Fakta-fakta Celepuk Rinjani, Burung Hantu Lombok yang Hampir Terancam Punah

Posted on

Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyimpan keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya. Kawasan hutan yang masuk ke dalam Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) itu menjadi habitat bagi berbagai satwa untuk berkembang biak.

Salah satu hewan endemik yang hidup di Gunung Rinjani adalah celepuk rinjani yang tergolong spesies burung hantu terkecil di Indonesia. Namun, keberadaan celepuk rinjani di kawasan TNGR kini berstatus hampir terancam punah.

Bukan karena perburuan, habitat mereka terancam karena menjadi sasaran perambahan hingga alih fungsi lahan. Pada 2022, populasi celepuk rinjani hanya sekitar 102 ekor.

Simak fakta-fakta tentang celepuk rinjani, burung hantu dengan tubuh mungil di kawasan Gunung Rinjani Lombok yang hampir terancam punah.

Menurut Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, celepuk rinjani (Otus jolanodea) pertama kali ditemukan pada tahun 2003 dan sepuluh tahun kemudian baru teridentifikasi. Sejak saat itu, burung ini menjadi prioritas utama dan dalam status hewan yang dilindungi di kawasan TNGR.

Celepuk rinjani termasuk ke dalam spesies burung hantu terkecil di Indonesia yang memiliki ukuran tubuh sekitar 20 sentimeter (cm) dan berat 37-50 gram. Burung ini memiliki bulu berwarna cokelat dengan sentuhan garis dan bintik-bintik berwarna putih.

Pola bulu yang unik membuat celepuk rinjani mudah melakukan kamuflase di batang atau cabang pohon yang dihinggapi. Celepuk rinjani memiliki mata yang berwarna kuning cerah dan bentuk wajah menyerupai cakram.

Celepuk rinjani hanya dapat ditemukan di Pulau Lombok karena merupakan hewan endemik di pulau ini. Burung ini hidup di kawasan hutan Gunung Rinjani di ketinggian 25 hingga 1.350 meter di atas permukaan laut.

Burung ini memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Mereka bisa mencari makanan dengan menjelajahi ladang warga yang ada di sekitar Gunung Rinjani.

Celepuk rinjani menjadi salah satu ikon penting dalam upaya konservasi di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Satwa ini menjadi satu-satunya hewan endemik dan terancam punah.

Itulah sebabnya burung ini sering dijadikan ikon dalam berbagai kegiatan edukasi lingkungan, brosur konservasi, dan program wisata. Hal tersebut sekaligus sebagai pengingat kepada masyarakat untuk ikut bersama-sama menjaga habitat celepuk rinjani.

Masyarakat lokal mengenal burung ini dengan sebutan mpok atau pukpuk. Penamaan itu diberikan warga karena celepuk rinjani memiliki suara yang halus dan berirama seperti pok pok atau puk puk puk.

Ini menjadi ciri khas yang yang membedakanya dengan spesies burung hantu lainnya. Biasanya, suara celepuk rinjani terdengar pada malam hari yang menandakan mereka sedang berkomunikasi dengan satu sama lain.

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), celepuk rinjani termasuk ke dalam satwa yang habitatnya hampir terancam punah. Status ini menunjukkan perlunya upaya konservasi yang serius terhadap hewan endemik tersebut.

Status hampir terancam punah ini disebabkan oleh alih fungsi lahan, dari hutan menjadi lahan pertanian di kawasan Gunung Rinjani. Perubahan lingkungan membuat jangkauan jelajah celepuk rinjani menjadi sempit sehingga berdampak besar pada perkembangan populasinya.

Selain alih fungsi lahan, kebakaran hutan juga memberikan dampak pada pengurangan habitat celepuk rinjani. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dan kelompok masyarakat berupaya mengatasi kepunahan celepuk rinjani dengan mengampanyekan pentingnya menjaga kelestarian alam.

1. Burung Hantu Terkecil di Indonesia

2. Hewan Endemik di Pulau Lombok

3. Maskot Konservasi Kawasan Rinjani

4. Memiliki Julukan Mpok atau Pukpuk

5. Terancam Punah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *