DP3A Temukan Grup WA Pelajar SMP Se-Kupang Penuh Konten Pornografi

Posted on

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Kupang Marciana Halek mengungkapkan temuan mengejutkan terkait siswa-siswa SMP di Kupang yang banyak terpapar pornografi. Ada grup WhatsApp (WA) bernama Grup SMP Se-Kota Kupang.

Petugas Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) menemukan banyak konten pornografi dalam grup tersebut. Mulai percakapan, gambar, hingga stiker tidak senonoh.

“Hampir semua siswa SMP di Kota Kupang ada di dalamnya hingga grup ini tidak mampu menampung lagi anggota baru,” ungkap Marciana saat diwawancarai infoBali, Jumat (17/10/2025).

Marciana menjelaskan kasus ini terbongkar dari sebuah SMP yang menginformasikan perilaku asusila salah satu murid di sekolah. “Murid ini menunjukkan kemaluannya pada lawan jenis saat pergantian pakaian untuk pelajaran olahraga,” ujarnya.

Dari penelusuran, sangat banyak siswa terpapar beragam konten pornografi itu. Mirisnya, mereka tidak merasa bersalah. “Dari anak SMP ini dilakukan pengembangan dan 25 anak didampingi karena mereka terpapar konten ini. Namun anak-anak ini merasa hal yang mereka lakukan itu biasa dan tidak merasa itu salah,” jelas dia.

Psikolog anak dan rohaniwan pun dilibatkan dalam pendampingan terhadap anak-anak ini untuk proses pemulihan. Sedangkan orang tua dari para murid kaget dengan temuan ini.

“Orang tua perlu memperhatikan pergaulan anak di media sosial. Anak-anak ini kan tidak tahu dampaknya apa dan ini hampir semua sekolah dan yang kami tangani ada 8 sekolah,” beber Marciana.

Dia menjelaskan ada delapan SMP yang siswanya terpapar kekerasan seksual berbasis elektronik (KSBE), yakni berupa konten asusila atau pornografi hingga prostitusi.

“Ini keberanian dari pihak sekolah sendiri untuk mengungkap dan melapor indikasi dan kasus-kasus tersebut sehingga dapat kami tangani dan mengungkap fenomena gunung es ini,” terang Marciana.

Dia menegaskan grup WA tidak senonoh itu sudah dibubarkan. Sebelum itu, admin grup sudah dikumpulkan bersama orang tua mereka. Saat itu, tim DP3A langsung turun ke delapan sekolah. “Grup itu dibubarkan, dihapus dan atas izin mereka dan orang tua kami memeriksa grup mereka,” sebut dia.

Marciana membeberkan pada 2024 ada 25 anak yang didampingi di rumah perlindungan dari total 45 kasus kekerasan seksual di UPTD PPA. Jenis kekerasan seksual ini ada berbagai macam jenis.

Sementara, pada 2025 ini, UPTD PPA menangani 51 kasus kekerasan seksual. Berdasarkan data Sistem Informasi Online (Simfoni) PPA, diketahui pada 2024 terjadi 185 kasus kekerasan pada perempuan dan 174 kasus terhadap anak di Kota Kupang.

Kemudian, pada 2025 ada 56 kasus di Kota Kupang. “Data Simfoni ini, diinput oleh Polresta Kupang Kota, Rumah Harapan GMIT dan LBH Apik selaku mitra, bukan dari UPTD PPA saja,” tandas Marciana.

Menurutnya, DP3A Kota Kupang tidak hanya fokus pada sekolah yang terpapar pornografi, tapi bagaimana upaya untuk mengatasi persoalan ini. Teknologi yang berkembang pesat, dia berujar, berperan besar dalam masalah pornografi tersebut. Pihaknya pun kini tengah mengkaji aturan penggunaan handphone di sekolah

Untuk itu, DP3A Kota Kupang bersama dengan tokoh agama terus memberikan edukasi kepada orang tua. “Intinya kita lagi upaya penguatan untuk mencegah hal ini dengan melibatkan tokoh agama,” kata mantan Direktris RSUD SK Lerik itu.

Marciana menjelaskan ada banyak penyebab remaja terpapar pornografi. Salah satunya, mereka dari latar belakang broken home. Tidak adanya sosok ayah yang menjadi panutan atau fatherless memberi andil besar. Biasanya, mereka juga jauh dari agama.

“Latar belakang anak-anak yang adalah fatherless, broken home, dan kurangnya pemahaman akan diri sendiri dan agama menjadi faktor yang turut mempengaruhi juga,” kata dia.

“Itu paling tinggi, karena mereka kehilangan figur bapak di rumah, mendapat kekerasan, dan rumah tidak lagi menjadi tempat pulangnya mereka sehingga mereka bercerita apapun ke circle ke mereka di luar,” sambung Marciana.

Marciana membeberkan pada 2024 ada 25 anak yang didampingi di rumah perlindungan dari total 45 kasus kekerasan seksual di UPTD PPA. Jenis kekerasan seksual ini ada berbagai macam jenis.

Sementara, pada 2025 ini, UPTD PPA menangani 51 kasus kekerasan seksual. Berdasarkan data Sistem Informasi Online (Simfoni) PPA, diketahui pada 2024 terjadi 185 kasus kekerasan pada perempuan dan 174 kasus terhadap anak di Kota Kupang.

Kemudian, pada 2025 ada 56 kasus di Kota Kupang. “Data Simfoni ini, diinput oleh Polresta Kupang Kota, Rumah Harapan GMIT dan LBH Apik selaku mitra, bukan dari UPTD PPA saja,” tandas Marciana.

Menurutnya, DP3A Kota Kupang tidak hanya fokus pada sekolah yang terpapar pornografi, tapi bagaimana upaya untuk mengatasi persoalan ini. Teknologi yang berkembang pesat, dia berujar, berperan besar dalam masalah pornografi tersebut. Pihaknya pun kini tengah mengkaji aturan penggunaan handphone di sekolah

Untuk itu, DP3A Kota Kupang bersama dengan tokoh agama terus memberikan edukasi kepada orang tua. “Intinya kita lagi upaya penguatan untuk mencegah hal ini dengan melibatkan tokoh agama,” kata mantan Direktris RSUD SK Lerik itu.

Marciana menjelaskan ada banyak penyebab remaja terpapar pornografi. Salah satunya, mereka dari latar belakang broken home. Tidak adanya sosok ayah yang menjadi panutan atau fatherless memberi andil besar. Biasanya, mereka juga jauh dari agama.

“Latar belakang anak-anak yang adalah fatherless, broken home, dan kurangnya pemahaman akan diri sendiri dan agama menjadi faktor yang turut mempengaruhi juga,” kata dia.

“Itu paling tinggi, karena mereka kehilangan figur bapak di rumah, mendapat kekerasan, dan rumah tidak lagi menjadi tempat pulangnya mereka sehingga mereka bercerita apapun ke circle ke mereka di luar,” sambung Marciana.