Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus 13 Kali, BPBD Minta Warga Waspada

Posted on

Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus sebanyak 13 kali sepanjang dini hari hingga pagi ini. Letusan terjadi sejak pukul 23.59 hingga 06.00 Wita, disertai dentuman keras yang terdengar hingga ke kota Larantuka dan membuat plafon rumah warga bergetar.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, Herman Yosef S Mboro, menyampaikan letusan terjadi saat cuaca cerah dan berawan. Saat ini, Gunung Lewotobi Laki-laki yang memiliki ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut (mdpl) berada pada status Level III atau Siaga.

“Tinggi kolom abu 500-3.000 meter dan warna asap kelabu,” ujar Herman dalam keterangan resminya, Senin (21/4/2025).

Herman menambahkan, dentuman kuat terdengar jelas dari Pos Pengamatan. Sinar api juga tampak muncul dari kawah puncak gunung saat erupsi terjadi.

Herman mengimbau masyarakat dan wisatawan agar tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi. Ia juga meminta masyarakat tetap tenang serta mengikuti arahan dari Pemda Flores Timur dan tidak mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya.

“Masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, terutama daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, Nawokote,” imbuhnya.

Selain itu, warga yang terdampak hujan abu juga diminta memakai masker atau penutup hidung dan mulut untuk menghindari dampak abu vulkanik terhadap sistem pernapasan.

Salah seorang warga Kampung Baru, Kelurahan Ekasapta, Adam Betan, kaget mendengar dentuman keras yang terasa hingga kota Larantuka.

“Saya kaget karena dentuman besar sekali terdengar di Larantuka. Sampai plafon rumah bergetar,” ujarnya.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga mengingatkan warga agar tetap waspada. Warga yang sudah berada di pos pengungsian terpadu maupun mandiri, termasuk di hunian sementara (huntara), diminta tidak kembali ke rumah mereka.

“Warga yang sudah berada di pos pengungsian terpadu dan mandiri maupun di huntara tidak kembali ke rumah mereka,” ujarnya.

Ia menambahkan, desa-desa yang berada di luar kawasan risiko bencana (KRB) tetap diminta untuk waspada dan mematuhi seluruh larangan pemerintah.

BPBD Minta Warga Tak Kembali ke Rumah