Art & Bali 2025 merupakan pameran seni internasional pertama di Bali yang berlangsung 12-14 September di Nuanu Creative City, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan. Panggung seni ini menghadirkan 17 galeri, lebih dari 150 seniman, dan lebih dari 50 program dari lima negara yakni Indonesia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Spanyol.
Art & Bali menandai babak baru bagi Bali sebagai pusat budaya di Asia Tenggara tempat warisan leluhur bertemu dengan masa depan digital. CEO Nuanu Creative City, Lev Kroll, menjelaskan bahwa pameran ini merefleksikan filosofi Nuanu sebagai ruang di mana kreativitas berpadu dengan kehidupan sehari-hari.
“Hal ini sekaligus membuktikan bahwa filosofi serta semangat Bali dapat menyapa dunia melalui seni dan budaya,” tegas Lev Kroll, Jumat (12/9/2025).
Mengangkat tema ‘Bridging Dichotomies’, Art & Bali 2025 merangkai pertemuan antara tradisi dan modernitas, alam dan teknologi, serta kreativitas manusia dan kecerdasan buatan. Di Bali, warisan budaya bukan hanya peninggalan, tapi pondasi untuk membuka ruang dialog dan transformasi bagi dunia.
“Art & Bali bagi saya adalah upaya menanamkan percakapan global di tanah Bali. Ini adalah tentang memberi penghormatan pada tradisi yang membentuk kita, sekaligus membuka pintu bagi suara-suara baru dan pertemuan yang hanya tercipta ketika manusia benar-benar bertemu,” tambah Director of Art & Bali, Kelsang Dolma.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Adapun galeri yang terlibat yakni Santrian Art Gallery, Asia Pacific Print Club, Feb Gallery Tokyo, Art Agenda, Bagia Art Space, CONNECT ART, Dalam Seniman, Kotak: Art Collective, LAKU Art Space, Lucy Dream Art, N-CAS ISI BALI, Purga Artspace, RUANG//, Spacecraft Gallery, Superlative Gallery, Umah Seni Shibumi, Waworuntu Gallery, dan Morabito Art Villa.
Menurut keduanya, Art & Bali lahir dari semangat untuk merayakan seni dengan cara yang peduli pada manusia dan lingkungan. Dari desain pameran yang berkelanjutan hingga dukungan untuk Nuanu Social Fund.
“Lebih dari sekadar pameran seni, Art & Bali adalah ruang pertemuan, tempat seni menjadi jembatan untuk mempererat komunitas sekaligus membuka percakapan global tentang Bali,” tandas Lev Kroll dan Kelsang Dolma.