Anggaran megaoproyek penanganan banjir sebesar Rp 300 miliar dari Bank Dunia melalui program National Urban Flood Resilience Project (NUFReP) untuk Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), terancam hilang. Musababnya, megaproyek itu masih terkendala pembebasan lahan.
“Kita terancam kehilangan anggaran ratusan miliar rupiah dari Bank Dunia untuk program mengatasi banjir karena kendala pembebasan lahan,” kata Wali Kota Bima, A Rahman, saat pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan Mariamah sebagai Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kota Bima, di aula utama Kantor Pemkot Bima, Rabu, (3/9/2025).
Wali Kota Bima yang akrab disapa Aji Man ini mengungkapkan telah meminta waktu dua bulan kepada pihak terkait untuk menuntaskan kendala itu. Jika tidak, anggaran yang hampir Rp 300 miliar itu akan dialihkan ke daerah lain yang sudah siap.
“Saat rapat koordinasi via Zoom dengan Kementerian PUPR dan Bank Dunia kemarin, saya meminta waktu dua bulan untuk menuntaskan. Jika tidak silahkan anggarannya dialihkan ke daerah lain,” ujar Aji Man.
Aji Man telah meminta organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Bima agar lebih kreatif dan mencari terobosan dalam menuntaskan pembebasan lahan, terutama dinas teknis yang menangani proyek tersebut. “Kita harus bergerak cepat. Saya harapkan sebelum dua bulan persoalan ini tuntas,” tegasnya.
Sebagai informasi, Pemkot Bima mendapat bantuan anggaran dari Bank Dunia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk program pengendalian banjir. Anggaran bantuan JICA sekitar Rp 250 miliar dengan fokus kegiatan dan program normalisasi dua daerah aliran sungai (DAS) besar Kota Bima, yakni Padolo dan Melayu.
Sedangkan anggaran dari Bank Dunia untuk NUFReP tahap I kurang lebih sebesar Rp 236 miliar. Anggaran tersebut saat ini telah digunakan untuk pengerjaan pembangunan drainase primer perkotaan.
Sementara pengerjaan tahap II, pelebaran Sungai Ntobo, Sungai Na’e, dan Sungai Te serta kolam retensi di Taman Ria dan Amahami, saat ini masih dalam proses persiapan tender dan pembebasan lahan.
“Kami optimistis permasalahan pembebasan lahan di tiga sungai ini, yaitu Sungai Ntobo, Sungai Na’e dan, Sungai Te dapat segera dituntaskan,” jelas Aji Man.