Penyu Hijau, Ikan, dan Patung Sepasang Kekasih di Gili Tramena

Posted on

Perahu bertulisan ‘Lucky Trips’ itu bersiap membawa 22 wisatawan mengeliling perairan Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, atau Gili Tramena di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, pada Sabtu (26/4/2025). Perahu berlambung putih dengan tiang dan atap bercat cokelat itu berangkat dari pantai di Gili Trawangan pada pukul 09.00 Wita.

Sebelum perahu angkat sauh, para wisatawan asing dan domestik, termasuk saya, diminta untuk memilih perlengkapan snorkeling seperti kaki katak. Kami pun antre dan menjajal kaki katak yang sesuai dengan ukuran kaki.

“Untuk yang mengambil kaki katak, tidak mendapatkan pelampung untuk snorkeling,” tutur seorang pria. Saya pun urung mengambil kaki katak tersebut dan memilih menggunakan pelampung untuk menyelam di permukaan.

Kapal wisata bermotor yang diawaki oleh dua tukang perahu itu pun melaut. Mereka membawa kami menuju titik snorkeling pertama untuk melihat penyu hijau.

Byur! Saya dan para pelancong menceburkan diri ke laut untuk snorkeling seusai memasang perlengkapan. Para wisatawan pun berpencar untuk melihat ikan, terumbu karang, dan mencari penyu.

Salah satu awak perahu, Izhar, ikut terjun ke laut untuk memandu kami melihat penyu hijau dari dekat. Pria berusia 35 tahun itu dengan lincah menyelam mencari penyu.

Izhar lalu menyampaikan tanda kepada wisatawan untuk mendatanginya. Benar saja, kami melihat penyu hijau berenang.

Bermodalkan kamera underwater, Izhar memfoto para wisatawan yang snorkeling dan berenang di sisi penyu hijau. Turis asing maupun domestik asyik bergaya untuk mengabadikan momen di dalam segara.

Setelah snorkeling sekitar 20 menit, kami pun berkumpul kembali di perahu. Izhar dan kawannya kemudian mengarahkan bahtera motor itu ke Gili Meno untuk melihat penangkaran penyu.

Penangkaran penyu itu berdiri di tepi pantai Gili Meno. Saya dan wisatawan lain melihat bak-bak yang berisi tukik. Pelancong lain beristirahat di sebuah warung di pantai.

Puas melihat penangkaran penyu, saya, istri, si sulung, dan si bungsu memilih untuk duduk di pantai di bawah rimbun pohon untuk beristirahat. Hari itu matahari bersinar terik di perairan di Gili Tramena.

Kami singgah di Gili Meno sekitar 30 menit. Izhar dan kawannya lalu membawa kami ke titik snorkeling kedua untuk melihat patung yang berada di dasar laut perairan Gili Meno.

Tiba di titik kedua, motor perahu dimatikan. Sauh dilempar ke laut. Para wisatawan bergegas mengenakan perlengkapan snorkeling lagi. Byur!

Para pelancong kemudian berenang menuju patung sepasang kekasih tersebut. Patung itu dibuat melingkar. Ikan-ikan laut berenang melalui celah-celah patung tersebut.

Hari itu, wisatawan yang snorkeling di perairan Gili Tramena cukup ramai meski sebetulnya bukan masuk high season. Walhasil, kami harus bergantian dengan pelancong lain agar bisa menyelam dan melihat patung tersebut dari dekat.

Izhar sempat heran lantaran musim ramai liburan di Gili Tramena untuk turis asing adalah Agustus dan Desember. Sedangkan, pelancong domestik berbondong-bondong pelesiran di Gili Tramena seusai Lebaran.

Izhar dengan cekatan mengambil foto maupun video para wisatawan yang menyelam. Sejumlah pelancong itu berpose di dekat patung tersebut. Tak ketinggalan saya pun ikut berfoto dengan latar patung itu.

Saran saya, sebaiknya Anda tidak perlu pakai pelampung jika pandai berenang. Cukup pakai kaki katak dan satu set snorkel untuk bisa menyelam hingga dasar dan mendapatkan foto yang lebih estetik.

Izhar menerangkan Gili Meno juga dikenal dengan pulau bulan madu. Pemilik salah satu hotel di Gili Meno kemudian membuat patung sepasang kekasih dan meletakkannya di dasar laut. “Patung itu jadi simbol (pulau bulan madu),” ungkapnya.

Kami snorkeling di perairan Gili Meno sekitar 30 menit. Setelah berkumpul kembali di atas kapal, Izhar dan kawannya membawa kami ke titik penyelaman ketiga yakni karang warna-warni.

Tempat itu dinamakan karang warna-warni karena para penyelam akan disuguhkan terumbu karang beraneka warna. Koral beragam warna tampak cantik dipadu dengan sinar matahari yang menembus laut. Beraneka ikan yang berenang dengan lincah melewati terumbu karang membuat pemandangan di dalam laut tersebut makin indah.

Tak terasa waktu snorkeling berakhir. Kapal yang kami tumpangi pun merapat ke Gili Air.

Izhar mempersilakan para wisatawan makan siang di sebuah restoran berhalaman pasir putih. Saya dan keluarga memesan piza, fish and chips, serta air mineral. Harga makanan dan minuman di sana mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu.

Harga makanan tersebut menurut saya cukup sepadan dengan pemandangan yang disuguhkan. Hamparan pasir putih, deburan ombak, serta perbukitan Lombok Utara, bisa menetralkan sumpeknya bekerja di perkotaan.

Selepas makan siang, Izhar mengantarkan kami kembali ke Gili Trawangan. Saya dan keluarga bergegas ke penginapan untuk beristirahat setelah kapal merapat ke pantai.

Tak terasa, saya tidur hampir dua jam setelah lelah menyelam. Niat bersepeda sore hari lalu menikmati momen matahari terbenam di pinggir pun terlewat. Namun, saya tak menyesal karena bisa snorkeling di perairan Gili Tramena dengan membayar Rp 150 ribu per orang.

1. Tiket kapal Pelabuhan Bangsal-Gili Trawangan Rp 23 ribu per orang.
2. Sewa sepeda Rp 50 ribu untuk 24 jam.
3. Paket snorkeling dengan dokumentasi bawah laut Rp 150 per orang.
4. Parkir motor menginap Rp 10 ribu.
5. Makan dan minum bervariasi, tapi harganya lebih mahal dibandingkan di Lombok karena bahan baku didatangkan dari Lombok menggunakan kapal. Contoh, air mineral 1,5 liter Rp 10 ribu, sedangkan di Lombok Rp 3-5 ribu.

Rincian Biaya

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *