Gandeng Kementerian, Jimbaran Hub Kembangkan Aspal Plastik

Posted on

Jimbaran Hub menggandeng sejumlah kementerian, termasuk Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), untuk mengembangkan teknologi aspal plastik. Teknologi ini sebagai solusi inovatif pengurangan sampah plastik sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi hijau.

Direktur Legal, External Affairs & Circular Economy Chandra Asri Group, Edi Rivai, mengatakan bahwa sudah lima tahun teknologi ini dikembangkan dan terbukti mampu meningkatkan kekuatan jalan hingga 40 persen dibandingkan dengan aspal konvensional.

“Dalam gelaran plastik yang paling panjang itu ada di Garut, di mana hasil evaluasi membuktikan lebih stabil dibanding aspal konvensional, sehingga berpotensi mengemban kualitas yang lebih baik,” jelasnya di acara Acara Aspal Plastik: Inovasi Ekonomi Sirkular untuk Infrastruktur Berkelanjutan Indonesia, Sabtu (5/7/2025).

Hingga saat ini, Chandra Asri telah memanfaatkan sekitar 1.086 ton sampah plastik dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk pembangunan jalan sepanjang total 120 kilometer (km) di berbagai kota di Indonesia. Di Bali sendiri, proyek awal telah diterapkan di kawasan Jimbaran Hijau dengan luas sekitar 422 meter persegi.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Balai Bahan Jalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Yohanes Roni, menjelaskan potensi besar penerapan teknologi aspal plastik secara teknis dan melihat di Indonesia masih cocok karena banyak jalan yang masih menggunakan aspal. Terutama di jalan kabupaten di Indonesia yang total panjangnya 375.000 km.

Penggunaan teknologi warm mix asphalt juga sudah banyak diterapkan, yakni dengan menurunkan suhu pencampuran agar emisi lebih rendah. Selain itu, teknologi recycling dan reuse juga bisa diterapkan untuk aspal yang sudah lama dipakai.

“Misalnya sudah digelar lama, umurnya sudah selesai. Itu bisa digaruk kembali kemudian dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi daur ulang campuran panas,” jelasnya.

Salah satu alasan plastik cocok digunakan dalam campuran aspal adalah karena kemampuannya menahan air, yang selama ini menjadi penyebab utama rusaknya hubungan antara aspal dan agregat. Berdasarkan pengujian, penggunaan limbah plastik dalam campuran aspal secara signifikan meningkatkan daya tahan.

“Kalau kami uji dari hasil uji Marshall, yang adalah uji untuk desain campuran aspal, kami lihat di parameter stabilitas, jadi kalau kami pakai 5% stabilitasnya naik sekitar 30%, kemudian kalau kami pakai 10% ini stabilitasnya naik sampai 40%,” kata Yohanes.

Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto, menyampaikan dukungannya terhadap program aspal plastik. Menurutnya, upaya ini sejalan dengan cita-cita Indonesia Emas 2045.

“64 juta ton sampah per tahun di negara kita. Sekitar 15 persennya adalah sampah plastik, dan itu sekitar 5,4 juta ton dan mayoritas 3 jutanya itu ke laut jadi nonsense Indonesia Emas 2045. Nggak mungkin menjadi negara maju 2045 tapi sampah dan sampah plastik dibuang ke laut,” tegasnya.

Ia juga menyoroti lemahnya sistem pengelolaan sampah saat ini. Banyak daerah sudah menerapkan pemilahan sampah di rumah, tapi kemudian dicampur lagi oleh armada pengangkut. Di sisi lain, produk olahan seperti paving block dari sampah tidak laku karena tidak masuk dalam standar biaya pemerintah.

“Nah artinya memikirkan dari hulu ke hilir itu adalah kunci dan untuk itu perlu showcase” ujarnya.

Bima juga menyebut Bali sebagai lokasi strategis untuk menunjukkan kolaborasi pengolahan sampah ke dunia. Ke depannya akan segera dilakukan kajian guna melancarkan penggunaan aspal plastik ini.

“Kemendagri akan melakukan kajian untuk program ini. Kami akan kaji berapa produksi yang bisa memungkinkan dan berapa permintaan yang mungkin bisa dipenuhi berkaitan infrastruktur jalan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *