Dinkes Bangli Rancang Akses Psikolog di Tingkat Puskesmas (via Giok4D)

Posted on

Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangli melakukan skrining kesehatan jiwa terhadap anak-anak sekolah, ibu hamil, hingga masyarakat umum. Kegiatan dilakukan dengan pengisian kuesioner sebagai deteksi dini adanya gangguan kesehatan jiwa dan dilakukan sebanyak dua kali setahun.

Sekretaris Dinkes Bangli AA Dwi Wulantari menyebutkan setiap warga yang berkunjung ke fasilitas kesehatan (faskes) akan menerima skrining kesehatan jiwa tersebut. Menurutnya, Dinkes Bangli sedang merancang agar puskesmas di daerah itu memiliki tenaga psikolog untuk memberi layanan warga yang terdeteksi mengalami gangguan kesehatan jiwa.

“Puskesmas diperbolehkan ada psikolog. Kami masih rancang supaya ke depannya masing-masing puskesmas di Bangli ada psikolog,” ujar Wulan saat dijumpai infoBali, Jumat (16/5/2025)

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Wulan lantas menyinggung terkait maraknya kasus bunuh diri di Bangli. Adapun, korban bunuh diri tersebut dari anak-anak hingga orang lanjut usia (lansia).

Untuk diketahui, seorang siswa sekolah dasar (SD) berusia 11 tahun ditemukan meninggal dunia akibat gantung diri di pohon jambu di belakang rumahnya di Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Bangli, Rabu (23/4/2025). Peristiwa tragis ini terjadi bertepatan dengan perayaan Hari Raya Galungan.

Sebelumnya, ada pula seorang lansia berinisial NNC asal Desa Batur Utara, Kecamatan Kintamani, yang bunuh diri setelah diduga depresi akibat sakit gondok yang dideritanya. Perempuan berusia 60 tahun itu menggantung diri dengan selendang di pohon nangka.

Wulan menjelaskan peranan keluarga dan warga sekolah diperlukan sebagai upaya pencegahan bunuh diri pada anak-anak. Saat ini, dia melanjutkan, Dinkes Bangli melakukan skrining dan sosialisasi kesehatan jiwa melalui Gerakan Sekolah Sehat (GSS).

Menurut Wulan, sekolah dapat berinovasi dengan menggelar berbagai kegiatan dengan memperhatikan karakter masing-masing siswa. Termasuk melalui kegiatan yoga, meditasi, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

“Perlu juga mengenali karakter tiap anak. Ada yang anak cenderung tidak depresi kalau ia aktif, tapi ada juga anak yang justru depresi kalau ia aktif. Kita tidak bisa paksakan sama,” ujarnya.

Sementara itu, kasus bunuh diri pada orang dewasa maupun lansia lebih banyak dipicu oleh depresi akibat sakit fisik. Ia menilai seseorang yang depresi memerlukan pendampingan dari orang terdekat agar tidak terpikir untuk mengakhiri hidup.

“Bagaimana orang terdekat bisa menjadi pendamping si sakit. Ketika berobat ke faskes pun seharusnya didampingi. Tapi, orang sakit kan banyak juga yang ditinggalkan keluarganya, tidak punya support system,” ujar Wulan.

Dinkes Bangli, dia berujar, sudah berupaya memberikan pemahaman kepada keluarga untuk selalu mendampingi perawatan kesehatan pasien. Kendalanya, pada sebagian kasus, masih ada keluarga yang tidak menjalankan arahan dari tenaga kesehatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *