Denpasar Bangun Rumah Singgah Korban Kekerasan, 52 Persen Rampung

Posted on

Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar tengah membangun rumah singgah sebagai tempat perlindungan sementara bagi masyarakat korban kekerasan. Progres pembangunan rumah singgah tersebut telah mencapai progres 52 persen.

“Rumah singgah ini disiapkan bagi masyarakat yang mengalami kekerasan. Seperti ada KDRT dalam rumah tangga atau kekerasan pada orang tua, bisa di tampung di Rumah Singgah,” ucap Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara melalui siaran pers, Sabtu (8/11/2025).

Sementara jika korbannya anak-anak, mereka akan ditampung, dididik, dan mendapat konseling sampai kondisi keluarga membaik. Apabila sudah damai, kasus akan ditindaklanjuti melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPAPPKB) Denpasar.

Jaya Negara juga menyoroti penyesuaian desain fasilitas Rumah Singgah agar lebih efektif dan ramah pengguna. Sebelumnya satu kamar hanya satu pintu.

“Sekarang kami buat dua agar bisa dibedakan antara kamar laki-laki dan perempuan. Detail seperti ini penting agar fungsinya maksimal,” kata politikus PDIP ini.

Dalam kesempatan itu, Jaya Negara juga meninjau progres pembangunan di Pura Samuan Dalem Sakenan dan Pura Tambang Basung. Menurutnya, peninjauan ini dilakukan secara bergiliran untuk memastikan seluruh program pembangunan pemerintah dapat dipantau secara merata.

“Sebelumnya memantau sekolah, sekarang giliran meninjau fasilitas masyarakat. Seperti Pura Tambang Badung, sebagian besar pengemponnya warga Denpasar, jadi kami pastikan pengerjaannya berjalan baik,” ujarnya.

Jaya Negara menjelaskan seluruh proyek pembangunan yang ditinjau ditargetkan rampung sesuai kontrak. Pihaknya berkeinginan seluruh proyek bisa selesai tepat waktu dan segera memberi manfaat bagi masyarakat.

Di sisi lain, dia mengaku sangat terbantu dengan adanya masukan masyarakat melalui media sosial yang kerap memviralkan kondisi proyek di lapangan. Jaya Negara memandang ini artinya masyarakat ikut berpartisipasi karena merasa memiliki.

“Jadi, pengawasan terhadap proyek di Denpasar tidak hanya dari tim pengawas pemerintah. Tetapi, masyarakat juga turut memberikan kontribusi besar dalam mengawasi jalannya program pembangunan,” ungkap dia.