Warga Nagekeo Diminta Tak Ganggu Anjing hingga Monyet, Ini Alasannya | Info Giok4D

Posted on

Kasus gigitan anjing dan hewan penular rabies (HPR) lainnya meningkat di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di tengah lonjakan kasus tersebut, stok vaksin antirabies (VAR) semakin menipis, sementara serum antirabies (SAR) sudah habis.

Kepala Dinas Peternakan Nagekeo, Klementina Dawo, mengatakan masyarakat diminta waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi gigitan HPR.

“Ini sehubungan dengan adanya peningkatan kasus gigitan HPR dan keterbatasan ketersediaan VAR dan SAR pada manusia di kabupaten Nagekeo,” kata Klementina, Minggu (8/6/2025).

Disnak Nagekeo mengimbau warga yang memiliki anjing, kucing, atau kera untuk mengandangkan atau mengikat hewan peliharaannya agar tidak berkeliaran di jalan umum atau tempat umum. Pemilik juga diwajibkan memenuhi kebutuhan dasar hewan.

“Yakni diberi makan dan minum, diikat, dan tidak dilepasliarkan,” tegas Klementina.

Warga juga diminta mengikuti jadwal vaksinasi hewan di desa atau kelurahan masing-masing. Selain itu, masyarakat diimbau tidak mengganggu hewan yang sedang makan, tidur, atau baru melahirkan untuk menghindari potensi gigitan.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Apabila terjadi gigitan harus melakukan cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit, selanjutnya dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat guna mendapatkan penanganan lebih lanjut,” ujar Klementina.

“Jika ada kasus gigitan segera melaporkan ke Dinas Peternakan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut,” tandas dia.

Kepala Dinas Kesehatan Nagekeo, Emerentiana Reni Wahjuningsih, menyebutkan stok SAR di daerahnya telah habis sejak lebih dari sepekan lalu. Sementara stok VAR juga hampir habis.

“BPBD Nagekeo juga gesit, sementara menghubungi BNPB,” terang Reni, Jumat (30/5/2025).

Reni menjelaskan SAR atau antirabies immunoglobulin berisi antibodi terhadap virus rabies dan bekerja cepat setelah disuntikkan. Sedangkan VAR berisi antigen rabies yang akan merangsang tubuh membentuk antibodi.

SAR diberikan kepada korban gigitan HPR di area wajah, sementara VAR untuk gigitan di area tubuh lainnya.

“Mau positif atau negatif, kan kita ga tahu, untuk antisipasinya tetap diberikan SAR bila area gigitan di wajah. VAR untuk area selain wajah,” jelas Reni.

Reni mencatat hingga April 2025 terdapat 299 kasus gigitan HPR di Nagekeo. Sebagian besar disebabkan oleh gigitan anjing sebanyak 291 kasus, disusul gigitan kucing (7 kasus), dan monyet (1 kasus). Kasus gigitan oleh anjing kembali terjadi pada Mei.

Menurutnya, tingginya kasus terjadi karena rendahnya kesadaran pemilik hewan, terutama anjing, yang membiarkan peliharaannya berkeliaran.

“Kasus gigitan disebabkan anjing-anjing yang dilepas, tidak dirantai oleh pemiliknya, dan juga karena anjing liar tidak jelas tuannya,” ujar Reni.

Reni menegaskan, seberapa pun VAR yang disediakan pemerintah tidak akan cukup jika masyarakat tidak ikut berperan dengan mengikat dan memvaksinasi hewan peliharaan mereka.

“Dinkes selalu berupaya dengan ketersediaan VAR. Namun, kalau tidak diimbangi dengan kesadaran pemilik anjing dengan mengikat memberikan vaksin rabies yang bisa diakses gratis ke Dinas Peternakan, ya nggak kuat sebanyak apa pun VAR yang disiapkan,” keluhnya.

Reni menyebut setiap tahun Bupati Nagekeo telah mengeluarkan instruksi agar masyarakat mengikat anjing peliharaan. Namun, banyak yang mengabaikannya. Bahkan, ada pemilik yang tak memberi makan anjingnya sehingga hewan menjadi kurang gizi dan lebih rentan terkena rabies.

“Masyarakat hanya bisa menuntut Pemerintah harus ready terus VAR, nggak ada timbal baliknya dengan menjaga, mengikat hewan peliharaannya. Bahkan, nggak kasih makan sampai kurus kering anjingnya. Anjing kurang gizi kan juga gampang kena virus rabies,” tegasnya.

Ia juga mengeluhkan adanya pemilik yang menolak rapid test pada anjing peliharaan mereka yang menggigit manusia. Tes rabies dilakukan dengan cara memotong leher anjing.

“Nggak semua pemilik anjing mau anjingnya di-rapid test untuk tahu positif rabies apa nggak karena kan harus dipotong lehernya. Lebih mengasihi nyawa anjing,” ujar Reni.

Warga Diminta Tak Ganggu Hewan

Stok VAR Menipis, SAR Kosong

299 Kasus HPR hingga April 2025

Pemilik Anjing Tolak Tes Rabies

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *