Basarnas Butuh Rp 2,2 Triliun, Hanya Punya 6 Helikopter untuk Seluruh RI

Posted on

Anggota Komisi V DPR RI, Abdul Hadi, mengungkapkan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) membutuhkan anggaran Rp 2,2 triliun untuk operasional dan pengadaan peralatan penyelamatan. Tambahan Rp 1 triliun juga diajukan untuk melengkapi kebutuhan di lapangan.

“Ini semua memang yang kami siapkan, mungkin dalam bentuk peralatan, mungkin dalam bentuk pembinaan sumber daya serta biaya operasi di lapangan itu. Semua kan butuh biaya besar,” kata Abdul Hadi kepada infoBali seusai menghadiri pembukaan pelatihan SAR di Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (4/8/2025).

Karena keterbatasan anggaran negara, pencairan dana untuk Basarnas dilakukan secara bertahap. Hadi menegaskan kebutuhan tersebut krusial, mengingat keterbatasan armada dan fasilitas penyelamatan yang ada saat ini.

“Karena ini kan terbatas anggaranya jadinya nanti bertahap. Belum lagi dari Rp 2,2 triliun itu mereka minta tambahan lagi Rp 1 triliun,” ujarnya.

Hadi juga menyebut penyediaan helikopter di Gunung Rinjani masih belum bisa dilakukan. Sebab pemerintah telah menjalin kerja sama dengan penyedia jasa helikopter swasta yang berada di Bali.

“Walaupun itu ada, itu butuh biaya yang cukup besar. Paling tidak, bisa kerja sama dengan perusahaan (penyedia jasa helikopter) yang ada,” kata Hadi.

Hadi menyebut saat ini Basarnas hanya memiliki enam helikopter yang melayani seluruh wilayah Indonesia. Padahal, idealnya setiap provinsi memiliki satu helikopter Basarnas untuk membantu ketika terjadi kedaruratan.

“Ya paling tidak di daerah-daerah wisata dan rawan bencana harus ada minimal satu unit helikopter di sana yang standby,” ucap Hadi.

Terkait keselamatan pendaki, Hadi menekankan perlunya perhatian pada kesiapan logistik, kondisi fisik pengunjung, serta fasilitas penyelamatan di titik-titik strategis seperti pos TNGR dan shelter darurat di Pelawangan Sembalun. Selain itu, Hadi juga menyoroti soal penataan jalur yang saat ini dinilai masih rawan terjadinya kecelakaan di Gunung Rinjani.

“Walaupun tidak merubah yang lebih besar, yang penting bagaimana pengunjung itu aman dan nyaman itu saja yang penting,” pungkasnya.