Sekretaris Daerah (Sekda) Bali, Dewa Made Indra, meminta para pemangku kepentingan (stakeholders) agar menjaga sinergi agar pengendalian inflasi di Pulau Dewata makin efektif.
“Sinergi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan agar pengendalian inflasi makin efektif,” kata Dewa Indra saat mewakili Gubernur Bali membuka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Balinusra di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Jumat (23/5/2025).
Dewa Indra mengungkapkan inflasi Bali pada April 2025 tercatat 1,61% secara tahunan dan 0,73% secara bulanan. Terkendalinya inflasi ini berkat sinergi kuat antar-stakeholder melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang didukung GNPIP.
Menurut Dewa Indra, strategi 4K menjadi kunci keberhasilan pengendalian inflasi, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Ia juga mengakui ketergantungan Bali pada pasokan pangan dari luar daerah, khususnya Jawa dan Nusa Tenggara.
GNPIP 2025, jelas Dewa Indra, fokus pada optimalisasi kerja sama antardaerah (KAD) untuk menekan disparitas harga dan pasokan pangan. Model kerja sama tidak hanya bersifat government to government (G2G), tetapi berkembang ke business to business (B2B). Perumda Pangan berperan strategis sebagai penghubung antara daerah surplus dan defisit pangan.
“Program ini bukan hanya untuk mengendalikan inflasi, tetapi juga membangun ekosistem pangan yang kompetitif dan tangguh,” tambah mantan Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali itu.
Dewa Indra juga memberikan apresiasi kepada BI yang aktif turun ke lapangan, tidak hanya memantau harga, tetapi juga menanam bibit komoditas strategis seperti cabai, bawang merah, dan bawang putih. Upaya ini dinilai penting untuk menekan gejolak harga pangan yang berkontribusi pada inflasi.