Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung menyalurkan bantuan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) bagi para petani demi menjamin keberlangsungan usaha mereka jika gagal panen. Pemkab menanggung penuh premi AUTP untuk luasan ribuan hektare sawah di Badung tahun ini.
Bupati Badung, I Wayan Adi Arnawa, menargetkan sebanyak 14 ribu hektare sawah akan terlindungi pada musim tanam 2026. Selain meringankan beban biaya produksi petani akibat gagal panen, kebijakan ini diharapkan dapat menekan laju alih fungsi lahan sawah produktif di Gumi Keris.
“Petani itu tidak ragu-ragu lagi berpikir kalau misalnya dia gagal panen. Asuransinya dibantu oleh pemerintah,” kata Adi Arnawa seusai penyerahan bantuan asuransi di Desa Blahkiuh, Abiansemal, Selasa (23/12/2025).
Selain asuransi, Pemkab Badung juga melakukan berbagai intervensi untuk menekan biaya operasional petani. Mulai dari subsidi benih berkualitas, bantuan alat pertanian, dan subsidi pupuk organik. Adi berharap bantuan ini bisa menaikkan pendapatan petani dan mendorong peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP).
“Kalau semakin banyak biaya operasional daripada petani itu dibantu, diintervensi oleh pemerintah, tentu pendapatannya kan semakin meningkat karena pengurangan biaya operasional sedikit,” imbuh eks Sekda Badung itu.
Adi Arnawa menegaskan program tersebut juga bertujuan menekan alih fungsi lahan sawah yang dilindungi (LP2B). Ia menilai strategi ini krusial seiring dengan perkembangan sektor pariwisata di Badung.
“Saya berharap melalui program ini juga akan mendorong untuk meminimalisir alih fungsi lahan. Kalau bisa zero,” kata Adi.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Diperpa) Badung, I Wayan Wijana, mengatakan Pemkab Badung mengalokasikan anggaran untuk melindungi 6.400 hektare lahan sawah pada 2025. Ia menyebut luas lahan sawah yang ditanggung pada 2026 ditingkatkan menjadi 14 ribu hektare dan dibiayai penuh APBD.
“Kami dengan anggaran yang ada, sampai musim tanam terakhir (tahun) ini, ada 6.400 hektar yang sudah kami lindungi. Jadi petani tidak ada membayar premi, itu ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah,” jelas Wijana.
Wijana menerangkan jika terjadi klaim gagal panen, petani akan mendapatkan Rp 6 juta per hektare. Ia menilai program ini penting bagi petani agar mereka tetap memiliki jaminan jika sawah mereka terkena serangan hama atau bencana alam.
“Jika terjadi serangan hama, atau bencana alam, kekeringan, itu perlu ada jaminan untuk biaya keberlanjutannya,” sambung Wijana.
Secara keseluruhan, Badung masih mencatatkan surplus beras untuk kebutuhan penduduk lokal. Wijana menjelaskan total produksi gabah di Badung mencapai 114 ribu ton per tahun atau setara dengan 62 ribu ton beras.
“Kebutuhan beras untuk penduduk Badung itu sekitar 57 ribu ton. Jadi kami masih ada surplus sekitar 7.000 ton per tahun,” pungkas Wijana.
Adi Arnawa menegaskan program tersebut juga bertujuan menekan alih fungsi lahan sawah yang dilindungi (LP2B). Ia menilai strategi ini krusial seiring dengan perkembangan sektor pariwisata di Badung.
“Saya berharap melalui program ini juga akan mendorong untuk meminimalisir alih fungsi lahan. Kalau bisa zero,” kata Adi.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Diperpa) Badung, I Wayan Wijana, mengatakan Pemkab Badung mengalokasikan anggaran untuk melindungi 6.400 hektare lahan sawah pada 2025. Ia menyebut luas lahan sawah yang ditanggung pada 2026 ditingkatkan menjadi 14 ribu hektare dan dibiayai penuh APBD.
“Kami dengan anggaran yang ada, sampai musim tanam terakhir (tahun) ini, ada 6.400 hektar yang sudah kami lindungi. Jadi petani tidak ada membayar premi, itu ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah,” jelas Wijana.
Wijana menerangkan jika terjadi klaim gagal panen, petani akan mendapatkan Rp 6 juta per hektare. Ia menilai program ini penting bagi petani agar mereka tetap memiliki jaminan jika sawah mereka terkena serangan hama atau bencana alam.
“Jika terjadi serangan hama, atau bencana alam, kekeringan, itu perlu ada jaminan untuk biaya keberlanjutannya,” sambung Wijana.
Secara keseluruhan, Badung masih mencatatkan surplus beras untuk kebutuhan penduduk lokal. Wijana menjelaskan total produksi gabah di Badung mencapai 114 ribu ton per tahun atau setara dengan 62 ribu ton beras.
“Kebutuhan beras untuk penduduk Badung itu sekitar 57 ribu ton. Jadi kami masih ada surplus sekitar 7.000 ton per tahun,” pungkas Wijana.






