya yang bernama Shamma, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تَصُوْمُوْا يَوْمَ السَّبْتِ، إِلاَّ فِي مَا افْتُرِضَ عَلَيْكُمْ، وَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ، إِلاَّا لِحَاءَ عِنَبِ، أوْ عُوْدَ شَجَرَة، فَلْيَمْضَغْهُ
Artinya: “Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu, kecuali puasa yang diwajibkan kepada kalian? Seandainya seseorang di antara kalian tidak mendapatkan kecuali kulit anggur atau dahan kayu (untuk makan), maka hendaknya dia memakannya.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Abu Daud dan Ibnu Majah)
Kemakruhan ini berlaku jika seseorang berpuasa hanya di hari Sabtu, tanpa mengiringinya dengan puasa di hari sebelumnya atau sesudahnya. Makruh puasa yang khusus dikerjakan di hari Sabtu dijelaskan dalam hadits.
Hakim yang mengatakan bahwa hadits ini shahih menurut syarat Muslim. Tirmidzi menyatakan hadits ini hasan. Dia juga mengatakan, yang dimaksud makruh di sini adalah jika seseorang mengkhususkan hari Sabtu untuk berpuasa, sebab orang-orang Yahudi merayakan hari Sabtu.
Ummu Salamah berkata, Rasulullah lebih sering berpuasa pada hari Sabtu dan hari Minggu daripada hari-hari yang lain. Dan beliau bersabda:
إِنَّهُمَا عِيدُ الْمُشْرِكِينَ، فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أُحَالِفَهُمْ
Artinya: “Kedua hari ini merupakan hari besar orang-orang musyrik. Maka, aku ingin melakukan amalan yang bertentangan dengan mereka (orang musyrik).” (HR Ahmad dan Baihaki)
Menurut mazhab Hanafi, mazhab Syafii dan mazhab Hambali, berpuasa hanya pada hari Sabtu hukumnya makruh, berdasarkan pada keterangan dan beberapa alasan di atas. Tetapi imam Malik mengemukakan pendapat yang berbeda. Dia membolehkan puasa secara khusus pada hari Sabtu, disertai hukum makruh.
Dalam laman Kemenag Denpasar, dijelaskan puasa sunnah termasuk syawal, yang dilakukan di hari Sabtu hukumnya boleh. Sebab dalam Darul Ifta’ Al-Mishriyah disebutkan sebagai berikut:
“Berpuasa di hari sabtu dengan niat menggada puasa Ramadan atau puasa sunah seperti puasa Syawal, puasa asyura, dan puasa arafah dianjurkan meskipun bertepatan dengan hari sabtu. Ini kesepakatan para ulama dari berbagai madzhab yang kuat.”
Senada dengan buku Fiqh Puasa Wajib dan Sunnah oleh Abu Utsman Kharisman, bahwa kalau pun seandainya hadits itu shahih, bukan berarti terlarang berpuasa secara mutlak di hari Sabtu. Dijelaskan bahwa tidak mengapa menjalankan suatu puasa sunnah tertentu yang bertepatan dengan hari Sabtu seperti puasa Syawal, Arafah, dan Asyura.
Sebab, seseorang yang menjalankan puasa itu adalah bukan memaksudkan memuliakan secara khusus hari Sabtu. Seperti pendapat ulama asal Mesir, Syekh Yusuf Al-Qardhawi dalam buku Panduan Praktis Ibadah Puasa karya Syamsuddin dan Ahmad Syahirul Alim, yang menyebut puasa di hari Sabtu menjadi makruh apabila seseorang sengaja mengkhususkan puasa hanya pada hari itu saja.
Wallahu a’lam. Semoga Allah SWT menerima niat ibadah kita di bulan Syawal ini.
