Dinsos Mataram Akan Tertibkan Pengemis yang Diduga Beri Obat Tidur pada Anak

Posted on

Dinas Sosial (Dinsos) Kota Mataram akan menertibkan para pengemis yang membawa serta anak kecil saat meminta-meminta. Mereka dicurigai memberikan obat tidur pada anak yang digendong. Keberadaan pengemis di sejumlah titik di Kota Mataram itu meresahkan warga.

Namun demikian, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Mataram Lalu Syamsul Adnan belum bisa memastikan dugaan pemberian obat tidur yang mengancam kesehatan bayi dan balita itu.

“Nah ini perlu pengecekan lebih lanjut oleh pihak yang paham, apakah dia (bayi itu) tertidur biasa atau tertidur karena faktor lain. Sementara itu, saya sudah arahkan teman-teman untuk mengecek ke lapangan, karena memang sekarang (pengemis-pengemis ini) tidak lagi berkeliaran di jalan,” kata Syamsul saat dikonfirmasi infoBali, Jumat (16/5/2025).

Syamsul memastikan Dinsos Mataram akan turun dan mengawasi pengemis-pengemis itu. Selain itu, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan mall untuk memaksimalkan pengamanan, agar para pengemis ini tidak lagi berkeliaran di dalam mall.

“Paling tidak, mereka memberikan larangan ke tim pengamanan yang ada disana (agar para pengemis ini tidak masuk ke kawasan mall). Kami pastikan akan lakukan asesmen, setelah ditemukan kami akan bawa ke kantor dinsos atau ke posyansos untuk ditanyai kartu identitas dan lain-lain, dan menanyakan apakah anak yang dibawa anak mereka atau bukan,” urai Syamsul.

Pantauan infoBali, setiap bayi atau balita yang digendong para pengemis jarang terlihat rewel. Mereka selalu terlelap dalam dekapan atau pangkuan. Maka, muncul dugaan mereka diberi obat tidur.

“Bisa jadi pakai obat tidur, biar anak yang digendong itu nggak rewel. Soalnya setiap saya ke Mataram Mall, pasti ketemu ibu itu dan anak yang digendong, dan kondisi si anak pasti tidur, nggak ada gerak sama sekali, pules gitu saja tidurnya,” kata Awaluddin, salah seorang warga Mataram saat diwawancarai infoBali di kawasan Mataram Mall, Jumat.

Senada dengan Awaluddin, Rosa Dwi, warga Mataram lainnya, juga menduga ada obat khusus agar bayi yang digendong pengemis tidak rewel.

“Nggak mungkin banget bayi atau balita itu nggak rewel, setidaknya pasti nangis atau nggak bisa diam, deh. Tapi yang terjadi di lapangan, anak-anak yang digendong pengemis ini benar-benar tidur, nggak bergerak sama sekali. Patut dicurigai, apa mereka diberi obat khusus, kalau iya, pemerintah kota harus turun sih ini,” cecar Rosa.

Salah satu juru parkir (jukir) yang bertugas di kawasan Mataram Mall mengungkapkan pengemis yang kerap membawa balita tersebut kerap melancarkan aksinya setiap hari di tempat yang sama.

“Sering sekali dia ke sini (Mataram Mall), setiap hari. Infonya sih, anak yang suka digendongnya itu bukan anak kandung, tapi anak dari keponakannya (jadi kayak dipinjam gitu),” jelas salah satu jukir yang enggan menyebutkan namanya saat ditemui di kawasan parkir pusat perbelanjaan tersebut.

Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Joko Jumadi mengatakan para pengemis ini tidak lagi melancarkan aksi minta-minta di jalan protokol, dikarenakan kawasan tersebut dilengkapi oleh CCTV.

“Biasanya kan mereka menyasar perempatan (jalan), tapi karena di simpang-simpan gjalan sudah dijaga CCTV, mereka mengambil jalur yang jauh dari pengawasan. Contohnya saja di pusat perbelanjaan (mall) atau di pasar-pasar,” kata Joko sata dihubungi infoBali, Jumat.

Joko meminta, satgas Dinsos yang bertugas mengintervensi para pengemis dan anak jalanan (anjal) bisa segera mengambil sikap. Mengingat, jumlah mereka kian bertambah seiring waktu.

“Satgasos (Satgas Dinsos) harus betul-betul diberdayakan lagi, titik-titik (penangkapan) harus diperluas (lagi di pusat-pusat perbelanjaan maupun pasar). Mereka itu mengambil jalur yang memang tidak ada pengawasan (CCTV), termasuk di Pasar Kebon Roek, banyak disana,” bebernya.

Terkait adanya dugaan pengemis yang menggunakan obat khusus agar anak yang digendongnya tidak rewel, Joko belum bisa memastikan. “Saya belum menemukan, kalau di daerah lain memang modusnya seperti itu, ada yang menyewakan anak-anak atau bayi, di sisi lain ada bayi yang diberikan obat tidur supaya tidak rewel,” jelas Joko.

Dari pantauan LPA Mataram, jumlah pengemis ini terus alami peningkatan setiap tahunnya. Baik itu anjal, gelandangan, maupun pengemis.

“Kalau diperhatikan, pengamen-pengamen ini semakin banyak, dan mengganggu kenyamanan dari pengunjung. Misalkan saja di Taman Sangkareang dan Taman Udayana, dari beberapa ada indikasi mereka sudah mulai melakukan pemaksaan-pemaksaan (saat mengemis),” tandas Joko.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *