BNPB Data Kebutuhan Mendesak Korban Banjir di Mataram

Posted on

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata kebutuhan mendesak warga Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang menjadi korban banjir pada Minggu (6/7/2025). Data sementara, sebanyak 76 rumah warga rusak akibat bencana itu.

Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, mengatakan Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Budi Irawan, telah turun bersama timnya untuk mencatat beberapa kebutuhan yang akan ditanggulangi.

“BNPB sudah keliling belanja masalah. Mereka akan mencocokan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang terdampak. Sehingga, nanti mereka bisa membantu ke depan,” ujar Iqbal di Mataram, Rabu (9/7/2025).

Pemprov NTB, jelas Iqbal, dalam penanganan kedaruratan ini belum mengeluarkan dana tambahan untuk menanggulangi 740 korban yang mengungsi akibat terdampak bencana banjir.

Meski begitu, dampak banjir yang cukup parah itu bisa saja didanai oleh anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) Pemprov NTB. Namun, Pemprov NTB belum memakai dana itu karena masih dapat ditalangi anggaran masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.

Iqbal juga mengungkapkan Pemprov NTB telah menetapkan status darurat. Penerapan kondisi darurat itu dilakukan sebagai dasar agar semua pihak ikut membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram dalam menanggulangi banjir tersebut.

Pemprov NTB, terang Iqbal, terus berkoordinasi dengan Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, untuk mempercepat penanganan pascabencana yang menerjang ibu kota Bumi Gora itu.

“Kalau tidak mampu tangani sendiri, kami bisa ikut tangani. Saat ini kan sudah banyak bantuan dari berbagai pihak yang ikut menangani ini. Kondisi ini masih panjang. Saya kira penanganannya tidak cukup 14 hari,” terang Iqbal.

Kepala Badan Penanggung Bencana Daerah (BPBD) NTB, Ahmadi, mengatakan ada 9.151 kepala keluarga (KK) atau 35.775 jiwa terdampak banjir bandang di Mataram. Satu di antaranya meninggal dan 17 orang luka-luka.

“Kami juga sudah mendata ada 30 rumah rusak berat, 39 rumah rusak sedang, dan 7 rumah rusak ringan,” ungkap Ahmadi.

Selain itu, sebanyak tujuh fasilitas pendidikan, satu fasilitas kesehatan, dan tiga lokasi peribadatan terendam serta satu tembok roboh. “Ada juga beberapa unit mobil terseret dan 15 unit perkantoran terendam,” jelas Ahmadi.