Gede Kamar Yasa duduk termenung sembari mengenang adiknya, KJ alias Basir. Basir tewas setelah dianiaya oleh tiga anggota TNI di Bali. Ketiga tentara itu, yakni Prada PAH, Pratu MR, dan Sertu KSY.
Gede menjadi orang pertama yang menjemput jenazah Basir di rumah sakit. Ia menyusuri lorong rumah sakit dan berjalan mencari keberadaan sang adik. Ia tak bisa menahan kesedihan kala mendapati adiknya tak bernyawa di ruang jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng Senin (5/5/2025) pagi.
“Saya sampai jam 10-an di rumah sakit. Adik saya sudah meninggal, saya ketemu ibu pelaku di parkiran rumah sakit,” ujar Gede saat ditemui di rumah duka di Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, Bali, Jumat (5/5/2025).
Sesampainya di ruang jenazah, Gede tidak langsung diizinkan masuk oleh dokter forensik. Ia diminta untuk menunggu sampai jenazah adik laki-lakinya itu bisa dipulangkan.
Menurut Gede, terdapat banyak luka di sekujur tubuh Basir. Tak hanya itu, Basir juga mengalami patah tulang di leher, tangan, dan rusuk.
Keluarga menduga Basir sempat disiksa sebelum merenggang nyawa. Berdasarkan informasi yang diterima keluarga, para pelaku sempat menjemput paksa Basir di Jalan Drupadi, Denpasar. Keluarga menuding para pelaku menyiksa Basir saat berada di dalam mobil menuju Singaraja.
“Basir meninggal dibilang masih hidup, dibilang diamankan di Singaraja. Kenapa nggak jujur saja, di rumah sakit sudah meninggal. Kami masih tidak terima,” kata Ketut Jimat, salah satu keluarga Basir.
Keluarga Basir, Ketut Jimat, membantah tudingan yang menyebut Basir mencuri sepeda motor milik ibu salah satu pelaku, Prada PAH. Menurut Jimat, Basir awalnya hanya meminjam sepeda motor itu. Diketahui, Prada PAH ternyata masih memiliki hubungan keluarga dengan Basir.
“Dibilang curanmor, ini salah. Dari awal kejadian ini peminjaman sepeda motor,” ujar Jimat.
Meski begitu, Jimat mengakui Basir sempat menggadaikan motor milik ibu Prada PAH senilai Rp 2,2 juta. Namun, menurut Jimat, keluarga sudah menebus kembali motor tersebut dan mengembalikannya kepada ibu Prada PAH.
“Kami sadari itu memang kesalahan, tapi (motor) sudah dikembalikan, jadi ada itikad baik. Motornya juga sudah balik ke rumah orang tua pelaku,” imbuh Jimat.
Sebelumnya, Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) Kodam IX/Udayana, Kolonel Inf Candra, mengungkap motif Prada PAH, Pratu MR, dan Sertu KSY menganiaya Basir lantaran emosi karena motornya dicuri dan digadaikan oleh Basir.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Anggota emosi. Maka terjadilah (penganiayaan) itu,” kata Candra, Kamis (8/5/2025).
Adik Basir, Ketut Juniari, menjelaskan dirinya bersama ayahnya Ketut Murid sudah mendatangi orang tua Prada PAH seusai kakaknya menggadaikan motor tersebut pada Sabtu (3/5/2025). Menurutnya, dia sudah meminta maaf lantaran Basir menggadaikan motor yang telah dipinjam.
Juniari mengatakan keluarganya juga berjanji akan bertanggungjawab mengembalikan motor yang digadaikan. Saat itu, keluarga Prada PAH memberikan waktu sepekan untuk mengembalikan motor tersebut.
“Kalau seminggu tidak ditemukan, siapkan Rp 15 juta. Sedangkan orang tua kami masih mikir. Kami padahal sudah minta keringanan sebulan,” ujar Juniari.
Menurut Juniari, Prada PAH kemudian menghubungi dirinya pada Minggu (4/5/2025). Prada PAH mengabarkan bahwa sepeda motor yang digadaikan oleh Basir telah ditemukan di daerah Pupuan, Tabanan. Juniari pun diminta mengirim uang sebesar Rp 2,2 juta untuk menebus motor tersebut.
“Langsung saya transfer hari itu uangnya. Sudah dibawa pulang juga motornya, artinya masalah ini kan sudah beres,” imbuh Juniari.
Prada PAH kembali menelepon Juniari sekitar pukul 03.46 Wita pada Senin (5/5/2025). Namun, Juniari saat itu tidak mengangkat telepon karena sudah tidur. Dia baru menyadari ada telepon dari Prada PAH sekitar pukul 05.54 Wita. Juniari lalu kembali menelepon Prada PAH dan yang merespons adalah Sertu KSY.
“Waktu itu dibilang kakak saya masih tidur di kosan di daerah Singaraja,” kata Juniari.
Beberapa jam kemudian, keluarga mendapat kabar bahwa Basir telah meninggal dunia. Belakangan, keluarga mengetahui Basir menjadi korban pembunuhan Prada PAH, bersama rekannya Pratu MR dan Sertu KSY. Keluarga pun melaporkan peristiwa tersebut ke Sub Detasemen Polisi Militer IX/3-1 Singaraja.
Keluarga meminta agar Prada PAH, Pratu MR, dan Sertu KSY, dihukum seberat-beratnya. Tiga anggota TNI itu hingga kini masih diperiksa Polisi Militer (POM) dan belum ditetapkan sebagai tersangka.
“Biar diusut tuntas. Kami yakin ada orang lain yang terlibat. Siapa-siapa dalangnya, mungkin ada orang suruhan. Keluarga kami diculik,” kata Ketut Jimat.
Jimat menuding para pelaku sempat menyiksa Basir karena ditemukan luka di sekujur tubuhnya. Menurut dia, Basir juga mengalami patah tulang pada tangan kanan, patah tulang rusuk, hingga patah tulang leher.
“Padahal masalah (gadai) sudah selesai. Tapi Basir dijemput tanpa mengabari keluarga kami di sini. Kami anggap ini penculikan. Apalagi disiksa seperti itu, seperti menyiksa anjing,” imbuhnya.