Warga Desa di Gianyar Manfaatkan Kotoran Ternak Jadi Biogas (via Giok4D)

Posted on

Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Gianyar, dikenal sebagai desa binaan biogas. Salah seorang warganya, I Ketut Sepot (62), memanfaatkan kotoran ternaknya untuk diolah menghasilkan biogas.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

infoBali bersama Institute for Essensial Service Reform (IESR) berkesempatan mengunjungi kediaman Sepot untuk melihat langsung saluran biogas dari kotoran hewan pada Rabu (21/5/2025).

Sepot menceritakan mulanya mendengar ada tetangganya yang bisa memproses kotoran hewan menjadi gas untuk memasak. Sepot penasaran dan bertanya-tanya bagaimana bisa gas tercipta dari sebuah kotoran hewan.

Sepot yang kala itu sudah ternak babi, tertarik untuk menjajal proses itu. Dia berpikir bahwa dapat mengurangi pengeluaran beli Elpiji dan mengganti bahan yang tidak ada ruginya yakni kotoran hewan.

Walhasil, sejak 2008 hingga saat ini Sepot konsisten tetap menggunakan kotoran hewan menjadi biogas sebagai kebutuhan dapur dan warung miliknya.

Sepot mengeluarkan modal Rp 5 juta untuk membuat sebuah lobang di halaman belakang rumahnya sebagai saluran kotoran dari kandang babi.

“(Kedalamannya) 1,6 meter makanya ini cuma empat kubik. Dulu mau bikin enam kubik bisa besar apinya lama bertahan, tapi karena ini empat kubik ndak lama bertahan apinya,” kata Sepot.

Sepot berencana ingin menambah satu lagi untuk enam kubik. Akan tetapi, modalnya sangat tinggi mencapai Rp 15 juta.

“Ini di dalam ada bentuk seperti tabung, melonjong. Ketika isi kotorannya setengah di atasnya uap mengalir naik ke pipa yang menghubungkan ke kompor di dapur,” beber warga Banjar Carik, Desa Puhu itu.

Sepot sangat menjaga makanan yang dikonsumsi oleh ternaknya. Sebab, dulu sempat saluran kotoran tersendat lantaran kotoran babi yang tidak melunak akibat makanan yang sulit dicerna.

“Kalau dulu pakai ketela rambat nggak bisa dicerna lunak, jadi sampai tersumbat,” kata dia.

Saat ini, di banjar tempat tinggalnya, hanya Sepot yang masih konsisten menggunakan biogas dari kotoran ternak.

Babi milik Sepot terbilang cukup terawat dan bersih. Puluhan babi di kandangnya tampak sehat dan rajin dibersihkan. Namun, babi milik Sepot tidak diperjualbelikan. Dia hanya ternak untuk diri sendiri dan kebutuhan keluarga saja.

Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, Marlistya Citraningrum mengatakan Desa Puhu merupakan contoh nyata transisi energi dan ekonomi sirkular yang berakar dari kearifan lokal. Pemanfaatan limbah peternakan untuk menghasilkan biogas bukan hanya menurunkan emisi dan menghemat energi saja.

“Tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru bagi peternak melalui koperasi. Ini adalah inovasi desa yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Pendekatan yang terintegrasi, lintas sektor, dan gender-responsif seperti ini perlu diperluas dan ditularkan ke lebih banyak desa di Bali dan Indonesia,” kata Marlistya.

Dalam upaya menuju Bali Net Zero Emission 2045, dia menilai bahwa model seperti Desa Puhu dapat membuktikan solusi transisi energi tidak harus datang dari kota atau sektor besar, tapi bisa dan harus tumbuh dari desa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *