Sore hari di Pantai Kerandangan I, Desa Senggigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) membawa suasana yang tak sekadar tenang. Jalanan setapak menuju pantai tampak berdebu, tapi rindangnya pepohonan kelapa di kanan-kiri membuat perjalanan terasa sejuk dan bersahabat.
Saat tiba di tepi pantai, suara deburan ombak sesekali menggema. Anak-anak dari Dusun Kerandangan berbondong-bondong membawa papan selancar mereka. Byurr … tanpa ragu mereka menyerbu ombak yang bergulung liar, menjadikannya arena bermain selancar.
Rahman Al Farizi, 12 tahun, tampak lincah menari di atas ombak. Pelajar kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) itu meluncur dengan percaya diri, memamerkan gaya-gaya layaknya peselancar profesional.
“Saya senang. Setiap sore pasti ke sini main selancar bersama teman-teman,” kata Fariz sapaanya, Minggu (18/5/2025) sore.
Berselancar bukan sekadar kegiatan iseng bagi Fariz dan teman-temannya. Ini sudah menjadi rutinitas sebelum waktu Magrib tiba. Bersama Wira Nugraha (12), sahabat karibnya, mereka bisa menghabiskan waktu hingga tiga jam bermain selancar.
“Saya nggak takut hanyut,” tegas Fariz.
Di antara para peselancar cilik itu, ada juga Saufa, siswa kelas 4 SDN Senggigi. Sejak usia enam tahun, dia sudah akrab dengan ombak Kerandangan. Bahkan, ia pernah mengalami insiden saat papan selancarnya patah dihantam ombak pada 2022.
Saat itu, gelombang yang datang seketika menghempas Saufa. Teman-teman Saufa panik. Tapi dengan kecekatan, dia berhasil keluar dari maut.
“Tidak kapok. Karena seru aja main surfing itu. Bisa menambah pengalaman juga,” kata bocah berusia sembilan tahun itu.
Papan selancar pertamanya dibelikan sang ibu, dan sejak itu menjadi teman setia menjelajahi laut. Bahkan, ketika ia bosan berselancar dan memilih bermain layang-layang, papan itu tetap jadi rebutan teman-temannya.
Di balik aksi berani anak-anak itu, ada sosok Inak Salmah (56), penjaga pantai yang setia mengamati mereka dari kejauhan. Ia hafal betul siapa saja anak-anak yang hampir setiap sore datang bermain selancar.
“Anak-anak ada hampir 10 orang memang gemar main selancar. Kalau sudah mau magrib, biasanya mereka pulang mengaji,” kata Salmah.
Meskipun ombak Kerandangan kadang menantang, warga seperti Salmah dan lainnya tak pernah terlalu khawatir. Sebab, anak-anak tersebut sudah pandai berenang.
“Belum pernah ada anak-anak yang hanyut di sini,” ujar Salmah.
Hingga pukul 16.00 Wita, anak-anak seperti Fariz, Saufa, Andre, dan Oza masih betah bermain di laut. Ombak besar menjadi tantangan, bukan halangan. Aksi mereka pun menarik perhatian para wisatawan yang duduk di lapak-lapak tepi pantai, menunggu matahari merunduk ke barat.
Pantai Kerandangan memang bukan sekadar tempat menunggu senja. Selain dikenal sebagai lokasi favorit melihat matahari terbenam, pantai ini juga menjadi panggung kebebasan anak-anak pesisir bermain selancar. Selain itu juga sebagai lokasi Senggigi Sunset Jazz digelar.