Kinerja ekspor Nusa Tenggara Barat (NTB) terus mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat nilai ekspor Januari-Juli 2025 hanya mencapai US$ 324,02 juta atau turun 80,05 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada Juli 2025, nilai ekspor tercatat US$ 119,57 juta atau anjlok 42,76 persen dibanding Juli 2024.
“Nilai ekspor kumulatif NTB hingga Juli 2025 turun 80,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya ekspor kelompok komoditas tambang (konsentrat) sepanjang 2025. Namun demikian, ekspor kelompok komoditas non tambang Juli meningkat disebabkan adanya ekspor komoditas tembaga (katoda hasil industri smelter),” kata Kepala BPS NTB Wahyudin saat rilis di kantornya, Senin (1/9/2025).
Wahyudin merinci, ekspor NTB pada Juli 2025 didominasi kelompok tembaga dengan nilai US$ 108 juta atau 91,12 persen dari total ekspor. Disusul perhiasan US$ 7,5 juta (6,29 persen), ikan dan udang US$ 2,1 juta (1,76 persen), daging dan ikan olahan US$ 621 ribu (0,52 persen), serta garam, belerang, dan kapur US$ 249 ribu (0,21 persen).
“Ekspor paling besar pada Juli 2025 ditujukan ke Tiongkok (56,86 persen), Vietnam (11,42 persen), Thailand (10,69 persen), Taiwan (6,35 persen), Korea Selatan (6,24 persen), dan lain-lain (8,43 persen),” jelasnya.
Dari sisi impor, BPS NTB mencatat sejumlah komoditas yang masuk pada Juli 2025. Karet dan barang dari karet mencapai US$ 10 juta (47,98 persen). Kemudian mesin-mesin atau pesawat mekanik US$ 9,6 juta (46,19 persen), mesin atau peralatan listrik US$ 382 ribu (1,82 persen), produk kimia US$ 271 ribu (1,29 persen), serta benda-benda dari besi dan baja US$ 231 ribu (1,10 persen).
“Impor Juli 2025 terbesar berasal dari Jepang (39,02 persen), Tiongkok (33,74 persen), Australia (20,05 persen), Amerika Serikat (1,82 persen), Singapura (1,40 persen), dan lainnya (3,96 persen),” ujar Wahyudin.
Ia menambahkan, nilai impor kumulatif NTB hingga Juli 2025 juga turun 75,68 persen. “Hal ini disebabkan karena impor barang modal mengalami penurunan serta bahan baku penolong juga mengalami penurunan,” tandasnya.