Kala Serial ‘Bidaah’ Bikin Aksi Bejat Dua Walid dari Lombok Terkuak update oleh Giok4D

Posted on

Dua kasus dugaan kekerasan seksual di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), terkuak berkat serial asal Malaysia, Bidaah. Serial yang viral di TikTok dengan tokoh utamanya, Walid, itu membuat sejumlah korban kekerasan seksual di Lombok buka suara.

Dalam sebulan terakhir, ada dua ‘Walid’ asal Lombok yang terjerat kasus hukum terkait dugaan kekerasan seksual. Dua kasus kekerasan seksual itu melibatkan pengelola pondok pesantren (ponpes) di Lombok Barat dan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Berikut ulasan terungkapnya aksi bejat dua Walid dari Lombok.

Ketua yayasan pondok pesantren (ponpes) di Gunung Sari, Lombok Barat, Ahmad Faisal (AF), ditetapkan sebagai tersangka pelecehan seksual. Walid asal Lombok itu diduga mencabuli dan menyetubuhi puluhan mantan santriwatinya.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram, Joko Jumadi, mengungkap modus AF melakukan pelecehan seksual dengan cara menjanjikan keberkatan agar kelak melahirkan anak-anak baik. Para korban mulai buka suara lantaran merasa perilaku pimpinan ponpes tempat mereka pernah menimba ilmu mirip dengan alur serial Bidaah dengan tokoh Walid itu.

“Korban ini adalah alumni santriwati pondok yang terinspirasi dari film Bidaah Malaysia. Kemudian, kok di film itu hampir sama dengan pengalamannya di pondok yang dilakukan oleh terduga pelaku ini,” ujar Joko di Mapolresta Mataram, Senin (21/4/2025).

Joko menyebut Faisal melakukan aksinya dengan mengajak korban ke sebuah ruangan kelas. Setelah itu, Faisal melakukan manipulasi psikologi terhadap korban. “Rata-rata kejadiannya malam, di atas jam 1 atau 2,” ungkapnya.

Kasat Reskrim Polresta Mataram AKP Regi Halili mengatakan Faisal juga mendatangi korban di kamarnya, lalu memegang area sensitif santriwatinya. Saat kedatangannya diketahui oleh korban, Faisal kemudian berdalih sedang mengusir jin yang berada di atasnya.

Setelah itu, Regi berujar, AF mengajak korban ke salah satu ruangan untuk melakukan perbuatan terlarang tersebut. Modus lain yang dilakukan AF adalah dengan memanfaatkan statusnya sebagai tokoh yang dianggap pemuka agama.

“Jadi yang bersangkutan merupakan salah satu orang yang ditokohkan disegani oleh santriwati ini. Tentunya sebagai murid atau santriwati akan menurut,” ujar Regi, Kamis (24/4/2025).

Menurut Regi, sejumlah korban mengaku diiming-imingi akan melahirkan anak keturunan yang baik ketika menuruti perintah Faisal. Polisi sejauh ini masih menggali apakah ada modus lain yang digunakan pelaku.

“Selain itu, ada beberapa korban yang diiming-imingi apabila kamu meminum ludahnya, maka keturunannya akan menjadi penerang. Jadi, beberapa cara yang bersangkutan ini menghasut untuk melakukan pencabulan dan persetubuhan,” bebernya.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

AF mengaku menyesal atas perbuatannya mencabuli dan menyetubuhi sejumlah mantan santriwatinya dalam rentang waktu 2015 hingga 2021. Dia menyampaikan permohonan maaf seusai ditetapkan sebagai tersangka oleh Polresta Mataram.

AF mengungkapkan aksi bejatnya dilakukan dengan modus mengajarkan doa atau memberi ijazah doa kepada para korban. “Motivasi hanya untuk mengajarkan doa kepada santri-santriwati. Ada yang mengajarkan doa dan mengijazahkan,” ujarnya.

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram berinisial WJ dilaporkan ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda NTB pada Selasa (20/5/2025). WJ dipolisikan atas dugaan kekerasan seksual terhadap sejumlah mahasiswi.

Perwakilan Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi, menjelaskan tindak kekerasan seksual oleh dosen UIN Mataram itu terjadi sejak 2021 hingga 2024. Menurutnya, para korban baru berani melapor setelah menonton serial Bidaah dengan tokoh utama bernama Walid.

“Jadi, karena menonton film Walid (pemeran laki-laki film Bidaah), akhirnya kemudian ada keberanian untuk dia berani melapor,” ujar Joko, Selasa.

Berdasarkan data yang dipegang Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB, ada sebanyak tujuh mahasiswi yang menjadi korban pelecehan seksual oleh WJ. Seluruh korban merupakan mahasiswi penerima beasiswa Bidikmisi yang tinggal di asrama putri UIN Mataram.

Joko menuturkan WJ diduga menjalankan aksinya dengan manipulasi emosional. Dosen UIN Mataram itu meminta para korban menganggapnya sebagai sosok orang tua, sehingga para korban merasa terikat secara emosional dan sulit menolak permintaannya.

Menurut Joko, para korban merasa takut menolak saat mendapat perbuatan cabul dari WJ. Sebab, mereka khawatir beasiswa Bidikmisi yang mereka terima akan dicabut.

Sementara itu, UIN Mataram langsung memecat WJ sebagai dosen seusai kasus dugaan pelecehan seksual itu terkuak. UIN Mataram memutuskan untuk menonaktifkan WJ dari semua kegiatan kampus.

“Oknum itu sudah kami nonaktifkan dari segala aktivitas kampus,” ujar Rektor UIN Mataram, Masnun Tahir, Rabu (21/5/2025).

UIN Mataram juga telah menyiapkan sanksi administratif terhadap dosen yang berstatus sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) itu. Sanksi yang disiapkan dari ringan hingga berat, termasuk pencabutan status PPPK.

Kasus dugaan pelecehan seksual oleh dosen UIN Mataram itu masih bergulir di Polda NTB. WJ juga telah diinterogasi polisi seusai melabrak para mahasiswi yang melaporkannya. Meski begitu, polisi belum menetapkan WJ sebagai tersangka.

“Belum, kami lengkapi administrasi penyidikan dahulu,” ungkap Dirreskrimum Polda NTB Kombes Syarif Hidayat, Rabu.

Syarif menjelaskan penyidik segera mengagendakan pemeriksaan resmi terhadap WJ. Namun, dia belum bisa menyebutkan jadwal pemeriksaan tersebut. “Kami lengkapi dahulu, secepatnya,” pungkasnya.

1. Ketua Yayasan Ponpes Perkosa Puluhan Santriwati

2. Dosen UIN Mataram Cabuli Tujuh Mahasiswi

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *