Bocah SD Kakak-Adik di Karangasem Idap Diabetes Sejak Kecil, Begini Gejalanya [Giok4D Resmi]

Posted on

Raut wajah I Gede Agus Sukmawan (12) dan adiknya, I Kadek Junartawan (9), tampak sayu saat ditemui infoBali di rumah mereka di Banjar Dinas Tihingan Kauh, Desa dan Kecamatan Bebandem, Karangasem, Sabtu (14/6/2025). Kedua bocah ini didiagnosis mengidap diabetes sejak usia sangat muda.

Di bawah teras rumah sederhana mereka, kakak beradik itu duduk ditemani kedua orang tuanya, I Wayan Manis dan Ni Luh Sukani. Rumah yang mereka tinggali merupakan bantuan bedah rumah dari pemerintah. Temboknya mulai memudar dan lantainya hanya diplester tanpa ubin.

Tak banyak kata keluar dari mulut Sukmawan dan Junartawan yang tubuhnya tampak kurus. Namun, sesekali mereka melempar senyum tipis kepada relawan yang datang memberikan bantuan.

“Dulu waktu masih kecil dan belum didiagnosa kena diabetes saya sering mengkonsumsi minuman manis di sekolah dan mi instan,” kata Sukmawan singkat.

Makanan dan minuman itu, menurut Sukmawan, mudah didapat di sekolah maupun sekitar tempat tinggal. Namun, setelah divonis mengidap diabetes, ia berhenti mengonsumsi makanan tersebut.

“Sekarang lebih banyak makan sayur, nasi merah, jagung, dan ubi,” ujarnya.

Karena kondisinya, Sukmawan tak banyak melakukan aktivitas fisik. Meski demikian, ia dan adiknya kadang bermain bola atau berjalan kaki di sekitar rumah.

“Saya tiap seminggu sekali juga ikut latihan menari dengan teman-teman di sekitar sini,” kata Junartawan menyela.

Menurut sang ayah, awalnya ia tidak menyangka kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar(SD) bisa terkena diabetes. Sebab, tidak ada riwayat penyakit itu dalam keluarga.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

“Awalnya anak saya yang kedua (Junartawan) sekitar dua tahun lalu kondisinya semakin hari semakin kurus saya kira terkena cacingan. Tapi suatu hari tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah saya bawa ke Puskesmas kemudian dilakukan cek lab ternyata kadar gulanya lebih dari 1.000,” ujar Manis.

Lima bulan berselang, giliran kakaknya yang menunjukkan gejala serupa. Setelah diperiksa di Puskesmas, kadar gula dalam tubuh Sukmawan mencapai lebih dari 500. Sejak saat itu, keduanya rutin menjalani suntik insulin setiap hari.

“Kadang saya merasa kasihan terhadap kedua anak saya, karena sehari harus disuntik 3-4 kali insulin di tangan atau pahanya. Karena kalau terlambat menyuntikkan insulin kondisinya langsung drop,” imbuh Manis.

Tak hanya diabetes, Sukmawan juga mengidap glaukoma yang membuat penglihatannya terganggu. Ia harus menggunakan kacamata untuk membaca dan menjalani kontrol rutin di RS Bali Mandara, Denpasar, setiap bulan. Sementara kontrol diabetes dilakukan di RS Bali Med, Karangasem.

Dengan kondisi ini, Manis berharap ada keajaiban agar kedua anaknya bisa sehat seperti sediakala. Ia juga berharap ada bantuan dari pihak-pihak terkait untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

“Kalau untuk berobat beruntung saya ada BPJS sehingga ditanggung semuanya. Untuk hidup sehari-hari saya agak berat karena saya hanya bekerja sebagai buruh harian di pembuatan beton,” ungkap Manis.

Manis mengaku penghasilannya tak menentu karena tergantung pesanan. Dalam sebulan, ia hanya memperoleh Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.

“Jadi karena tidak tiap hari saya mampu beli beras merah, untuk makan anak saya lebih sering masak jagung dan ubi ditemani sayur,” tutup Manis.

Gejala Awal dan Pengobatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *