Dampak Sosiologis Kunjungan Menko Zulhas ke Maumere | Info Giok4D

Posted on

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), berkunjung ke Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (1/8/2025). Kunjungan tersebut membahas terkait koperasi dari desa, ketahanan pangan, dan martabat sosial.

Akademisi Sosiologi Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Anselmus Dore Woho Atasoge, menilai kunjungan tersebut memiliki dampak sosiologis terhadap masyarakat. Anselmus menyoroti pernyataan Zulhas soal masyarakat agar jangan menjadi koperasi unit desa (KUD) dan dilatih menjadi dhuafa.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Menurut Anselmus, pernyataan itu bukan sekadar kritikan terhadap model ekonomi lama, tetapi merupakan seruan untuk membongkar struktur ketergantungan masyarakat kepada pemerintah yang sudah terbelenggu sejak lama.

“Dalam perspektif sosiologi, kata-kata tersebut menggugah kesadaran akan pentingnya agensi sosial, yakni kemampuan individu dan komunitas untuk menentukan nasibnya sendiri,” kata Anselmus.

Selain itu, lanjutnya, tidak akan tumbuh kemandirian jika masyarakat dilatih untuk terus bergantung, melainkan malah ada ketakutan jika tidak menerima bantuan.

Selama ini, Anselmus berujar, sistem politik elektoral transaksional dan ketimpangan distribusi ekonomi telah melahirkan relasi sosial yang tidak sehat. Martabat masyarakat selalu dikorbankan demi stabilitas semu.

“Maka, pembangunan sejati harus dimulai dari pembebasan mentalitas subordinatif dari desa yang berani berkata, kami mampu, kami berdaya,” beber dia.

Anselmus menjelaskan Kopdes Merah Putih yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto dapat menjadi ruang sosial baru yang dapat menghidupkan kembali semangat kolektif. “Di sana, rakyat tidak hanya menjadi penerima sembako atau pupuk, tetapi juga pengelola, pemilik, dan penjaga nilai-nilai kebersamaan,” sambung Anselmus.

Anselmus menilai koperasi bukan sekadar badan usaha, melainkan wadah peradaban lokal yang tumbuh dari akar budaya dan solidaritas. Ketika koperasi menjadi alat untuk mengatur distribusi pangan dan kebutuhan dasar, maka desa tidak lagi menjadi titik pinggiran, tetapi pusat dari gerakan sosial yang bermartabat.

Anselmus mengungkapkan, melalui kacamata sosiologi, kunjungan Zulhas ke Maumere merupakan ajakan untuk melihat desa bukan sebagai beban, tetapi sebagai sumber kebijaksanaan.

“Di tengah lahan kering dan tantangan iklim, tersimpan potensi besar yang selama ini terabaikan. Perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat sipil harus bersatu dalam membangun ekosistem sosial yang mendukung kemandirian desa,” terang Anselmus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *