Gubernur NTB Temui Korban Pelecehan Seksual ‘Walid Lombok’

Posted on

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram mengungkap fakta mengejutkan bahwa puluhan korban dugaan pelecehan seksual oleh AF, pimpinan yayasan pondok pesantren di Gunung Sari, Lombok Barat, NTB, mendapatkan ancaman dari pihak pelaku.

“Ada oknum yang mencoba mengancam, ada ancaman menawarkan untuk dinikahi dengan seseorang. Ada juga yang menawarkan untuk dibiayai pernikahannya. Bahkan, ada juga iming-iming untuk menikah dengan adik pelaku,” kata Ketua LPA Kota Mataram, Joko Jumadi, saat dikonfirmasi di Mataram, Kamis (24/4/2025).

Joko menegaskan, bentuk intimidasi terhadap santriwati di sana berasal dari orang-orang di lingkaran pelaku yang disebut ‘Walid’ dari Lombok itu. “Mereka orang dari pelaku,” ujar Joko.

LPA Kota Mataram mencatat sebagian besar korban kini berusia sekitar 20 tahun. Namun, saat kejadian, para korban masih di bawah umur.

“Ada yang (sudah jadi korban saat) tahun 2016, pada saat dia (korban) masih kelas 1 tsanawiyah. Dan (ada juga) yang berlangsung sampai aliyah, jadi enam tahun mereka menjadi korban. Ada yang di 2001 dan 2002. Jadi beragam tiap korban (ini),” ungkap Joko.

Meski begitu, hingga saat ini belum ditemukan korban yang mengalami kehamilan akibat kejadian tersebut.
“Untuk sementara belum kami dapatkan informasi sampai situ (hamil),” jelas Joko.

Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal sebelumnya mengunjungi para korban yang kini berada di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) pada Rabu malam (23/4/2025). Iqbal sedih mendengar langsung cerita dari para korban.

“Ngenes banget, rakyatku jadi korban. Mau nangis rasanya,” kata Iqbal.

Ia membenarkan bahwa tindak pelecehan seksual memang terjadi di lingkungan pondok pesantren, namun menegaskan tidak ada kaitan dengan lembaga tersebut.

“Memang kejadiannya di pesantren, tapi ini tidak ada kaitannya dengan pesantren. Ini (murni ulah) predator, memang orang ini yang jahat,” ujarnya.

Iqbal memastikan pemerintah akan memberikan pendampingan psikologis dan rehabilitasi bagi para korban.

“Apapun yang mereka butuhkan dalam rangka rehabilitasi dan integrasi sosial akan kami bantu, supaya proses trauma healing mereka berjalan dengan lancar. Kita berikan psikolog klinis yang profesional untuk pendampingan,” tambah mantan Dubes Turki tersebut.

Kasus ini mencuat setelah sejumlah santriwati dan alumnus pondok pesantren melaporkan AF ke polisi. Hingga kini, 10 korban telah melapor. Namun, diduga jumlah korban lebih dari itu.

AF dilaporkan atas dugaan pelecehan seksual yang terjadi di berbagai lokasi. Para korban berani melapor setelah menonton serial Malaysia berjudul Bidaah yang viral di media sosial.

Mereka menyebut sosok AF mirip dengan karakter Walid dalam serial tersebut, hingga kasus ini dikenal dengan sebutan ‘Walid Lombok’.

Gubernur NTB Temui Korban

Kasus Terbongkar karena Serial Viral