Harga Kedelai Naik, Pengusaha Tempe Duga Imbas Kebijakan Impor AS

Posted on

Ketua Pusat Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Bali Sutrisno mengungkapkan harga kedelai impor pada April 2025 mengalami kenaikan. Meski begitu, ia menilai kenaikan harga tersebut tidak terlalu mencolok.

“Harga kedelai stabil antara Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per kilogram (kg). Tapi, sekarang kisaran Rp 9.800 sampai Rp 10.500,” ujar Sutrisno saat dihubungi infoBali, Minggu (27/4/2025).

Sutrisno menduga kenaikan harga kedelai itu sebagai imbas dari kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Meskipun demikian, ia menilai hal itu belum berdampak pada produksi tahu tempe di tingkat perajin atau anggota Puskopti Bali.

Saat ini, Puskopti Bali memiliki sebanyak 380 perajin olahan kedelai yang tercatat aktif. “Saya sudah tanya ke anggota soal bagaimana dengan adanya kenaikan harga ini. Di tingkat perajin, harga masih berkisar Rp 10 ribu sampai Rp 10.500 per kg dan masih bisa berjualan,” ungkapnya.

Puskopti Bali, dia berujar, telah berkomunikasi dengan pemerintah pusat terkait kenaikan harga kedelai tersebut. Komunikasi tersebut dilaksanakan saat Rakernas Gakoptindo pada 15-16 April lalu.

Sutrisno belum berencana mengajukan subsidi kepada pemerintah pusat jika harga kedelai masih stabil di kisaran Rp 10.000 hingga Rp10.500 per kg. “Tapi, kalau harga sudah menyentuh Rp 13 ribu sampai Rp 14 ribu bahkan lebih, kami baru mengajukan (permohonan subsidi),” imbuhnya.

Menurut Sutrisno, selama ini Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 3,3 juta ton per bulan. Khusus untuk Bali saja, kedelai yang diimpor sekitar 1.500-2.000 ton per bulan. Dia berharap harga kedelai impor stabil dan dapat dikendalikan sehingga tak berdampak buruk pada produksi perajin tahu tempe di Bali.