Bertambah Korban Bunuh Diri di Jembatan Tertinggi

Posted on

Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.

Satu lagi nyawa melayang di Jembatan Tukad Bangkung, Badung. Selama ini, salah satu jembatan tertinggi di Bali itu dikenal sebagai tempat favorit untuk bunuh diri.

Kali ini, seorang pemuda berinisial IGPM (26) diduga nekat bunuh diri pada Kamis (25/9/2025) dini hari dengan cara melompat. Jasad lelaki asal Abiansemal, Badung, itu ditemukan di dasar jurang pada Kamis pagi.

Peristiwa ini terungkap sekitar pukul 06.00 Wita, Kamis. Warga curiga melihat motor metik terparkir di pinggir jalan atas jembatan. Temuan itu kemudian dilaporkan ke Polsek Petang.

Meninggalkan Rumah Sejak Dini Hari

Keterangan keluarga menyebut, korban telah meninggalkan rumah sejak pukul 01.00 Wita. Tim gabungan lantas dikerahkan untuk melakukan pencarian di bawah jembatan.

Kapolsek Petang, AKP I Nyoman Arnaya, membenarkan kejadian itu. “Ya masih proses evakuasi,” ujarnya singkat saat dihubungi infoBali.

Pukul 07.45 Wita, tim gabungan turun ke dasar jembatan. Selang beberapa menit, tepatnya pukul 07.56 Wita, korban ditemukan tak bernyawa di sisi utara bawah jembatan.

Motif Masih Didalami

Korban tercatat sebagai warga Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal. Polisi menduga korban mengakhiri hidup karena masalah pribadi, tapi motif pasti masih didalami.

Camat Abiansemal, Ida Bagus Putu Mas Arimbawa, membenarkan korban merupakan warganya. “Benar informasi dari desa korban adalah warga Angantaka. Penyebab masih diselidiki polisi,” katanya.

Proses evakuasi melibatkan tim identifikasi Polres Badung, BPBD, SAR Polda Bali, serta tenaga medis dari puskesmas terdekat.

Jembatan Tukad Bangkung dikenal sebagai salah satu jembatan tertinggi di Bali. Lokasi ini berulang kali menjadi tempat bunuh diri, termasuk kasus terbaru yang merenggut nyawa IGPM.

Diduga Lompat dari Celah Pagar Jembatan

Terungkap, IGPM diduga bunuh diri dengan melompat dari atas anjungan sisi jembatan Tukad Bangkung yang belum dipasangi pagar. Dugaan itu muncul setelah jasad korban ditemukan tepat di bawah konstruksi tiang pancang yang lurus dengan anjungan.

“Ya saat tim turun ke bawah identifikasi. Posisi (jasad) ditemukan memang tepat di bawah konstruksi cakar ayam tiang jembatan,” kata Kapolsek Petang AKP I Nyoman Arnaya di lokasi kejadian.

Proses evakuasi jenazah IGPM yang diduga bunuh diri di jembatan Tukad Bangkung, Badung, Bali, berlangsung dramatis, dibantu warga setempat. Evakuasi yang menantang ini melibatkan personel SAR dari Polda Bali menggunakan crane.

“Ini mengingat posisi jenazah berada di dasar jurang. Ketinggian sekitar 80 meter dari atas jembatan,” kata Arnaya.

Jenazah ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Korban mengalami luka berat di bagian kepala dan perut, yang diperkirakan akibat benturan keras dengan konstruksi tiang jembatan saat terjatuh.

Dari pantauan di lokasi kejadian, anjungan sisi utara jembatan yang diduga jadi titik awal korban berada belum dipasang railing atau pagar pengaman jembatan. Diketahui, proses pemasangan pagar tinggi oleh Dinas PUPR Badung di sepanjang jembatan tersebut hingga saat ini masih berlangsung. Proyek peningkatan keamanan jembatan ini ditargetkan baru akan rampung pada November 2025.

Suasana duka menyelimuti rumah sederhana di Gang Drona, Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung. Keluarga berkumpul dalam keheningan, menahan kesedihan mendalam atas kabar tragis menimpa salah satu anggota keluarga, I GPM (26), yang diduga mengakhiri hidupnya di Jembatan Tukad Bangkung, Petang, Badung, Kamis dini hari.

Di teras rumah, sanak saudara duduk menunggu. Ibu korban, Ni Nengah Darmini, juga tengah menunggu kepastian kabar dari keluarga besar di kampung halaman di Desa Angantiga, Kecamatan Manggis, Karangasem.

Ya, IGPM sekeluarga baru setahun tinggal di Badung, dengan membangun rumah di lahan pribadi. Lantaran masih terikat urusan adat di kampung halaman, keluarga korban pun menunggu kabar upacara dan pemulasaraan jenazah digelar di mana.

“Jadi sementara masih dititip di (ruang jenazah) Rumah Sakit Mangusada. Suami masih di sana mengurus,” tutur Darmini, sesekali menahan tangis.

Bagi dia, kepergian GPM terasa seperti sambaran petir di siang bolong. Ia menceritakan momen terakhir yang terasa begitu biasa, tetapi penuh dengan candaan.

“Sorenya itu, kemarin, bercanda sama adik bungsu, sama saya duduk di belakang. Ngobrol lain nggak ada,” ujar Darmini dengan suara tertahan.

Minta Ibu Cucikan Baju

Darmini menyebut sehari-hari GPM menunjukkan interaksi yang normal. Ia dikenal ramah terhadap semua orang. Kata Darmini, anaknya sempat meminta dua pasang baju dan sandal miliknya untuk dicuci, permintaan yang sering korban layangkan.

“Saya sempat cuci baju dia. Sering anak saya ini minta dicuci baju dan celananya. Saya nggak ada curiga,” tambahnya.

Kemudian, korban pergi ke Pasar Kumbasari, Denpasar untuk bertemu beberapa pedagang di sana. “Jam 3 sore sampai jam 8 malam itu, sempat keluar untuk istilahnya orang Bali, urusan nuduk cingkreman (persiapan) Hari Raya Galungan,” tutur Darmini.

Setelah kembali, GPM kembali keluar rumah sekitar pukul 21.00 Wita, berpamitan hanya untuk jalan-jalan. Darmini mengaku tidak tahu pasti jam berapa anaknya kembali dari perjalanan singkat itu karena ia tidur.

IGPM terlihat di rekaman CCTV rumah, keluar sekitar pukul 01.00 Wita. Darmini mengaku hanya mendengar suara motor anaknya. Setelah dicek, hanya pintu gerbang yang masih terbuka. Ia tak tahu anaknya pergi ke mana.

“Saya dengar motornya, lihat gerbang terbuka. Setelah itu saya tidak bisa tidur sampai pagi,” tambahnya.

Darmini terkejut saat kepala lingkungan setempat bersama polisi datang ke rumah mereka membawa kabar duka tersebut. Darmini dan suaminya, I Nengah Darmayasa sontak syok.

Padahal, dua hari sebelum kejadian, GPM sempat pulang dari kampung halaman menghadiri acara pernikahan sepupu. Bagi Darmini, hal itu meninggalkan kesan yang baik di mata keluarga besar di kampung.

“Ya warga kami. Jadi ini cukup mengejutkan keluarga karena yang bersangkutan biasa-biasa saja. Tidak ada masalah apa pun, baik masalah pribadi, asmara. Jadi tidak ada yang mencurigakan maka keluarga wajar syok. Nggak mengira korban menempuh cara ini,” ujar Camat Abiansemal, Ida Bagus Putu Mas Arimbawa.

“Kami harapkan aparat desa bisa membantu mengurus administrasi keluarga korban. Untuk upacara memang masih menunggu, dan rencana digelar di Karangasem karena untuk urusan adat keluarga masih di sana,” sambungnya.

Motif Masih Didalami

Korban tercatat sebagai warga Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal. Polisi menduga korban mengakhiri hidup karena masalah pribadi, tapi motif pasti masih didalami.

Camat Abiansemal, Ida Bagus Putu Mas Arimbawa, membenarkan korban merupakan warganya. “Benar informasi dari desa korban adalah warga Angantaka. Penyebab masih diselidiki polisi,” katanya.

Proses evakuasi melibatkan tim identifikasi Polres Badung, BPBD, SAR Polda Bali, serta tenaga medis dari puskesmas terdekat.

Jembatan Tukad Bangkung dikenal sebagai salah satu jembatan tertinggi di Bali. Lokasi ini berulang kali menjadi tempat bunuh diri, termasuk kasus terbaru yang merenggut nyawa IGPM.

Diduga Lompat dari Celah Pagar Jembatan

Terungkap, IGPM diduga bunuh diri dengan melompat dari atas anjungan sisi jembatan Tukad Bangkung yang belum dipasangi pagar. Dugaan itu muncul setelah jasad korban ditemukan tepat di bawah konstruksi tiang pancang yang lurus dengan anjungan.

“Ya saat tim turun ke bawah identifikasi. Posisi (jasad) ditemukan memang tepat di bawah konstruksi cakar ayam tiang jembatan,” kata Kapolsek Petang AKP I Nyoman Arnaya di lokasi kejadian.

Proses evakuasi jenazah IGPM yang diduga bunuh diri di jembatan Tukad Bangkung, Badung, Bali, berlangsung dramatis, dibantu warga setempat. Evakuasi yang menantang ini melibatkan personel SAR dari Polda Bali menggunakan crane.

“Ini mengingat posisi jenazah berada di dasar jurang. Ketinggian sekitar 80 meter dari atas jembatan,” kata Arnaya.

Jenazah ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Korban mengalami luka berat di bagian kepala dan perut, yang diperkirakan akibat benturan keras dengan konstruksi tiang jembatan saat terjatuh.

Dari pantauan di lokasi kejadian, anjungan sisi utara jembatan yang diduga jadi titik awal korban berada belum dipasang railing atau pagar pengaman jembatan. Diketahui, proses pemasangan pagar tinggi oleh Dinas PUPR Badung di sepanjang jembatan tersebut hingga saat ini masih berlangsung. Proyek peningkatan keamanan jembatan ini ditargetkan baru akan rampung pada November 2025.

Suasana duka menyelimuti rumah sederhana di Gang Drona, Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung. Keluarga berkumpul dalam keheningan, menahan kesedihan mendalam atas kabar tragis menimpa salah satu anggota keluarga, I GPM (26), yang diduga mengakhiri hidupnya di Jembatan Tukad Bangkung, Petang, Badung, Kamis dini hari.

Di teras rumah, sanak saudara duduk menunggu. Ibu korban, Ni Nengah Darmini, juga tengah menunggu kepastian kabar dari keluarga besar di kampung halaman di Desa Angantiga, Kecamatan Manggis, Karangasem.

Ya, IGPM sekeluarga baru setahun tinggal di Badung, dengan membangun rumah di lahan pribadi. Lantaran masih terikat urusan adat di kampung halaman, keluarga korban pun menunggu kabar upacara dan pemulasaraan jenazah digelar di mana.

“Jadi sementara masih dititip di (ruang jenazah) Rumah Sakit Mangusada. Suami masih di sana mengurus,” tutur Darmini, sesekali menahan tangis.

Bagi dia, kepergian GPM terasa seperti sambaran petir di siang bolong. Ia menceritakan momen terakhir yang terasa begitu biasa, tetapi penuh dengan candaan.

“Sorenya itu, kemarin, bercanda sama adik bungsu, sama saya duduk di belakang. Ngobrol lain nggak ada,” ujar Darmini dengan suara tertahan.

Minta Ibu Cucikan Baju

Darmini menyebut sehari-hari GPM menunjukkan interaksi yang normal. Ia dikenal ramah terhadap semua orang. Kata Darmini, anaknya sempat meminta dua pasang baju dan sandal miliknya untuk dicuci, permintaan yang sering korban layangkan.

“Saya sempat cuci baju dia. Sering anak saya ini minta dicuci baju dan celananya. Saya nggak ada curiga,” tambahnya.

Kemudian, korban pergi ke Pasar Kumbasari, Denpasar untuk bertemu beberapa pedagang di sana. “Jam 3 sore sampai jam 8 malam itu, sempat keluar untuk istilahnya orang Bali, urusan nuduk cingkreman (persiapan) Hari Raya Galungan,” tutur Darmini.

Setelah kembali, GPM kembali keluar rumah sekitar pukul 21.00 Wita, berpamitan hanya untuk jalan-jalan. Darmini mengaku tidak tahu pasti jam berapa anaknya kembali dari perjalanan singkat itu karena ia tidur.

IGPM terlihat di rekaman CCTV rumah, keluar sekitar pukul 01.00 Wita. Darmini mengaku hanya mendengar suara motor anaknya. Setelah dicek, hanya pintu gerbang yang masih terbuka. Ia tak tahu anaknya pergi ke mana.

“Saya dengar motornya, lihat gerbang terbuka. Setelah itu saya tidak bisa tidur sampai pagi,” tambahnya.

Darmini terkejut saat kepala lingkungan setempat bersama polisi datang ke rumah mereka membawa kabar duka tersebut. Darmini dan suaminya, I Nengah Darmayasa sontak syok.

Padahal, dua hari sebelum kejadian, GPM sempat pulang dari kampung halaman menghadiri acara pernikahan sepupu. Bagi Darmini, hal itu meninggalkan kesan yang baik di mata keluarga besar di kampung.

“Ya warga kami. Jadi ini cukup mengejutkan keluarga karena yang bersangkutan biasa-biasa saja. Tidak ada masalah apa pun, baik masalah pribadi, asmara. Jadi tidak ada yang mencurigakan maka keluarga wajar syok. Nggak mengira korban menempuh cara ini,” ujar Camat Abiansemal, Ida Bagus Putu Mas Arimbawa.

“Kami harapkan aparat desa bisa membantu mengurus administrasi keluarga korban. Untuk upacara memang masih menunggu, dan rencana digelar di Karangasem karena untuk urusan adat keluarga masih di sana,” sambungnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *