Forum internasional para ahli adiksi zat atau International Society of Substance Use Professionals (ISSUP) 2025 digelar di Bali. Dalam kesempatan itu, Wakil Direktur Badan Narkotika Internasional Amerika Serikat (AS) di Kedutaan Besar AS, Justin Brown, mengungkapkan Presiden AS Donald Trump tengah fokus memerangi fentanil, salah satu jenis narkotika paling mematikan di AS.
Brown menyatakan dukungan penuh terhadap forum ISSUP 2025 di Bali. Dia mengatakan forum itu adalah salah satu kesempatan bagi semua pihak untuk mencurahkan segala daya dan upaya memerangi narkoba.
“Pertemuan ini adalah contoh terbaik atas waktu dan upaya yang diperlukan untuk memerangi adiksi dan perdagangan narkotika yang terorganisasi,” kata Justin saat berbicara di podium, ISSUP Regional 2025 di Kuta, Kabupaten Badung, Rabu (17/9/2025).
Menurutnya, pergerakan gembong narkoba belakangan semakin lihai dan melek teknologi. Mereka telah membangun banyak jaringan internasional.
Para gembong narkoba mengeksploitasi teknologi dan memanfaatkan situasi geopolitik dalam upayanya memperluas jaringan untuk mengedarkan narkoba ke seluruh dunia.
“Memerangi (peredaran narkotika jenis) opium sintetis seperti fentanil sudah menjadi fokus dasar kebijakan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump,” ujar Brown.
Menurutnya, krisis fentanil dijadikan fokus utama karena belum pernah terjadi di Amerika Serikat sebelumnya. Konsumsi jenis narkotika itu banyak diakhiri dengan kematian penggunanya.
“Hasil studi, lebih dari 40 persen masyarakat di Amerika Serikat mengetahui kematian kerabatnya akibat kelebihan dosis fentanil,” katanya.
Diketahui, forum ISSUP membahas inovasi tentang cara menghilangkan adiksi atau kecanduan terhadap zat berbahaya, yakni narkoba.
“Kita dapat meningkatkan integritas banyak sektor dengan menciptakan inovasi di bidang adiksi. Selain itu, menelurkan solusi konkrit dan ide positif (tentang adiksi),” kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Suyudi Ario Seto, saat pidato di pembukaan konferensi ISSUP Regional 2025.
Suyudi berharap ada hasil yang inovatif dan ekosistem yang kuat dari konferensi itu, dalam rangka penanggulangan peredaran dan konsumsi narkoba di Indonesia. Yakni, dengan cara memotong mata rantai peredaran narkoba di Indonesia dan dunia.
Untuk mewujudkan itu, BNN sangat mendorong adanya inovasi teknologi, rekomendasi strategis, dan yang terpenting adalah langkah nyata dari upaya penanggulangan peredaran narkoba.
“Rekomendasi strategis dan langkah nyata bagi semua negara peserta konferensi dan komunitas global. Mendorong kerja sama global untuk menghadirkan solusi efektif berbasis inovasi,” kata Suyudi.
“Inovasinya apa, nanti kita tunggu hasilnya. (Konferensi) ini baru dibuka” imbuhnya.
Suyudi mengatakan ada banyak isu lain terkait dampak negatif konsumsi narkoba yang dibahas dalam forum itu. Beberapa di antaranya adalah upaya rehabilitasi dan upaya mengembalikan penyintas pecandu narkotika ke masyarakat.
Kemudian, membahas cara efektif menghilangkan segala jenis tindak kriminal narkoba. Terutama, pembahasan tentang pencegahan narkoba di Asia berbasis komunitas.
“Dengan topik pembahasan itu, akan memperkaya wawasan, menciptakan, dan meningkatkan strategi global untuk mengurangi dampak penyalahgunaan narkoba,” katanya.
Untuk diketkahui, konferensi itu digelar 15 September 2025 hingga 19 September 2025. Dihadiri dan diikuti oleh pelbagai ilmuwan bidang kimia, psikologi, hukum, hingga instansi antinarkoba internasional.