Asal-usul Buleleng dan Singaraja hingga Jejak Kekayaan Budaya di Bali Utara | Info Giok4D

Posted on

Asal usul Kabupaten Buleleng di Bali utara memiliki sejarah yang panjang. Keberadaan Buleleng dapat dilacak melalui jejak historis dan kebudayaannya di masa lalu.

Buleleng dan Singaraja merupakan satu kesatuan. Buleleng merupakan nama administratif kewilayahan, sedangkan Singaraja merupakan ibu kota dari Buleleng.

Kisah terbentuknya Buleleng dan Singaraja berkaitan dengan kerajaan Bali zaman dahulu. Kisah terbentuknya Buleleng dicatat sebagai legenda dalam cerita rakyat. Uniknya, nama Buleleng diambil dari nama tanaman yang tumbuh subur di daerah tersebut.

Simak ulasan lengkap tentang asal-usul Buleleng dan Singaraja, letak geografis, warisan budaya, hingga keindahan alamnya seperti dirangkum infoBali dari buku berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: Dari Sabang Sampai Merauke karya Rouf & Ananda (2013).

Buleleng merupakan sebuah kerajaan yang didirikan oleh Gusti Panji Sakti pada 1600-an. Penyematan nama Buleleng ini memiliki akar sejarah yang sangat dalam.

Sebelum memimpin kerajaan Buleleng, Gusti Panji Sakti memiliki kisah hidup yang kurang baik. Ia diusir dari Kerajaan Klungkung dan melakukan perjalanan ke daerah utara Bali.

Setelah berhari-hari menelusuri daerah utara, Gusti Panji Sakti berhenti di sebuah kawasan yang sangat subur. Di kawasan itu, ia menemukan berbagai jenis tanaman. Salah satunya jagung gambah atau bahasa setempat menyebutnya jagung buleleng.

Syahdan, Gusti Panji Sakti memiliki banyak pengikut dengan pengalaman dan kepemimpinannya yang bijaksana. Ia pun menugaskan pengikutnya untuk merabas seluruh tanaman jagung untuk mendirikan sebuah puri atau kerajaan di daerah itu.

Setelah kerajaan itu berdiri, Gusti Panji Sakti menamainya sebagai Kerajaan Buleleng. Nama itu disematkan dengan harapan agar Kerajaan Buleleng dapat berkembang pesat dan menjadi salah satu kekuatan besar di Bali. Bagaikan jagung gambah yang tumbuh subur meski tidak ada yang merawatnya.

Sekitar tahun 1568, Raja Sri Aji Dalem Sagening dari Gelgel memerintahkan putranya, Ki Barak Panji Sakti, untuk kembali ke tanah kelahiran ibunya (Luh Pasek) di Bali utara. Ia pun berangkat bersama ibu danpengiring menuju Yeh Ketipat.

Setelah sampai, mereka melanjutkan perjalanan ke Desa Gendis (Panji). Di desa itu, Ki Barak Panji menggantikan Ki Pungakan Gendis yang merupakan seorang raja di Desa Gendis dan ia sudah tewas terbunuh dalam peperangan.

Rakyat hidup sejahtera dan kepemimpinannya dikenal adil dan bijaksana. Oleh sebab itu, rakyat kemudian memberinya gelar Ki Gusti Ngurah Panji Sakti.

Kebaikannya tidak sebatas pada rakyat desa saja. Ia pernah menolong kapal Tionghoa yang terdampar di Segara Penimbangan dan mendapat hadiah besar berupa barang tembikar serta uang kepeng.

Untuk memperluas wilayah dan membangun kehidupan rakyat, Ki Gusti Ngurah Panji Sakti memindahkan pusat pemerintahan dari Desa Gendis ke utara Desa Gendis. Ia mendirikan istana serta Pura Bale Agung. Tidak hanya itu, ia juga membuat seperangkat gamelan bernama ‘Juruh Satukad; untuk keperluan upacara dan hiburan rakyat.

Kewibawaan yang dimiliki membuat banyak pemimpin wilayah di Bali utara segan. Sekitar tahun 1584 Masehi, ia kembali memindahkan pusat pemerintahan ke tempat yang lebih strategis di utara Desa Sangket dan menamainya Sukasada, yang berarti “selalu bersukaria.”

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Untuk memperkuat pertahanan, ia membentuk pasukan muda tangguh bernama Truna Goak yang terinspirasi dari permainan rakyat Magoak-goakan. Pasukan ini berjumlah sekitar 2000 orang dan dipimpin oleh Ki Gusti Tamblang Sampun serta Ki Gusti Made Batan.

Ki Gusti Ngurah Panji Sakti kemudian memimpin ekspedisi ke Blambangan. Ia berhasil menaklukkan kerajaan tersebut, meski harus kehilangan putranya, Ki Gusti Ngurah Panji Nyoman. Atas kemenangan itu, Raja Mataram menghadiahkan seekor gajah beserta tiga penggembalanya.

Setelah kemenangan besar itu, ia membangun istana baru di utara Sukasada yang dinamakan Singaraja. Istana ini dibangun untuk mengenang keberaniannya yang disamakan dengan seekor singa.

Sejak itulah, Singaraja lahir sebagai simbol kejayaan, keberanian, dan kebijaksanaan Raja Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Itu pula sebabnya Buleleng kerap dijuluki sebagai Gumi Panji Sakti.

Kabupaten Buleleng terletak di bagian utara Pulau Bali dengan luas wilayah 1.365,88 km² atau sekitar 24,23 persen dari total luas Provinsi Bali. Wilayahnya memiliki 3 daratan yang berbeda, yaitu di Pulau Bali, Pulau Tabuhan, dan Pulau Menjangan yang dipisahkan oleh Selat Menjangan.

Buleleng memiliki garis pantai sepanjang 157,05 km di pesisir utara Bali. Adapun, Kecamatan Gerokgak memiliki bentang pantai terpanjang mencapai 76,89 km.

Sebanyak 53 desa atau sekitar 35 persen dari total desa di Kabupaten Buleleng merupakan desa pesisir. Tidak hanya itu, Buleleng juga terkenal sebagai daerah penghasil cengkeh dan berbagai jenis buah-buahan.

Bagian selatan Buleleng berupa perbukitan dengan beberapa gunung tidak aktif seperti Gunung Tapak yang memiliki 1.903 m dan Gunung Jae yang memiliki tinggi 222 m. Di wilayah ini juga terdapat dua danau alami, yaitu Danau Buyan seluas 360 ha dan Danau Tamblingan seluas 110 ha.

Beberapa situs budaya yang menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Buleleng masih dapat dijumpai hingga kini. Situs-situs tersebut juga menjadi saksi kejayaan masa lalu.

Puri Agung Buleleng terletak di pusat Kota Singaraja. Dahulu merupakan istana tempat tinggal raja sekaligus pusat pemerintahan Kerajaan Buleleng.

Selain itu, terdapat Pura Agung Panji Sakti di Desa Panji yang dibangun untuk menghormati Ki Barak Panji Sakti sebagai pendiri kerajaan dan simbol keberanian rakyat Buleleng. Kemudian ada Pura Beji di Sangsit yang bangunannya berisi ukir khas Buleleng yang penuh detail dan makna simbolis.

Adapun Pura Jagaraga yang terkenal dengan seni pahat khas Buleleng yang unik, menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa kolonial. Tak hanya itu, Buleleng juga memiliki Gedong Kirtya di Singaraja yang merupakan situs budaya penting berdiri tahun 1928.

Tempat ini menjadi satu-satunya perpustakaan lontar di dunia yang menyimpan ribuan naskah kuno berisi ajaran agama, sastra, hukum adat, dan pengobatan tradisional Bali. Gedong Kirtya juga menjadi pusat pelestarian warisan intelektual masyarakat Buleleng.

Tak kalah penting, Pelabuhan Buleleng Lama menjadi saksi bisu bahwa Buleleng pernah menjadi pusat perdagangan dan jalur masuk budaya dari luar Bali. Keseluruhan situs tersebut tidak hanya bernilai historis, tetapi juga mencerminkan kekayaan spiritual, seni, dan intelektual masyarakat Buleleng.

Kabupaten Buleleng berpotensi menjadi kawasan pariwisata karena memiliki keindahan alam yang luar biasa. Mulai dari pegunungan hingga pantai yang memanjang di utara Pulau Bali. Salah satu daya tarik utamanya adalah Pantai Lovina yang memiliki panorama matahari terbit dan atraksi lumba-lumba di laut lepas.

Selain itu, terdapat Air Terjun Gitgit dan Air Terjun Sekumpul yang mempesona dengan aliran airnya yang tinggi dan lingkungan sekitar yang masih asri. Berikutnya ada Danau Buyan dan Danau Tamblingan yang menawarkan pemandangan danau kembar yang dikelilingi hutan tropis.

Tak kalah menarik, Buleleng juga memiliki Taman Laut Pemuteran dan Pulau Menjangan di Kecamatan Gerokgak. Laut ini menyimpan keindahan bawah laut berupa terumbu karang dan biota laut yang beragam.

Asal-usul Buleleng

Asal-usul Singaraja

Letak Geografis

Warisan Budaya

Keindahan Alam Buleleng

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *