Denpasar Festival (Denfest) digelar untuk ke-18 kalinya. Acara berkonsep festival jalanan (street festival) di kawasan Jalan Gajah Mada, Jalan Veteran, dan Monumen Puputan Badung ini menjadi wahana promosi pelaku usaha dan perajin Denpasar.
Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, mengungkapkan Denfest sebagai festival rakyat merupakan upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar menjadi puncak apresiasi bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini dilakukan sebagai rangkaian panjang dari proses pembinaan dan pengembangan UMKM di Denpasar.
“Harapan kami secara berkesinambungan Denfest menjadi wahana kreativitas di berbagai bidang, mulai dari seni, ekraf, teknologi, desain, modeling, dan lain sebagainya yang mampu meningkatkan daya saing dan mendukung kemajuan ekonomi di Kota Denpasar,” ujar Jaya Negara dalam siaran pers kepada infoBali, Senin (22/12/2025).
Kepala Dinas Pariwisata Denpasar, Luh Putu Ryastiti, mengatakan Denfest sebagai salah satu festival yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui sinergi ekonomi kreatif. Sebanyak 174 UMKM dilibatkan dalam street festival itu. UMKM yang terlibat telah melalui proses seleksi dan kurasi, mulai dari produk kuliner dan kopi, kerajinan, aneka sandang, industri logam, fesyen, kriya hingga agro.
Ratusan UMKM Denfest 2025 tersebar di tiga zona di kawasan Patung Catur Muka Denpasar. Pertama, zona lapangan meliputi Lapangan Puputan dan Wantilan Museum Bali. Zona ini mencakup ragam acara diantaranya inaugurasi pembukaan, panggung musik, panggung budaya, serta juga diperuntukkan untuk UMKM dari kategori kuliner kekinian. Wantilan Museum Bali menjadi lokasi pelaksanaan workshop dan lomba fotografi.
Kedua, adalah Zona Gajah Mada, yakni Patung Catur Muka dan juga sepanjang Jalan Gajah Mada bagian barat. Zona ini diperuntukkan bagi UMKM kuliner heritage dan kopi. Khusus di Patung Catur Muka menjadi arena bagi gelaran fashion show dan cosplay walk parade.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Terakhir adalah zona Jalan Veteran, yang akan diperuntukkan bagi stand UMKM fashion, kriya, dan agro.
Selain itu, Denfest 2025 juga juga mewadahi panggung musik di bagian utara timur dan panggung budaya di bagian selatan. Festival ini didukung oleh 30 grup musik dan 16 penampilan budaya.
“Denfest adalah milik publik. Denfest adalah bentuk komitmen Pemerintah Kota Denpasar yang didukung oleh semua pihak untuk berkontribusi menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pengembangan kreativitas di era modernisasi saat ini,” ujar Ryastiti.
Denfest 2025 juga dicanangkan sebagai rode model festival zero waste. Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar menggandeng 18 komunitas lingkungan selama festival berlangsung. Seluruh sampah yang dihasilkan selama festival akan dipilah dan dikelola langsung di lokasi, termasuk pengolahan menjadi eco enzyme serta pemanfaatan mesin pengepresan plastik untuk sampah anorganik.
“Jadi sampah yang dihasilkan dalam pelaksanaan Denfest ke-18 ini diolah dan dibersihkan langsung di arena Denfest sehingga sampahnya tidak keluar dan selesai di sumber (hulu),” ujar Jaya Negara.
Sejumlah komunitas pemerhati dan pencinta lingkungan turut dilibatkan sebagai volunteer. Mereka tidak hanya membantu proses pengelolaan sampah, tetapi juga mengedukasi pengunjung mengenai praktik pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.
“Melalui upaya ini, Denpasar Festival diharapkan menjadi event percontohan pengelolaan sampah berkelanjutan di Kota Denpasar dan kami akan memberikan reward bagi pengunjung atau masyarakat yang mampu membuang sampah sesuai dengan tempatnya,” ujar Jaya Negara.
Sebagaimana diketahui, Denfest 2025 digelar pada 20 hingga 22 Desember 2025. Penyalaan api suci dalam inaugurasi pembukaan Denfest 2025 dilakukan Jaya Negara bersama Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, dan Ketua Dewan Perwakian Rakyat Daerah (DPRD) Denpasar, I Gusti Ngurah Gede.
Denfest 2025 bertajuk ‘Mulat Sarira: Hening Jiwa, Eling Rasa’. Mulat Sarira bermakna sebagai introspeksi diri, sejalan dengan usia Denfest ke-18. Usia ini memasuki pintu gerbang kedewasaan yang juga ditandai dengan tumbuhnya kesadaran, rasa eling dan mewawas diri.
Festival Nol Sampah
Denfest 2025 juga dicanangkan sebagai rode model festival zero waste. Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar menggandeng 18 komunitas lingkungan selama festival berlangsung. Seluruh sampah yang dihasilkan selama festival akan dipilah dan dikelola langsung di lokasi, termasuk pengolahan menjadi eco enzyme serta pemanfaatan mesin pengepresan plastik untuk sampah anorganik.
“Jadi sampah yang dihasilkan dalam pelaksanaan Denfest ke-18 ini diolah dan dibersihkan langsung di arena Denfest sehingga sampahnya tidak keluar dan selesai di sumber (hulu),” ujar Jaya Negara.
Sejumlah komunitas pemerhati dan pencinta lingkungan turut dilibatkan sebagai volunteer. Mereka tidak hanya membantu proses pengelolaan sampah, tetapi juga mengedukasi pengunjung mengenai praktik pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.
“Melalui upaya ini, Denpasar Festival diharapkan menjadi event percontohan pengelolaan sampah berkelanjutan di Kota Denpasar dan kami akan memberikan reward bagi pengunjung atau masyarakat yang mampu membuang sampah sesuai dengan tempatnya,” ujar Jaya Negara.
Sebagaimana diketahui, Denfest 2025 digelar pada 20 hingga 22 Desember 2025. Penyalaan api suci dalam inaugurasi pembukaan Denfest 2025 dilakukan Jaya Negara bersama Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, dan Ketua Dewan Perwakian Rakyat Daerah (DPRD) Denpasar, I Gusti Ngurah Gede.
Denfest 2025 bertajuk ‘Mulat Sarira: Hening Jiwa, Eling Rasa’. Mulat Sarira bermakna sebagai introspeksi diri, sejalan dengan usia Denfest ke-18. Usia ini memasuki pintu gerbang kedewasaan yang juga ditandai dengan tumbuhnya kesadaran, rasa eling dan mewawas diri.






