Empat Jalur Pendakian Ilegal di Gunung Tambora Ditutup baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Balai Taman Nasional (TN) Gunung Tambora menutup empat jalur pendakian ilegal yang tersebar di beberapa titik. Selama ini, banyak pendaki gunung yang terletak di Dompu, NTB, itu melalui jalur-jalur ilegal.

Jalur pendakian ilegal diketahui berada di kawasan Sorinomo dan Pasar Minggu Desa Pekat, kawasan Oi Bura san dan di Dusun Garuda atau Karombolako. Penutupan jalur itu dilakukan sejak 13-17 Oktober 2025 melalui patroli penertiban dan penutupan jalur ilegal.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

“Empat jalur ilegal Sorinomo, Pasar Minggu, Oibura, Garuda atau Karombolako telah ditutup,” kata Balai Taman Nasional Tambora, Abdul Azis Bakry, dalam keterangannya, Sabtu (18/10/2025).

Abdul Azis menjelaskan langkah penutupan jalur ilegal ini menjadi bagian penting dari upaya penguatan pengelolaan pendakian yang tertib, legal, dan ramah lingkungan di kawasan konservasi Gunung Tambora.

Menurut dia, empat jalur pendakian ilegal tersebut kerap digunakan untuk pendakian tanpa izin, penelitian liar, perburuan satwa, hingga penebangan liar yang berpotensi merusak habitat alami dan mengancam keselamatan pendaki.

“Balai TN Tambora bersama TNI, Polri, pemerintah desa, kelompok pecinta alam, dan masyarakat lokal menutup seluruh jalur tidak resmi tersebut dengan pemasangan papan himbauan resmi dan tanda larangan aktivitas di lokasi-lokasi strategis,” tuturnya.

Abdul Azis mengungkapkan selain penutupan jalur ilegal, petugas juga memberikan sosialisasi hukum dan edukasi konservasi kepada warga desa serta pemangku kepentingan lokal mengenai pentingnya menggunakan jalur resmi pendakian.

Sinergi tersebut, Azis melanjutkan, berhasil membangun kesadaran masyarakat terhadap arti penting konservasi dan pengawasan partisipatif.

Penutupan ini bukan hanya tindakan pengamanan kawasan, tetapi juga langkah strategis menuju sistem pengelolaan pendakian yang terintegrasi dan berkelanjutan.

“Kami ingin memastikan setiap aktivitas pendakian, penelitian, maupun wisata alam di Tambora berjalan secara legal, aman dan berwawasan konservasi. Ini bagian dari transformasi menuju pengelolaan pendakian berbasis digital dan data,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *